Oleh
: Muhammad Syarif, SHI.M.H
Eskalasi
politik di Turki semakin menarik untuk dikaji. Turki akhir-akhir ini semakin
diminati oleh para pelajar dan Mahasiswa Indonesia bahkan Eropa. Turki sebuah
negara sekuler, pelan tapi pasti menuju Islami. Dibawah kepemimpinan Recep
Tayyip Erdogan, turki semakin jaya. Haluan politik negara berubah secara pelan
menuju “Islamisasi Modern”.
Setidaknya
nuansa keislaman sudah semakin terang benderang di Turki di bawah kepemimpinan
Erdogan. Lahir di Istanbul, Turki pada tanggal 26 Februari 1954, Jebolan Ilmu
dan Ekonomi Universitas Marmara, memulai karir politik perdananya dengan
bergabung pada partai Islam yang bernama Milli
Selamet Partisi, namun partai tersebut bubar lantaran terjadi kudeta
militer Tahun 1980.
Pasca
stabilitas politik kembali normal Erdogan memimpin Partai Kesejahteraan yang
dibidani oleh alumni Milli Selamet.
Karir politiknya terus melejit disaat menjadi Anggota Parlemen yang pada
akhirnya beliau terpilih menjadi Walikota Instanbul Raya, semakin memperkuat
posisi Partai Kesejahteraan sebagai salah satu partai di Turki. Langkah karir
politiknya semakin manjur, dengan kendaraan Partai yang dipimpinnya
mengantarkan ia menjadi sosok yang digandrungi oleh rakyatnya. Presiden Turki
dalam pesta demokrasi, walau riak-riak kecil cendrung menghantuinya. Dimana ada
rasa kecewa dari kalangan militer.
Keberhasilan
Erdogan dalam “mencuri hati rakyatnya” tidak dapat dipungkiri. Membuat namanya
semakin tenar. Akhirnyan ia terus memupuk dan merawat kepercayaan Publik dengan
mendirikan Andalet ve Kalkinma Partisi
(Partai AKP) atau lebih dikenal Partai Keadilan Pembangunan pada Tahun 2001
yang berhaluan Islam. Partainya akhirnya menjadi salah satu partai terbesar di
negara bekas kekhalifahan Ottoman. Kemenangan Partainya dalam pemilihan Umum
mengantarkan Erdogan menjadi Perdana Menteri Tahun 2003.
Berbagai
prestasi diraihnya. Menyulap Kota Istanbul menjadi Kota Modern, Nyaman,
berhasil menekan angka kemiskinan, mengurangi angka penangguran, Meningkatkan
Produk Domestik Dalam Negeri sebesar 100 Milyar Dollar di Tahun 2013. Ia juga
berhasil memasukkan Turki menjadi Anggota G-20 yaitu negara-negara dengan
ekonomi terkuat di dunia. Dari peringkat 111 dunia menjadi peringkat 16 Dunia,
sebuah prestasi yang luar biasa.
Bukan
Hanya itu, Erdogan juga mampu mengangkat kemandirian Militer, sebagai
pertahanan negara dengan memproduksi sendiri peralatan perang seperti Tank,
Pesawat tempur serta satelit militer. Keilmuannya dibidang Ekonomi dan Bisnis
ternyata manjur menyulap pendapat perkapita Turki dari 3500 dollar pertahun
menjadi 11.000 dollar, bahkan Erdogan berhasil membuat nilai tukar mata uang
turki naik. Angka kemiskinan ditekan hingga kisaran 2 % bahkan utang Turki pada
IMF berhasil dilunasi dengan cadangan devisa hingga 100 Milyar dollar.
Dalam
sektor pendidikan, Erdogan berhasil mengratiskan pendidikan bagi rakyatnya.
Semua biaya pendidikan bagi rakyat Turki ditanggung oleh Pemerintahnya. Erdogan
juga memberikan biaya yang besar bagi warga turki yang melakukan penelitian
ilmiah. Erdogan punya mimpi menjadi negara nomor wahid di dunia pada Tahun
2023. Ia memiliki mimpi yang luar biasa, menjadikan Turki menjadi Negara yang
Islami. Ia memberikan kebebasan Hijab bagi kaum muslimah di kampus-kampus Turki
yang sebelumnya mendapat pelarangan. Dibawah kepemimpinnya Turki menjadi negara
yang disegani di Eropa. Tradisi Pengajaran Al-Qur`an dan Hadits kembali di
hidupkannya. Masjid dijadikan sebagai pusat peradaban.
Ternyata
apa yang dilakukan Erdogan, semakin digandrungi Rakyatnya. Akan tetapi tentu
membuat militer gerah. Tradisi Takbir dan Jum`atan bagi militer dihidupkan. Paradigma
cultural kerja militer menjadi gerah
dengan tampilan sosok yang menjadi idola warga Turki dan warga dunia. Berbagai konflik
di pertengahan Tahun 2016 sering terjadi di Turki, mulai dari Bom Bunuh diri,
serta kejadian paling anyer “Kudeta Militer”, yang bertujuan menggulingkan
pemerintahan yang sah.
Jumat
15 Juli 2016 tepatnya Pukul 15.30 Wib waktu setempat, sekelompok militer Turki
melakukan kudeta atas kepemimpinan Erdogan. Kejadian itu bertepatan disaat
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan sedang berlibur. Kudeta itu akhirnya gagal
pasca Pidato Erdogan kepada Rakyatnya tepatnya Pukul 17.30 Wib melalui Skype.
Dalam pidatonya Erdogan mengatakan; “yang melakukan kudeta itu adalah gerakan
Gulenist, yaitu gerakan keagamaan dan politik yang dikutip oleh kolumnis New
York Times Mustafa Akyol. Ada juga pihak yang menuding kemelut politik antara
Gulenist dengan Erdogan patut diduga sebagai pemicu kudeta itu. Bahkan ada juga
yang beranggapan Kudeta itu didalangi oleh kemalisme”.
Berbagai
spekulasi atas kejadian kudeta ini bermunculan. Menurut BBC, sebelum kudeta 15
Juli 2016, Erdogan berencana melakukan mutasi para perwira militer gulenist
pada tanggal 16 Juli 2016. Rencana mutasi itu terendus sehingga para jendral
gulenist melakukan kudeta secara sporadis dan tidak mendapat dukungan penuh
pejabat teras militer Turki. Analisis lain menyebutkan Erdogan sudah mengetahui
rencana kudeta dan sengaja membiarkannya karena setelah itu, menjadi cukup
alasan Erdogan membersihkan perangkat negara yang berafiliasi pada gulenist,
termasuk membersihkan para militer, polisi dan peradilan.
Banyak
pengamat hubungan luar negeri menebak ada apa sesunggunya dibalik kudeta itu.
Benarkan ada pengaruh gerakan Gulenist dan Kemalisme yang mendapat sokongan
dari Amerika. Setidaknya berita perseturuan Gulenist dan Erdogan pasca
penyelidikan oleh kejaksaan yang menganggap ada aroma korupsi di tubuh
kepemimpinan Erdogan. Atau memang ada skenario Amerika ingin menjatuhkan
Erdogan, karena dianggap Erdogan menjadi kuda hitam bagi kepemimpinan Dunia
saat ini. Harus diakui Erdogan seringkali menyuarakan sikap politik yang
berbeda dengan Amerika, suaranya lantang menyerang Yahudi dan gemar membantu
Gaza, Palestina yang membuat para antek-antek Zionis semakin membenci Erdogan.
Tentu
kita boleh saja menebak apa sesungguhnya motif dibalik kudeta itu. Setidaknya berdasarkan
pemberitaan di sosial media, Rakyat Turki masih mencintai Erdogan, bahkan
rakyat menjadi benteng perlawanan terakhir, disaat Negeri Turki sudah dikuasi
oleh elit militer. Rakyat Turki masih setia pada Erdogan. Satu kata kunci “Pemimpin
yang adil akan senantiasa dicintai rakyatnya”. Erdogan salah satu bukti
kepemimpinan yang dicintai oleh Rakyatnya. Suaranya didengar dan dijalankan
oleh rakyatnya. Wallahu `alam binshawab
*Penulis adalah Direktur Aceh Research
Institute serta Peminat Politik Pemerintahan Dalam dan Luar Negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar