Oleh: Muhammad Syarif, SHI, M.H*
Ikatan Siswa Kader Dakwah (ISKADA)
yang lahir sejak 5 Februari 1973, genap berumur 46 Tahun (15 Februari 1973-15
Februari 2019). Usia yang cukup matang dan dewasa untuk mengelola masa depan
bangsa. Sejak lahirnya berkomitmen untuk membangun bangsa dan Negara, khususnya
mencetak kader pemimpin Aceh masa depan.
Sebagai ormas Islam lokal yang hanya ada
di Aceh, didirikan oleh para tokoh penting Aceh kala itu sebut saja; Tgk.
Abdullah Ujong Rimba, Drs. A.Rahman
Kaoy, Prof Ali Hasyimi, Drs. H. Ismuha, SH, Prof. Dr. M.Ali Basyah, MBA, Drs.
Akfa, MA, Abdullah Madani, Drs. Tgk. Zaini Bakri (Bupati Aceh Besar), H. Suhadi dan Tgk. Sofyan Hamzah.
Para pendiri ISKADA adalah tokoh penting Aceh yang disegani Pemerintah Pusat
pada masa itu.
Tentunya kehadiran ISKADA di Aceh sebagai
solusi dan pencerahan sekaligus kebuntuhan guna menyelesaikan dekadensi moral
generasi muda Aceh terutama kaum terpelajar. Setiap aktifitas ISKADA memiliki gerakan
Tauhidullah. ISKADA memiliki 5 spirit khittah perjuangan diantaranya: pertama;
mewujudkan ummat yang berbasis dakwah, kedua; menjadikan dakwah sebagai gerakan
ummat dan pembangunan, ketiga; menjadikan tauhidullah sebagai sandaran gerakan
dakwah, keempat; menjadikan masjid sebagai basis gerakan dakwah dan kelima
menjadikan ISKADA sebagai laboratorium mencetak kader pemimpin Aceh. Spirit
inipula yang selalu ditanamkan oleh Ayahanda A. Rahman Kaoy selaku tokoh yang
masih hidup disetiap pidato pembukaan training Latihan Kader Dakwah (LKD). Selaku kader angkatan 27, melihat semangat
Ayahanda A.Rahman Kaoy tidak diragukan lagi dan selaku kader tentu berkewajiban
meneruskan cita-cita yang luhur ISKADA.
Dalam konteks post modern yang
cendrung digitalisasi maka ISKADA
kini termasuk generasi “Y”, dimana
ciri khas generasi “Y” diantaranya tumbuh dengan gadget dan smartphone, generasi
yang sangat muda mendapatkan informasi bahkan tanpa ruang dan sekat. ISKADA
selaku omas Islam harus mampu melakukan transpormasi pola trainingnya sesuai
dengan generasi Y, polanya tidak bisa disamakan dengan generasi “X” (generasi yang
belum begitu familiar dengan alam teknologi dan digitalisasi). Maka dari itu
pola pengkaderannya pun tentu sangat berbeda. Disinilah saya menilai ISKADA
harus melakukan lompatan gerakan dakwah serta meramu pola pengkaderan dan
aktifitas dakwahnya wajib dikemas dengan apik dan menarik, sehingga generasi Y akan
semakin mencintai ISKADA sebagai ormas Islam yang dijadikan panutan, tanpa
melupakan khittah perjuangan ISKADA sebagai mana tertuang dalam AD/ART-nya.
Spirit dakwah dan gerakan dakwah
sebagaimana firman Allah SWT yaitu; “Dan hendaklah di antara kamu ada
segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyeru (berbuat) yang makruf,
dan mencegah dari yang mungkar. Dan merekalah orang-orang beruntung.” (Q.S. Ali
Imran: 104). Dalam Berdakwah ISKADA harus mampu memainkan peran strategisnya guna
mewujudkan Aceh Carong dan Meuadab sebagai bagian dari peran strategis ISKADA
guna bersinergi dengan Pemerintahan Aceh, agar ISKADA dijadikan mitra strategis
pemerintahan Aceh dibawah kepemimpinan Irwandi-Noa Iriansyah (INOVA). Dasar ini
pula setidaknya ISKADA selaku ormas Islam harus berkaya. Saya menyebutnya ada 4 Karya ISKADA dalam menggapai Aceh Carong
dan Meuadab diantaranya;
1. Karya dalam ke-
Agamaan.
Religiusitas adalah tujuan utama yang
menjadi dasar berdirinya ISKADA. Religiusitas atau gerakan ke Agamaan sudah
menjadi identitas yang tidak terpisahkan dalam tubuh organisasi ISKADA dalam
setiap jenjang baik level Dewan Pengurus Pusat (DPP), Dewan Pengurus Wilayah
(DPW), Dewan Pengurus Cabang (DPC) dan Dewan Pengurus Komisariat (DPK),
sebagaimana termaktub dalam AD/ART, Pasal 3 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan
ayat (4) hasil muktamar ke-IV, 18 November
2017 di Asrama Haji, Banda Aceh.
ISKADA sebagai lembaga dakwah yang
konsern mencetak kader pemimpin bangsa, harus benar-benar melahirkan karya
nyata untuk agama dan bangsa. Semua Kader ISKADA adalah dai/ mubaligh, yg
tersebar di seluruh daerah bahkan luar negeri. Kader ISKADA bertugas
mencerdaskan dan mencerahkan jutaan siwa, mahasiswa se Aceh dan rakyat Aceh. Melanjutkan
dakwah kesemua lapisan masyarakat berbagai profesi. Mulai dari dokter, politisi,
pengusaha, pejabat pemerintah, petani, guru dan lain sebagainya. Kegiatan dakwah
yang saling berkelanjutan ini sesuai dengan yang di contohkan Rasulullah. “Dari
Abdullah ibnu Amr sesungguhnya Nabi saw. bersabda, “Sampaikanlah olehmu apa
yang kalian peroleh dariku, meskipun hanya satu ayat” (H.R. Bukhari).
Selanjutnya, Gerakan dakwah ISKADA juga
di laksanakan dalam program kerja seperti Pelatihan Mubaligh, Tabligh Akbar,
Kajian KeIslaman, Bakti Sosial, dan lain sebagainya.Tidak sebatas kegiatan ceremony ansih. ISKADA juga berperan
aktif dalam setiap kegiatan keagamaan yang ada mulai dari tingkat Pusat, Wilayah,
Cabang dan Komisariat. Selain itu ISKADA juga telah banyak melahirkan kader-kader
terbaik nya dan berprofesi sebagai dai kondang tingkat Aceh sebut saja; Dr.
Muhammad Yasir Yusuf, MA, Tgk. Umar Ismail, S.Ag, Tgk. Bahagia Hadi, MA, Dr. H.
Muhammad Haikal, MM, Tgk. Abral Zym, S.Ag, Dr. Mufakkir Muhammad, MA, Tgk.
Abdurrani, MA, Agusri Syamsuddin, MA, Subha
M. Isa, MA, Tgk. Zhafwani Zainun, S.Pd.I, Tgk. Sridarmawan, S.Ag, Dr. Rahamdon
Tosari, M.Ed, Tgk. Nasrul Zahidy. ISKADA juga melahirkan tokoh politik nasional
sebut saja M.Nasir Jamil, S.Ag, M.Si (Anggota DPRI- Partai PKS), Tokoh Nasional
Dr. Ir. Tarmizi A.Karim, M.Sc (Birokrat) penggiat sosial Edi Fadhil, SH (program
ceut langeut rumah dhuafa), Azwir Nazar, M.Si (pendiri Cahaya Aceh), Rizki
Sofya (Ketua PKBM Ruman Aceh) serta banyak kader lainnya yang menjadi tokoh
sentral di bidang pemerintahan, politik dan berbagai ketua di LSM/Aktifis gerakan
sosial lainnya.
2. Karya dalam
Intelektual
Tentunya pintu masuk menjadi kader
ISKADA adalah lewat Training (Latihan Kader Dakwah). Pola pengkaderan ISKADA diawal
terbentuknya dikenal dua model yaitu LKD Balia dan LKD jalur umum dengan
kriteria pelajar berprestasi rangking
1-5. Akan tetapi pada tahun 1998, pola pengkaderannya juga merekrut mahasiswa
dan kami salah satu kader ke-27 jalur mahasiwa yang seangkatan dengan Bung
Alkaf, Sofyan Hamid, alm. Sofyan Zakaria di SMP Negeri 1 Banda Aceh. Setidaknya
kami rasakan betapa training ISKADA sarat dengan muatan intelektual. Pola kedua
ini tentu berbeda muatan materi training ISKADA balia dan LKD yang diikuti oleh
Siswa SMP/SMA. Sejatinya model kedua menjadi gudang Intelektual, sesuai dengan bakat dan profesi yang
digelutinya. Oleh karena itu kader yang hidup di zaman “Y” dan telah menjadi
kader ISKADA harus banyak bergerak di dunia literasi, diskusi, Menulis dan
temukan teori baru dalam setiap gerakan dakwahnya. Kader ISKADA harus mampu berinovasi
dalam gerakan dakwahnya agar pesan-pesan dakwahnya dengan mudah diterima oleh
semua golongan, termasuk unsur pemerintah. Gali potensi kader lebih cendrung
dakwah mimbar, dakwah menulis atau dakwah lewat jalur seni dan musik.
3. Karya dalam Kebangsaan
Berjuang di dunia kebangsaan adalah
salah satu misi dari seorang kader ISKADA dalam rangka mencapai visi utama ISKADA
yaitu pusat kaderisasi dan laboratorium kepemimpinan. Kader ISKADA harus kuasai
bahas asing serta harus masuk kesemua lini dan berjuang di lembaga
penyelenggara pemerintahan baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif. saat
ini kader ISKADA telah banyak yang mengabdi di pemerintahan, politisi,
pengusaha, da`i, guru, medis, akademisi. Lakon profesi tersebut harus mewarnai
dalam karya kebangsaannya. Sehingga jebolan ISKADA punya warna yang berbeza
jika diberi kepercayaan memimpin diberbagai lembaga pemerintahan, kampus dan
politik.
4. Karya dalam keummatan
Lahirnya ISKADA bagian dari upaya
penyelesaian problem ummat, maka dari itu sejatinya kader ISKADA harus mampu
menjadi penerang ummat.
Sebagaimana firman Allah SWT dibawah ini :“Dan tolong-menolong engkau semua atas kebaikan dan ketaqwaan.” (QS. Al-Maidah: 2)
Anjuran untuk saling tolong menolong dalam hal kebaikan telah jelas difirmankan oleh Allah SWT. Juga dalam sebuah Hadits riwayat Ibnu Abi Addunia dan Asysyihaab:
Sebagaimana firman Allah SWT dibawah ini :“Dan tolong-menolong engkau semua atas kebaikan dan ketaqwaan.” (QS. Al-Maidah: 2)
Anjuran untuk saling tolong menolong dalam hal kebaikan telah jelas difirmankan oleh Allah SWT. Juga dalam sebuah Hadits riwayat Ibnu Abi Addunia dan Asysyihaab:
“Pertolonganmu
terhadap orang lemah adalah sadaqoh yang paling afdal.”
Dalam program kerja ISKADA di
cantumkan kegiatan sosial. seperti bakti sosial, ISKADA peduli ummat, santunan
anak yatim dan jompo, berbagi gerakan keummatan harus didorong oleh kader-kader
terbaiknya, wujudnyata dari kerja keummatan telah dilakoni dengan baik oleh Edi
Fadhil, SH dengan program membangun rumah dhuafa, Azwir Nazar, M.Si dengan
program belajar bahasa asing gratis, melukis, program santri tahfidz dan lain sebagainya. Kegiatan ini jelas
membantu meringankan beban dan tanggungjawab pemerintah Aceh dalam mewujudkan
Aceh Carong dan Meuadab. Tentunya saya yakin banyak kader ISKADA lainnya yang
telah memainkan peran keummatan yang barang kali belum terpantau oleh kami.
Krue semangat 46 Tahun ISKADA, saatnya berkarya mewujudkan Aceh Carong dan
Meuadab.
*Penulis adalah Sekretaris Jendral DPP
ISKADA Aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar