Oleh: Muhammad Syarif, SHI.,M.H
Banda Aceh selalu menarik untuk dinarasikan. Mulai dari Aspek Tata Kelola
Pemerintahan, Pendidikan, Sosial, Budaya dan Politik. Dalam aspek Tata Kelola
Pemerintahan, Banda Aceh sudah go nasional dengan penerapan e-Govermentnya. Geliat pembangunnya
terus menuju kesempurnaan. Banda Aceh tidak seperti dulu ungkap kawanku yang
kini bermukim di kota metropolitan.
Ya, Banda Aceh sudah semakin modern dan maju. Setidaknya itu yang dapat
saya narasikan selama bermukim sejak tahun 1998. Pijakan pertamaku saat itu
adalah Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh dan saat itu pula saya bermukim di Jalan
T. Cut Ali No.42 Gampong Baru Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh, disitu adalah
pusat perdagangan.
Santri Hafizd Al-Qur`an (gbr sumber google) |
Setiap sore, aku mengutip uang dari pintu-kepintu setiap lorong pasar Aceh.
Saat itu kehidupan keluarga kami bersentuhan langsung dengan pemasokan barang
hasil hutan dan laut di Pasar Aceh yang kini disulap menjadi Pasar Moderen. Kala itu semua pedagang rempah-rempah dan Ikan
Asin serta hasil bumi dari Barsela transit di PT. ADI dan baru pukul 5.30 Wib
di pasok ke Pasar Aceh. Kami bertetangga dengan Jasa Sitepu yang khusus memasok
Gulai dan barang kelontong. Akan tetapi pasca tsunami kehidupan keluarga kami
jatuh bangkrut dan hampir semua pedagan gulung tikar.
Tradisi Belajar Dayah Salafi (gbr sumber google) |
Kecintaanku pada Organisasi Kader Dakwah dan Remaja Masjid sangat terasa, lantaran
locus kehidupanku selalu bersentuhan dengan percikan cahaya Masjid Raya
Baiturrahman Banda Aceh. Aku mulai berkawan dengan banyak komunitas yang pada
akhirnya diamanahkan menjadi Ketua Remaja Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
dua periode. Modal itupula mengantarkanku berkarir di HMI Banda Aceh, KNPI
Aceh, KNPI Banda Aceh dan KAHMI Aceh serta beberapa ORMAS/OKP lainnya. Ini hanya
sebatas pengantar perjalanan karirku merantau di Banda Aceh.
Keceriaan Santri (gbr sumber google) |
Data tersebut menjadi dasar dan potensi besar Banda Aceh menjadi kota
santri. Kehidupan beragama di Banda Aceh semakin bergairah. Tren
Dayah/Pesantren dan Balai Pengajian semakin berkembang, termasuk juga
didalamnya Majelis Taklim. Disamping itu pula Banda Aceh memiliki 3 Majelis
Zikir tersohor sebut saja : Majelis
Zikir Rateeb Seuribee, Majelis Zikrullah Aceh, Majelis Zawiyah Nurun Nabi. Ketiga
Majelis Zikir ini memiliki jamaah tetap ribuan orang, baik dari unsur politisi,
birokrat, polisi dan masyarakat pada umumnya. Tentu geliat ini sungguh kentara
dirasakan, disamping itu pula Banda Aceh terutama di Masjid Baiturrahman selalu
diisi oleh penceramah terbaik dan akhir-akhir ini dibahani dengan kajian
Tastafi yang diisi oleh Ulama Kharismatik Tgk. H.Hasanoel Bashry H.Gadeng
Pimpinan Dayah Mudi Mesra Samalanga
Dalam Aspek pemenuhan Sarana Prasarana Keagamaan Banda Aceh jauh diatas
rata-rata kabupaten/kota di Aceh. Tradisi santri tentu berbeda antara Wilayah Barat,
Timur, Utara dan Selatan. Tatakelola Santri di Banda Aceh tidak bisa disamakan
dengan Aceh Selatan, Bireun, Samalanga dan daerah lainnya. Disinilah butuh
kecerdasan dalam memproyeksikan dan merefleksikan manajemen pengelolaan santri
sehingga lebih menarik dan orang tua jatuh cinta pada Daya/Pesantren. Saatnya
membangun opini jika anda ke Banda Aceh maka pilihannya adalah Nyantri/mondok
ke Dayah atawa Pesantren. Soal pilihan boleh salafi (tradisional) maupun modern
(terpadu). Untuk itulah pengelolanya dituntut agar senantiasa menjadikan
Dayah/Pesantren lebih menarik dan menyenangkan.
* Penulis adalah Kabid SDM dan
Manajemen Disdik Dayah Banda Aceh serta gemar berpetualang di beberapa Dayah Aceh
2 komentar:
Banda Aceh Kota kelahiranku.
Mantappp
Posting Komentar