Dulunya Warga Meukek
perantauan baik yang ada di Jakarta, Banda Aceh dan Medan sangat solid dan
kompak. Kisah ini kudapatkan dari cerita orang tua. Para Intelektual juga
banyak jebolan dari Meukek. Tradisi kesolidan ini sepertinya sirna di era 2014
Kaum Meukek Sepakat Banda Aceh-Aceh Besar,
merupakah wadah berhimpun Warga Meukek perantauan yang bermarkaz besar di Banda
Aceh. Setiap tahunnya merayakan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Aula Radio Republik Indonesia dan Gedung
Sosial Tgk. Chik Ditiro merupakan dua tempat idola guna memperingati hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW.
Momentum ini juga sebagai ajang silaturrahmi Warga Meukek yang ada di Aceh Besar
dan Banda Aceh.
Minggu, 6 April 2014,
Tradisi Maulid Nabi Muhammad yang di Gelar oleh Kawoem Meukek Sepakat Banda
Aceh-Aceh Besar agak sedikit lesu. Gedung Tgk. Chik
Ditiro, tampak sepi dari Jamaah. Pukul 8.30 Wib saya tiba dilokasi. Lebih cepat
30 menit dari Jadwal Undangan yang tertera.
Para Ibu-Ibu Warga Pang Kawom, Meukek Sepakat |
Jam menunjukkan Pukul
10.00 Wib, belum banyak Undangan yang hadir, lalu Ketua Pangkawoem, Bapak Husen
Ali Basyah,S.Pd. berucap kepada Panitia:” Apa udangan tersebar ke Warga
Meukek ? kenapa Warga belum banyak yang hadir, Kalau warga banyak yang tidak hadir
maka itu akibat kesalahan Ketua Panitia.” Muhd. Gumpul
Salihin, duduk sejenak dengan sedikit bingung dan galau? karena kali ini beliau dipercayakan menjadi ketua panitia yang juga bertindak sebangai Ketua Ikatan Pelajar Mahasiswa Meukek Aceh Selatan (IPAMAS).
Saya berfikir positif
saja, mungkin Warga beradu Jadwal atau
ada agenda lain, atau mungkin juga ada kaitan dengan minggu tenang Pesta Demokrasi
9 April 2014. Memang sich pada hari yang sama saya punya tiga agenda utama,
akan tetapi saya batalkan demi menghargai undangan yang dikirim langsung Muhd. Gumpul. Ini bukti kecintaan saya buat masyarakat Meukek yang ada di Aceh Besar dan Banda Aceh.
Bergaya sejenak pasca menyantap hidangan Maulid |
Pada saat Ketua Pangkawoem menyampaikan sambutan, beliau
lebih banyak bicara curhat berbalut galau. Sehingga podium itu berubah menjadi
pidato curhat sekaligus momentum beliau meminta mundur dari Ketua Pangkawoem
karena kondisi sudah sering sakit. Lima kali masuk obname di Rumah Sakit. Lalu setiap
ucapannya kusimak dengan terang benderang.
Nada yang sama juga
keluar dari Dewan Penasehat Pangkawoem yaitu Bapak Prof. DR. Djasman Makruf, M.BA.
Warga Meukek saat ini memasuki masa “Dekadensi Ukhwah” ini terlihat pada hari
ini. Ruangan Aula terlihat masih kosong hingga pukul 11.00 Wib cetus Prof.
Djasman. Untuk itu lah saya mengajak kita semua mari kita tingkatkan Ukhwah
Warga Meukek.
Aku bernazam apapun kegiatan Warga Meukek di Banda Aceh, akan kuikuti jika punya waktu yang luang atawa keberadaanku masih dalam pusaran Kuta Raja. Itu artinya setiap kegiatan Warga Meukek di Banda Aceh selalu kuhadiri kecuali aku berada di luar Kota atau beradu dengan kegiatan Kantor atau Jadwal mengajar di Kampus cetusku bergumam dalam hati.
Suasana sedikit berubah disaat Ust. Tarmizi Daud, M.Ag bertidak sebagai penceramah Maulid memompa semangat para jamaah yang hadir. Walaupun yang hadir tidak begitu ramai kita harus tetap semangat ungkap Da`i kondang Kota Banda Aceh yang mendapat julukan Ust. Action cuality. Mencermati hal tersebut diatas sudah saatnya Revitalisasi Ukhwah Warga Meukek Perantauan menjadi penting. Jika tidak maka Warga Meukek yang ada di Banda Aceh dan Aceh Besar tidak lagi saling menyapa. Wallahu `alam binshawab
*Alumni SMU Neg.1 Meukek Let`98, anak pertama dari Djasman. D (panggilan Akrab Cut Yad, Rotteungoh). Saat ini berdomisili di Gampong Meunasah Tuha, Kec.Peukan Bada-Kab. Aceh Besar Hp. 085260868376, E-Mail: arifmeukek@gmail.com atau arif_meukek@yahoo.co.id.
Suasana sedikit berubah disaat Ust. Tarmizi Daud, M.Ag bertidak sebagai penceramah Maulid memompa semangat para jamaah yang hadir. Walaupun yang hadir tidak begitu ramai kita harus tetap semangat ungkap Da`i kondang Kota Banda Aceh yang mendapat julukan Ust. Action cuality. Mencermati hal tersebut diatas sudah saatnya Revitalisasi Ukhwah Warga Meukek Perantauan menjadi penting. Jika tidak maka Warga Meukek yang ada di Banda Aceh dan Aceh Besar tidak lagi saling menyapa. Wallahu `alam binshawab
*Alumni SMU Neg.1 Meukek Let`98, anak pertama dari Djasman. D (panggilan Akrab Cut Yad, Rotteungoh). Saat ini berdomisili di Gampong Meunasah Tuha, Kec.Peukan Bada-Kab. Aceh Besar Hp. 085260868376, E-Mail: arifmeukek@gmail.com atau arif_meukek@yahoo.co.id.
2 komentar:
Waaah, tak sampai undangan ke kami pak. kamipun tahu mengenai acara tersebut diatas ketika malam harinya ada yang tanya "mengapa hari ini tak hadir?" (dan sangat tidak mungkin waktu kami putar kembali...hehehe).
Mungkin ke depan penting sekali di tingkatkan sosialisasi dan komunikasi agar silahturrahmi kembali terjalin baik terutama di era yang serba canggih ini dengan fasilitas komunikasi yang sangat memadai.
kalo boleh menuliskan sedikit saran, bagaimana kalau bapak saja yg menjabat pangkaom meukek menggantikan cek husen....
@ Cut Dina: waduh sepertinya saran terakhir agak berat bu..urus UPTB saja hampir mumang apalagi mau urus pangkawoen tambah punyeng lagi ane...hehe.
Posting Komentar