Sebanyak
5.000 santri dari berbagai pesantren di kota Banda Aceh dan Aceh Besar,
merayakan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2019 di Lapangan Blang Padang,
Banda Aceh, Kamis (24/10). Para santri dan pejabat kompak kenakan baju putih,
peci hitam, dan bersarung pakaian khas santri.
Peringatan
puncak Hari Santri Nasional ke-5 di Tanah Rencong itu, diawali
dengan penampilan tarian tradisional Rapai Geleng oleh para santri. Plt
Gubernur Aceh Nova Iriansyah menjadi inspektur dalam upacara tersebut.
Para santri
berbaris rapi sesuai perwakilan pesantren/dayah masing-masing di tengah
lapangan. Di hadapan mereka, pimpinan pesantren, dan seluruh pejabat dari
instansi Pemerintah Aceh duduk di atas panggung. Semuanya kompak mengenakan
pakaian serba putih dan kain sarung ragam motif.
Plt Gubernur
Aceh, Nova Iriansyah, dalam amanatnya menyampaikan pesantren menjadi kunci
penting dalam pelaksanaan syariah Islam dan merawat perdamaian di Aceh sebagai
modal membangun negeri. Kata dia, santri menjadi bagian tidak terpisahkan di
Aceh.
Untuk
mewujudkan formalisasi syariat Islam dan perdamaian di Aceh tidak terlepas dari
peran pesantren. Para alim ulama, dengan elemen masyarakat Aceh lainnya, secara
bersama-sama memperjuangkan syariat Islam agar dapat diterapkan secara legal
formal di Aceh.
“Kajian
dan dialog para santri, baik itu berlangsung dalam skala kecil maupun besar
untuk membahas persoalan-persoalan keumatan, akan membentuk santri berkarakter
terbuka, dan metode ini memungkinkan para santri dapat belajar dalam menerima
perbedaan,” ujarnya. Nova
mengatakan, khususnya di Aceh sebagai daerah yang menjalankan syariat islam,
santri menjadi lokomotif pembangunan.
Saat ini pemerintah sedang mengkaji atau mewacanakan kemungkinan pendidikan di dayah (pesantren) di bawah Dinas Pendidikan Dayah, bisa disatukan dengan Dinas Pendidikan Aceh.
Saat ini pemerintah sedang mengkaji atau mewacanakan kemungkinan pendidikan di dayah (pesantren) di bawah Dinas Pendidikan Dayah, bisa disatukan dengan Dinas Pendidikan Aceh.
“Sedang
diwacanakan secara kelembagaan disatukan dengan Dinas Pendidikan. Sehingga
kedua dinas ini kemudian menjadi inti dari pengembangan pendidikan di Aceh,”
katanya.
Sementara
itu, kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Usamah El Madny, mengatakan,
peringatan puncak Hari Santri Nasional itu mengusung tema Konsolidasi Santri
Membangun Negeri. Pada momen Peringatan HSN 2019 kali ini, diharapkan potensi
para santri di Aceh mampu berkontribusi membangun negara khususnya Aceh
“Adanya
peran dan konsolidasi santri dalam membangun negeri. Berharap segala potensi
yang dimiliki oleh para santri Aceh akan terkonsolidasi dengan baik, kemudian
akan didayagunakan dan didistribusikan dalam membangun Aceh masa depan,”
katanya.
Lahirnya UU
Pesantren dan Qanun Aceh Nomor 9 tahun 2018 tentang penyelenggaraan pendidikan
dayah. Kata Usamah, menjadi kewajiban konstitusional bagi pemerintah Aceh untuk
memberikan perhatian yang sama kepada pendidikan dayah seperti halnya kepada
pendidikan umum. “Kita harapkan ini momentum awal pendidikan dayah dan santri
akan memiliki masa depan serta peluang dan perhatian dari pemerintah yang
sama,” katanya.
Usamah menjelaskan, Dinas
Pendidikan Dayah akan memberi penguatan konten kurikulum peningkatan kompetensi
guru dayah, serta upaya menghadirkan life
skill
bagi santri. “Ini kita lakukan karena mereka juga generasi muda
yang siap menghadapi masa depannya pascalulus dari dayah. Kita telah menyiapkan
sejumlah kegiatan terkait dengan kecakapan hidup atau life skill mereka,”
ungkapnya.
Santri di
Aceh berjumlah 16.200 orang dengan jumlah dayah (pesantren) 1.136 dayah yang
telah terakreditasi. Untuk pengajar, kata Usamah, hingga saat ini sudah
memadai. Tetapi untuk tenaga pengajar di lingkungan dayah belum dibiayai
seperti biaya tenaga pendidik di sekolah umum. Mudah-mudahan kedepan guru dayah
dengan lahirnya UU Pontren semakin mendapat perhatian istimewa oleh negara
ungkap mantan Kabag. TU BKN Regional Aceh.
(sumber: kumparan.com/dipoles
oleh bung syarif meukek)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar