Oleh : Muhammad Syarif, S.HI.M.H*
Gendang Politik sudah mulai bergema di Aceh. Berbagai kandidat
sudah bermunculan. Menariknya 4 Pentolan “Satria Aceh” yang dulunya satu perahu
kini mencari jati diri masing-masing. Zaini Abdullah, Muzakkir Mananaf, Zakaria
Saman dan Irwandi Yusuf. Politik itu
tidak ada sahabat sejati, Politik itu agak rumit diterjemahkan dengan logika
sederhana. Tidak terbayangkan sama sekali akhirnya 4 Pendekar satu seperguruan
(baca satu guru, alm. Hasan Tiro), Kini mengadu nasib guna meraih kursi Aceh-1
dengan nawaitu membangun Aceh lebih baik dan bermartabat.
Kekuatan Politik kali ini sungguh berimbang. Disamping itu
muncul nama-nama beken lainnya sebut saja; Abdullah Puteh (Mantan Gubernur
Aceh), Tarmizi Karim (Mantan Pj. Gubernur Aceh). Dua Kandidat ini juga punya
jurus jitu dalam memenangkan pertarungan Pemilihan Gubernur. Dalam Pidato
Politiknya Tarmizi Karim mengaku titipan pusat. Sementara Abdullah Puteh,
adem-ayem dengan spanduk menterengnya dengan merangkul mantan petinggi GAM.
Berbagai strategi dan manuver Politik sudah dimulai. Kekuatan
Mantan Personel Gerakan Aceh Merdeka yang kini melebur dalam wadah Partai
Politik Lokal (Partai Aceh, Partai Nasional Aceh, Partai Damai Aceh) serta
Komite Peralihan Aceh (KPA). Para Personel KPA/PA pun kini terpencar pada
beberapa “kabilah”. Ada yang merapat pada Irwandi Yusuf (Mantan Gubernur Aceh
2007-2012), Zaini Abdullah (Gubernur Aceh 2012-2017), Muzakir Manaf (Wakil
Gubernur Aceh 2012-2017, Zakaria Saman (Mantan Menteri Pertahanan GAM), Tarmizi
A Karim dan tidak tertutup kemungkinan
ada juga yang merapat pada Abdullah Puteh.
Pimilihan Gubernur Aceh kali ini benar-benar seru. Pesta
Demokrasi 2017, Ibarat Pertandingan Bola, Kesebelasannya cukup berat. Group
Raksasa dan Elit Dunia. Jerman, Argentina, Spanyol, Perancis, Belanda. Tentunya
sulit ditebak siapa sang juara dievent Demokrasi 2017. Tentu para pelatih dalam
konferensi press harus mampu menyakinkan boneknya (pendukungnya) untuk menang. Yang
paling penting para bonek tidak tawuran sesama, akibat sang jagoannya tidak
menang. Ini yang ditakutkan wasit. Tentunya Wasit harus benar-benar pasang
hakim garis yang jeli dan lincah dalam mengintip setiap pelanggaran pemain. Penonton
(pendukungpun) sejatinya harus sportif dan tidak saling lempar-melempar, tuding
menuding apalagi berujung pada kegaduhan demokrasi.
Mari masing-masing pemain, pelatih dan sang bonek, menjaga diri
dari letupan emosi yang berlebihan. Ciptakan suasana yang sejuk, sehingga para
pemain benar-benar menciptakan gol-gol cantik kegawang lawan dengan gaya dan
kelincahan dalam menendang bola-bola cantik.
Tahun 2017, adalah awal yang baik dalam membangun Aceh
kedepan. Kolaborasi Partai Politik
Nasional dan Lokal sudah terbangun dengan apik. Jadwal Pesta demokrasi sudah
dimulai yang ditandai munculnya 3 Calon Independen; Zaini Abdullah, Zakaria
Saman dan Abdullah Puteh.
Membaca pemberitaan di media, dua kandidat ini sungguh unik
bayangkan pada saat mendaftarkan pada Komisi Independen Pemilihan (KIP/KPU)
Aceh membawa KTP sebagai syarat maju dalam Pemilukada 2017 satu Truk Tronton. Zaini
Abdullah dengan Jargon “AZAN” menyerahkan dukungan KTP pada KIP Aceh sebanyak 201.150 lembar dengan komposisi
penyebaran Kabupaten Pidie terbanyak (27.841 lembar), disusul Aceh Utara
sebanyak 21 ribu lebih dan Aceh selatan sekitar 20 ribu.
Sementara Zakaria Saman beserta wakilnya mengantarkan KTP
kekantor KIP Aceh sebanyak 94 Kardus, sebanyak 154.736 lembar fotokopi KTP. Itu artinya kedua kandidat ini
melebihi syarat minimal yang ditetapkan konstitusi 3 % dari jumlah penduduk
Aceh atau sekitar 153.045 orang.
Sementara Abdullah Puteh juga tidak kalah menarik. Beliau
berpasangan dengan Mantan Petinggi GAM, Sayed Mustafa dengan syarat dukungan 188.459 lembar fotocopy KTP. Setidaknya warna baru pesta demokrasi
Aceh kali ini diuji dan menarik untuk disimak. Walau sesungguhnya para kandidat
adalah orang-orang yang selama ini sudah memberikan kontribusi dan karyanya
buat kemajuan Aceh.
Selaku Rakyat Aceh tentu sangat bangga, bahwa kondisi ini
menjadi pembelajaran demokrasi serta pendidikan politik yang baik bagi masa
depan Aceh. Mudah-mudahan para kontestan pesta demokrasi, bukan hanya siap
bertarung, akan tetapi juga siap jika mereka tidak terpilih dan menerima
kekalahan dengan hati lapang. Ingat membangun Aceh tidak mesti jadi Gubernur,
banyak cara dapat dilakoni sesuai kompetensi yang ada. Semoga Pesta Demokrasi
2017 benar-benar sejuk dan damai. Kita boleh berbeda dalam pandangan politik,
akan tetapi punya semangat yang sama dalam membangun Aceh lebih baik. Krue
semangat. Selamat berkompetisi menuju Aceh-1.
*Penulis adalah Direktur Aceh Research Institute dan Mantan
Aktifis`98
Tidak ada komentar:
Posting Komentar