Membaca tulisan Ariel Ali Piyeung {jangan} menikah dengan gadis Aceh, terkesan judulnya sangat
provokatif. Berbagai respon dialamatkan kepada Ariel Ali Piyeung (AAP). Saya
memanggil AAP sebagai “adek ganteng”. Kami dulu pernah satu angkatan
training ISKADA bersama abangnya M. Alkaf Ali Piyeung. Saya menangkap tulisan yang diangkat oleh AAP pada bloger pribadinya semata-mata untuk mencari sensasi atawa memancing respon kaum Adam dan Hawa di pusaran dunia maya ini. Ada yang memuju tulisan tersebut, bahkan ada juga yang mencacimakinya. Dalam ilmu propaganda AAP berhasil menghipnotis banyak orang sekaligus memancing adrenalin sehingga kita membaca dengan seksama dibalik tulisan yang provokatif itu.
Menurut AAP, bagi pemuda yang ingin menikah gaids Aceh dirasakan sangat mengganggu dengan
mahalnya biaya Nikah. Total taksiran dari AAP untuk melamar Gadis Aceh hingga
persoalan tetek bengek berkisar Rp. 10 Juta s/d Rp. 66 Juta. Tulisan AAP yang
di posting pada bloger pribadinya juga menjadi “isu seksi” di seputar dunia
maya.
Kelihaian AAP dalam mengolah kata serta menyajikan data yang
tidak valid membuat sebagian insan dipusaran nusantara, geleng-geleng kepala,
mungkin juga mengatakan..”wah, masak sih..segitunya mahal biaya nikah..?
Ada yang bilang sesuatu “yang mahal” kualitasnya bagus…? Misalnya
HP Samsung S4 Harganya Rp. 6.500.000, berbeda dengan HP Mito yang berkisar Rp. 300.000
hingga Rp. 1.000.000. So saya tidak mengulas persoalan ini panjang lebar.
Masing-masing kita punya tafsiran yang berbeda, begitu juga halnya dengan Mahar
Nikah Wanita Aceh.
Ada fakta lain, bahwa masyarakat Pantai Barat Selatan, wabil khusus Gampong Kuta
Buloh-I, Kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan, para Tokoh Agama dan Tokoh
Adat membuat "standarisasi mahar nikah yaitu “5 Mayam saja”. Mahar inipun nantinya
juga dipergunakan untuk modal perempuan dalam melakukan pesta perkawinan. Jadi sangat
keliru jika ada anggapan {Jangan} menikah
dengan gadis Aceh. Pertanyaan sederhana dari Agam dan Inoeng Aceh, apakah kita setuju
dengan apa yang dipaparkan oleh AAP dalam tulisannya itu…..? jawabannya ada pada Agam-Inoeng Aceh. Sekali lagi saya ingin katakan ke publik bahwa tulisan tersebut sengaja ditulis untuk mencari sensasi dan popularitas., walaupun diakhir tulisan AAP menutupnya dengan mengulas kelebihan gadis Aceh yang sarat dengan makna positif dibalik mahalnya mahar itu. Wallahu `alam binshawab
*Pemuda Aceh Selatan/ Pengurus DPP ISKADA Aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar