Gunakan
olah pikirmu dengan baik, agar kamu bisa meraih keuntungan baik materil maupun
immateril. Inilah ungkapan yang disampaikan endatu kita yang sarat dengan
makna. Kiranya ini pula diaktualisasikan oleh Warga Desa Mendis, Kecamatan
Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Sebut saja namanya
buyung (anonim) melakukan inovasi mengolah pelepah pinang menjadi piring hingga
kotak nasi. Hal ini dilakukan untuk menggantikan penggunaan plastik dan
styrofoam.
Pelepah
pinang yang biasanya dibakar oleh para petani di Bayung Lencir pun kini mulai
dimanfaatkan warga untuk menjadi kerajinan, karena memiliki nilai jual.
"Sebelumnya
pelepah pinang ini dibuang begitu saja, kalau pun digunakan hanya dijadikan
penutup tempayan saja, tapi kini muncul kreasi baru dari warga,” kata Supriyanto
Ketua Kelompok Koperasi Mendis Maju Bersama.
Menurutnya, saat ini banyak
warga yang tertarik dengan kerajinan tersebut, malahan pesanan juga datang dari
luar Sumsel. Warga yang bermukim di kawasan hidrologis gambut Sungai Merang ini
pun telah menjual hasil kerajinan tangan tersebut kepada para wisatawan.
"Bahkan
ada yang minta dikirim piring dan kotak nasi sebanyak sekitar 2.500 biji,"
ujar Suprianto. Pesanan ini, lanjutnya, datang dari restoran di Jakarta. Menurutnya,
teknologi pembuatan produk ini relatif sederhana, karena alat yang digunakan
hanya mesin press.
“Sebelum cetak, pelepah
harus dibasahi agar lebih lentur dan tidak gampang sobek. Setelah pelepah
dicuci, kemudian dicetak menggunakan mesin press,” jelasnya.
Setelah
pelepah dibentuk, kemudian dikeringkan menggunakan pemanas listrik ataupun
dijemur. “Dan uniknya, pelepah tidak perlu dipelitur karena bisa mengkilat
secara alami," ungkap Suprianto.Biasanya, pelepah pinang dibeli dari
petani senilai Rp 300-400 per lembar berukuran 25 cm. "Setiap lembar bahan
bisa dijadikan maksimal 2 produk," katanya. Setelah melalui berbagai tahap
produksi, piring, kotak nasi dan sendok pelepah siap dipasarkan dengan harga
mulai dari Rp 1.500-1.800 perbuah. Saat cuaca terik, para pengrajin bisa
memproduksi hingga 50 ribu buah dalam sebulan.
Inovasi
petani hasil pembinaan dari Kelola Sandang ZSL Indonesia ini pun mendapat
apresiasi Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza. Menurutnya, program pemberdayaan
masyarakat ini sangat membantu masyarakat yang hidup dan bermukim di kawasan
hidrologis gambut Sungai Merang, Musi Banyuasin.Tentunya program yang baik
seperti ini menambah penghasilan warga sebagai bagian pengentasan kemiskinan serta
produk yang dihasilkan pun ramah lingkungan. Kisah sukses yang dilakoni
Supriyanto dengan imajinasinya melahirkan satu produk inovasi yang bernilai
ekonomis dan ramah lingkungan ini, andai saja program ini di replikasi oleh pemerintah Aceh
melalui dinas teknisnya dengan memfasilitasi studi tiru sukses serta
bantuan modal usaha bagi masyarakat atau pemuda produktif saya yakin akan
berefek ganda dalam pemberdayaan ekonomi rakyat dan kebahagian bagi petani pinang. “Aceh beumakmu, rakyat becarong, ekonomi beukong, hudeup bahagia”. Peunapakat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar