20 Apr 2013

Membaca Manuver Politik 2014

Oleh : Muhammad Syarif

Politik sulit dibaca dan tebak. Dalam dunia persilatan “politik”, ada kecendrungan semua mungkin untuk memperoleh hasrat politik. Politik selalu identik dengan kekuasaan. Anda boleh tidak setuju dengan ungkapan itu. Menarik kalau kita coba simak, bagaimana jargon-jargon politik dilakoni oleh petualang politik, sebut saja: “jika saya terpilih maka saya akan memperjuangkan nasib rakyat. Kalimat akan...ini dan akan itu senantiasa mewarnai baliho di seputaran sudut baik di kota, maupun di desa/gampong. Bahkan di WC pun, ungkapan akan ini dan akan itu bergentayangan.
Ilustrasi Kampanye Terbuka
Aceh sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 memberikan warna baru dalam dunia perpolitikan Indonesia. Partai Politik Lokal (Parlok) merupakan entitas baru dalam ranah politik nusantara. Eksistensi Parlok Idealnya benar-benar membawa perubahan baru, akan tetapi sayang seribu kali sayang, kiprahnya belum terbaca sampai saat ini. Yang ada hanyalah perjuangan semu. Berjuang mengatasnamakan rakyat, akan tetapi berjuang hanya untuk kepentingan Individual, kader dan kroninya.
Ilustrasi Kampanye Akbar Prabowo
Maaf kalau rakyat Aceh nantinya muak dan prustasi. Saat ini Tokoh dan Kader Parlok merapat ke Parnas dalam menaiki tahta kesenayan di Tahun 2014. Maklum secara konstitusi Parlok hanya dalam tataran skala lokal, jika mau mulus ke senayan maka harus merapat ke Partai Nasional (Parnas). Jika kita runut kebelakang, begitu membabi butanya para pejuang yang mengatasnamakan rakyat yang pada akhirnya membentuk Parlok, menghajar dan melontarkan Parnas adalah partai yang dicab dan diberi lebelisasi, partainya Wong Jowo alias partainya orang jawa.
Ilustrasi Kampanye Akbar Jokowi
Ternyata lebelisasi itu, di Tahun 2014 tidak muncul lagi, malah satu persatu kader dan pendiri Parlok dengan terang benderang meminang Parnas, untuk memenuhi hasrat “politiknya” kesenayan. Lantas bukankah ini dalam ajaran Islam disebut “munafik politik”  alias tidak konsisten dalam perjuangan Politik. Seribu macam alasan di keluarkan dalam membenarkan argumentasi sang politikus. Inilah potret politik negeri ini. Jadi benarlah adagium: tidak ada musuh abadi dalam dunia persilatan “politik” yang ada hanyalah pertemanan sejati berdasarkan kepentingan.
Ilustrasi Kampanye Akbar Prabowo
Loncatan kendaran politik merupakan hal yang biasa dalam dunia politik. Jika dulu menjadi musuh politik, maka sekarang menjadi sohib politik. Aneh bin ajaib. Tahun 2014 adalah Tahun berjuang dan bersafari ria menuju impian Politik. Para punggawa Politik saat ini sedang memburu konstituen untuk memperoleh suara dan simpati masyarakat. 
Ilustrasi Kampanye Akbar Jokowi
Geliat manuver politik sedang gencar-gencarnya di lakoni. Sejumlah program dan janji di taburi, baik secara terang-tarangan maupun sembunyi-sembunyi, demi memperoleh berkah politik yakni kursi menuju legislatif baik tingkat Daerah Kabupaten/Kota, Provinsi maupun menuju senayan. Rakyat tentu berharap akankah kesejahteraan, keadilan dan kedamaian akan terus langgeng di Tahun 2014 ini? Harapan ini menjadi penting dipertayakan, karena saat ini, benih konflik berpotensi besar melihat riak-riak dan letupan emosial sebagian politikus dan mantan pejabat yang haus akan kekuasaan dengan gagah perkasanya memperjuangkan Provinsi ALA dan ABBAS. 
cang panah sambil santai
Menjelang perhelatan akbar Pilpres 9 Juli 2014, para timses melakukan manuve politik, berbagai politik pencitraan dan politik adu domba saling dipertontonkan. dua media secara terang-terangkan menjagokan kadidatnya. TV one lebih menojolkan Prabowo-Hatta dan Metro TV secara bom bastis merelise berita seputra kiprah kesuksesan Jokowi dalam memimpin Solo dan Jakarta. Perang mediapun tak terbendung. Akrobat Politik Tahun 2014 juga mewarnai dunia maya termasuk masyarakat Aceh. Hujat-menghujat sesama timses sudah menjadi tontonan menarik di berbagai media masa termasuk media online.
Satu meja buat satu kepentingan politik
Gubernur Aceh ikut nimbrung dalam Pilpres 2014 dengan menjagokan Jokowi-Jusuf Kalla, sementara Wagub Aceh menjagokan Prabowo-Hatta. masing-masing Timses punya argumen tersendiri. Semoga saja siapapun pemenangnya nanti Gubernur dan Wagub akan kompak selalu, sebagaimana kompak saat mencalonkan diri pada Pesta Demokrasi Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh.


* Divisi Hukum dan Pemerintahan Aceh Research Institute (ARI)

Tidak ada komentar: