Oleh: Muhammad Syarif, SHI.M.H*
Santri
Dayah (baca pondok pesantren) Aceh yang satu ini punya segudang prestasi,
namanya Ibnu Hajar, ST, santri Dayah Mudi Mesra, Samalanga Bireun. Lahir di
Aceh Besar 8 Agustus 1987. Masa-masa kecilnya terus mengembara dan penasaran
melihat pesawat terbang yang mampu mengangkat beban berat, hingga terbang
melayang diudara. Pemuda paruh baya ini, sejak kecil terbiasa dengan “filsafat
mesin melayang” lantaran rumahnya berdampingan dengan area Batalion 112, Mata
Ie, Puni, Aceh Besar.
Keingin
tahuanya terhadap bagaimana pesawat bisa terbang dan mampu membawa penumbang
didalamnya? sehingga jawaban terhadap itu terus ia gali, hingga keakar-akarnya.
Punya mimpi besar suatu saat mampu merancang pesawat remote kontrol dalam
berbagai tipe/model, terjawab sudah disaat ia sedang menulis Skripsi di
Fakultas Teknik Sipil Unsyiah. Pengembaraannya dalam menemukan jawaban akan
besi terbang dilakoninya sejak bersekolah MTs Negeri 1 Banda Aceh, hingga
Sekolah Menengah Kujuruan (SMK/STM Neg.2 Banda Aceh). Pilihan prodi andalanya
kala itu adalah Teknik Mesin. Akan tetapi hanya diterima di jurusan Teknik
Menggambar (Arsitektur).
Tentu
pilihan tersebut bukan tanpa awalasan, karena ia ingin menemukan jawaban atas
filsafat besi terbang. Akan tetapi Allah punya rencana lain. Wamakaru wamakarallah, wawwahu khairul
makirin (manusia berencana, dan Allah juga punya rencana, sebaik-baik
rencana adalah rencana Allah). Prodi yang ia gandrungi ternyata belum mampu ia
penuhi karena standar bobot nilai yang tinggi dan ternyata, kala itu ia beralih
pada jurusan menggambar bangunan. Tentu dalam rumah besar yang sama yaitu SMK
Neg 2 Banda Aceh.
Walau
demikian kecintaannya pada dunia Aeromodeling
(pesawat yang mampu terbang satu awak/orang) terus dia asah, hingga suatu ketika
mimpi itu bisa diwujudkan. Pintanya saat bercerita kesaya pasca kami ketemu
disebuah acara Akbar Hari Santi Nasional tingkat Propinsi Aceh di Dayah Al-
Madinatul Munawwarah al-Waliyah (AMAL), Peurelak Aceh Timur, 23 November 2017.
Lebih
lanjut Pemuda Aceh Besar ini bercerita pada kami bahwa; awalnya ia hanya mampu
membikin pesawat dari material rumbia dan hanya mampu mutar-mutar saja dan
tidak bisa terbang. Akan tetapi menjelang akhir dari perkuliaannya pada jurusan
teknis Sipil Unsyiah, Ibnu Hajar mampu memecahkan teka-tekinya (merakit pesawat
dengan berbagai variasi; helikopter, pesawat pengintai, pesawat maping lahan
dan pesawat tempur) dengan kecepatan terbang puluhan kilometer. Bukan hanya
itu, ia juga mampu mengontrol langsung pesawatnya dengan GPS.
Santri
berprestasi ini juga pada Tahun 2013 Pemerintah Aceh melalui Badan Pembinaan
Dayah Aceh yang kini berubah menjadi Dinas Pendidikan Dayah Aceh memberikan Penghargaan dan Anugrah Santri Dayah
Kreatif. Berbagai karyanya dalam
keilmuan merakit pesawat dipamerkan pada agenda Hari Santri Nasional, di Dayah
AMAL. Manuver salto pesawat remote
control melayang diudara dengan jelajah tempur bagai kilat. Ribuan pengunjung
kagum akan kepintarannya dalam memamerkan hasil karyannya dan layak di Patenkan
(Hak Kekayaan Intelektual/HAKI).
Saya
menjadi saksi dan geleng-geleng kepala. Jajaran Forkompinda Aceh ikut
terpesona. Media Elektronik pun melakukan liputan eklusif terhadap
kemampuannya. Ia layak disebut generasi BJ Habibie, mantan Menristek dan
Presiden RI era Reformasi. Satu mimpinya yang belum terwujud adalah Terbang
bersama pesawat yang ia rancang sendiri. Tentunya mimpi itu akan terwujud bila
Gubernur Aceh meliriknya sekaligus memberikan perhatian serius kepada Ibnu
Hajar dalam mengembangkan bakatnya dalam dunia “merancang pesawat”. Kami doakan
agar kelak Ibnu Hajar mampu melanjutkan gagasan besarnya, sebagaimana sang tuan
guru BJ Habibie. Akankah mimpinya suatu ketika bisa merakit pesawat dengan
kapasitas satu awak penumpang dan terbang besamanya diudara? Hanya waktu yang
menentukannya. Wallahu `alam binshawab
*Penulis
adalah Peserta Hari Santri Nasional tingkat Propinsi Aceh, Kabid SDM dan Manajemen Dinas Pendidikan Dayah
Banda Aceh, Mantan Aktivis`98, Alumni Lemhannas Pemuda Angkatan I, Fungsionaris KAHMI Aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar