Oleh : Abi Azkia
Dilahirkan disebuah desa, Kuta Buloh-I Kecamatan Meukek Kabupaten Aceh
Selatan, bertepatan dengan Hari kamis, 18 Januari 1980. Masa kecil dilewati
semuanya di Meukek. Awal Tahun 1998 menginjakkan kaki di Kuta Raja untuk menuntut
Ilmu pada Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry, yang kini berubah status menjadi
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
Kuawali dengan bismilllah, anak desa harus sukses inilah motto hidupku. Maklumlah anak
pertama dari lima bersaudara. Saat kuliah di Fakultas Syari`ah, hobiku adalah
membaca buku serta mendengar radio luar negeri berbahasa Indonesia yaitu: BBC London, Voice of America, Radio Nedherland dan Radio
Baiturrahman. Setiap hari selalu bergelud dengan
buku bacaan dan mendengar berita. Tahun 1999 bergabung dengan Ikatan Siswa Kader Dakwah (ISKADA).
Lembaga yang didirikan oleh (Alm) Tgk. Abdullah Ujong Riba (Ulama Kharismatik Aceh), Prof. Ali Hasyimi, Ismuha, Tgk. A. Rahman Kaoy (Mantan Dekan Fak. Dakwah IAIN Ar-Raniry), alm. Tgk. Sofyan Hamzah (Imam Masjid Raya Baiturrahman) dll. bagiku Ayahanda Tgk. A. Rahman Kaoy adalah sosok mahaguru di bidang Dakwah dan juga salah seorang sesepuh ISKADA. beliau berbesan kepada kami "Kader ISKADA jangan 'meu eup-eup' alias jangan melempem, akan tetapi jadilah kader yang berani menyuarakan kebenaran.
Lembaga ini punya misi sebagai laboratorium pencetak kader dakwah dan ilmuan. Aku adalah Kader ke-19 ISKADA, Instrukturku adalah Umar Ismail, S.Ag, Alm. Zainal Abidin, S.Ag. umumnya hasil binaan ISKADA semuanya berkarir sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Ku ucapkan trimakasih buat kanda Instruktur ISKADA. Banyak kader terbaik ISKADA sukses dalam meniti karir mulai dari Da`i, Akademisi, Pengusaha, Eksekutif, Legislatif bahkan Yudikatif.
Lembaga yang didirikan oleh (Alm) Tgk. Abdullah Ujong Riba (Ulama Kharismatik Aceh), Prof. Ali Hasyimi, Ismuha, Tgk. A. Rahman Kaoy (Mantan Dekan Fak. Dakwah IAIN Ar-Raniry), alm. Tgk. Sofyan Hamzah (Imam Masjid Raya Baiturrahman) dll. bagiku Ayahanda Tgk. A. Rahman Kaoy adalah sosok mahaguru di bidang Dakwah dan juga salah seorang sesepuh ISKADA. beliau berbesan kepada kami "Kader ISKADA jangan 'meu eup-eup' alias jangan melempem, akan tetapi jadilah kader yang berani menyuarakan kebenaran.
Lembaga ini punya misi sebagai laboratorium pencetak kader dakwah dan ilmuan. Aku adalah Kader ke-19 ISKADA, Instrukturku adalah Umar Ismail, S.Ag, Alm. Zainal Abidin, S.Ag. umumnya hasil binaan ISKADA semuanya berkarir sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Ku ucapkan trimakasih buat kanda Instruktur ISKADA. Banyak kader terbaik ISKADA sukses dalam meniti karir mulai dari Da`i, Akademisi, Pengusaha, Eksekutif, Legislatif bahkan Yudikatif.
Setiap hari minggu waktuku secara totalitas buat ISKADA yang bermarkaz di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Kami dilatih berpidato oleh kakak instruktur. Tempat Latihan Pidatonya adalah MAS Darusyariah Masjid Raya Baiturrahman. Aku sadar betul bakatku bukan pada juru Dakwah yang basisnya
adalah Mimbar, akan tetapi lebih pada moderator, narasumber serta menulis. dakwah ku lebih banyak lewat metode itu.
Aku beruntung punya Istri yang lumayan cantik, yang tidak lain adalah kader dan Pengurus ISKADA Kota Langsa. Pertemuan kami berlangsung cukup singkat hanya 2 malam saja saat acara Training ISKADA langsa Tahun 2008 dimana saat itu saya sebagai Narasumber dan istriku merupakan salah seorang Instruktur training di MIN Teladan Kota Langsa.
Pasca training kuucapkan satu pertanyaan sebelum pulang ke Banda Aceh, maukah dinda menjadi suami kakanda..? dengan rasa tersipu malu, Fenni, mengucapkan mau kakanda. Hasil perkawinan kami dikaruniai 2 (dua) buah hati, laki-laki dan perempuan. Mereka adalah tempat pelipur laraku. Anak pertama bernama Hauna Azkia dan anak kedua bernama M. Sultan Syarif. Mimpiku jika sudah besar mereka ku antarkan ke Pesantren/Dayah Modern supaya pondasi Tauhid dan bidang ilmu umum juga bagus. Setelah tamat Pasantern Modern baru mereka melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi sesuai dengan bakat dan keinginannya.
Pasca training kuucapkan satu pertanyaan sebelum pulang ke Banda Aceh, maukah dinda menjadi suami kakanda..? dengan rasa tersipu malu, Fenni, mengucapkan mau kakanda. Hasil perkawinan kami dikaruniai 2 (dua) buah hati, laki-laki dan perempuan. Mereka adalah tempat pelipur laraku. Anak pertama bernama Hauna Azkia dan anak kedua bernama M. Sultan Syarif. Mimpiku jika sudah besar mereka ku antarkan ke Pesantren/Dayah Modern supaya pondasi Tauhid dan bidang ilmu umum juga bagus. Setelah tamat Pasantern Modern baru mereka melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi sesuai dengan bakat dan keinginannya.
Saat ini aku menggeluti dunia birokrasi hal ini sesuai dengan bidang studi strata dua, Magister Ilmu Hukum kosentrasi Hukum Tata Negara pada Universitas Syiah Kuala. Semoga diumurku yang ke-34 tahun ini membawa berkah serta berguna bagi masyarakat, agama, nusa dan bangsa. Aku termasuk anak desa yang beruntung, maklum diumur yang relatif muda aku dipercayakan sebagai Nahkoda Penilaian Kinerja PNS dilingkup Pemerintah Kota Banda Aceh. Satu-satunya lembaga yang ada di Indonesia yang khusus melakukan Penilaian Kinerja PNS berbasis Aplikasi Website.
Disamping itu juga aku banyak terlibat dalam proses pembuatan kebijakan Pemerintah Kota Banda Aceh saat menjabat Kasubbag Kelembagaan dan Tata Laksana pada Bagian Organisasi Setda Kota Banda Aceh. Sejak tahun 2008 s/d sekarang sebagai salah seorang tim Penulis Pidato Walikota Banda Aceh. Hampir seluruh Kabupaten/Kota di Aceh telah kujamah saat menjadi Sekum PW ISKADA Prop. Nanggroe Aceh Darussalam serta saat menjabad Kasubbag Kelembagaan dan Tata Laksana pada Bagian Organisasi Setda Kota Banda Aceh.
Dalam dunia Birokrasi aku mendalami disiplin Ilmu Standar Operasional Prosedur, Analisis Jabatan dan Analisis Beban Kerja, Survey Indek Kepuasan Masyarakat, Pelayanan Publik, Zona Integritas, Tata Naskah Dinas, Penyusunan Tupoksi dan Uraian Tugas, Badan Layanan Umum Daerah, E-Kinerja serta Kelembagaan Perangkat Daerah. Diumur ku yang ke-34 Tahun kupersembahkan Karya tulis buat negeri ini yang berjudul : "Reformasi Birokrasi; dari Banda Aceh menuju Indonesia. Buku ini bertepatan dengan Ulang Tahun Kota Banda Aceh ke-808 Tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar