16 Okt 2019

Usamah: Aceh Carong Akan Melahirkan Aceh Meuadab


Membangun karakter itu sulit. Butuh waktu dan proses. Tidak semudah membalik telapak tangan. Dari 15 program pemerintah Aceh, Irwandi- Nova Iriansyah, ada satu program membangun karakter Aceh, yakni Aceh Meuadab. Bagaimana beretikanya rakyat Aceh, memiliki ahlaq yang baik sesuai dengan syariat, harus ada terobosan untuk mweujudkanya. Upaya untuk melahirkan Aceh Mueadab tentunya harus terlebih dahulu terlahir Aceh carong. Tanpa SDM yang baik, khususnya dalam bidang agama, Aceh meudab sulit didapat. Pendidikan agama kelak akan melahirkan karakter Aceh yang semakin beretika, Aceh Meuadab. Untuk mewujudkanya, lembaga Dayah Provinsi Aceh pada tahun 2019 ini memiliki sejumlah program. Mulai dari memperhatikan tenaga pendidik, bahkan mengirimkannya sampai ke pulau Jawa, juga serius memperhatikan santri.


Dinas pendidikan Dayah di Aceh ini tahu persis, dari 216.000 santri yang ada saat ini, yang tergabung dalam lima tipe dayah, tidak semuanya menjadi ulama. Tidak semuanya kembali bergelut dengan dayah. Tentunya mereka juga harus dibekali dengan ilmu mandiri, mampu untuk mengurus diri sendiri tidak menambah pengganguran. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Usamah El- Madny, untuk tahun angaran 2019 peningkatan kualitas banyak dilakukan, baik untuk pendidik (guru) dan santri, pembinaan dayah dan perangkatnya, sampai dengan beasiswa khusus kepada santri.

Untuk pendidik, jelas Usamah, pada tahun ini ada 15 orang yang dikirim ke Jepara Jawa Tengah guna memperdalam ilmu, bagaimana membaca kitab kuning dengan cepat. Total anggaran untuk mereka mencapai Rp 558.740.000. Selain itu juga ada kursus untuk guru dayah. Mereka magang bahasa Arab dan Ingris ke Pulau Jawa, Pare, Kediri, Jawa Timur. Jumlah mereka yang magang ke sana mencapai 50 orang. Anggaranya juga terbilang besar mencapai Rp 1.564.520.000. Menurut Usamah, demikian dengan guru kontrak, pimpinan dayah, guru dan tengku dayah, semuanya mendapat perhatian serius. Untuk guru diberikan intensif yang lumanyan besar.

Sementara untuk pimpinan dayah, tengku dayah, nilai insentif setiap bulanya agak lebih kecil bila dibandingkan dengan guru. Untuk guru, jelas Kadis Pendidikan Dayah ini, pada tahun 2019 ada 52 orang guru kontrak bidang study Bahasa Arab. Mereka mendapatkan honor Rp 2.000.000 setiap bulanya. Nilai yang dikeluarkan untuk 52 guru kontrak ini mencapai Rp 1.248.000.000. Demikian dengan guru bidang study Bahasa Inggris, matematika, dan tahfizul Qur,an. Nilai yang mereka terima setiap bulannya sama dengan guru bahasa Arab, Rp 2 juta perbulan. Untuk bahasa Inggris ada 42 guru yang nilai total honor mereka Rp 1.008.000.000. Untuk guru kontrak matematika tercatat 40 orang, nilai total honor mereka Rp 960.000.000 dan untuk guru tahfizul Qur’an hanya 12 orang dengan nilai honor keseluruhan Rp 288 juta. Selain itu ada guru khusus kitab kuning di daerah terpencil.

Nilai honor mereka sedikit berbeda dengan guru kontrak lainya. Untuk guru terpencil kitab kuning ini, mereka mendapatkan honor Rp 2.200.000 perbulan. Jumlah guru kontrak ini ada 48 orang. Total honor untuk 48 guru kontrak kitab kuning ini mencapai Rp 1.267.200.000. Untuk guru/ tengku dayah, walau insentif mereka relatif lebih kecil bila dibandingkan guru kontrak, namun jumlah guru dayah yang diberikan insentif jumlahnya mencapai 5.500 orang. Nilai insentif yang mereka terima setiap bulan Rp 250.000. Total anggaran untuk guru dayah ini mencapai Rp 16.500.000.000. Sementara untuk pimpinan dayah di Aceh yang mendapatkan insentif, menurut Usamah, ada 600 pimpinan dayah. Mereka mendapatkan insentif Rp 350.000 sebulan. Nilai anggaran untuk itu Rp 2.520.000.000. Demikian dengan santri, pada tahun anggaran 2019 ini, ada 250 santri yang mendapat bantuan biaya santri berprestasi. Jumlah anggaran untuk 250 santri ini mencapai Rp 750 juta. Selain itu juga ada bantuan santri muallaf. Ada 120 santri yang nilai bantuanya mencapai Rp 1.296.000.000.

Menurut Kadis Pendidikan Dayah ini, di Aceh ada 1.136 dayah ini terdiri dari 5 tipe. Jumlah santrinya terbilang banyak mencapai 216.011. Dinas Dayah sudah mengklasifikasi dayah yang ada di Aceh. Untuk tipe A plus, jumlah dayahnya ada 23 dengan jumlah santri mencapai 40.521 orang. Untuk tipe A, ada 94 dayah, dengan jumlah santri mencapai 52.407. sedangkan tipe B tercatat ada 168 dayah dengan santri 44.469. sementara untuk tipe C, ada 337 dayah dengan jumlah santri 42.531 sedangkan untuk dayah non tipe jumlahnya lumanyan banyak mencapai 514 dayah dengan jumlah santri 36.083. Dinas pendidikan Dayah Aceh mengelola anggaran yang terbilang besar, mencapai Rp 574.764.357.741.

Dari nilai total ini ada beberapa program khusus yang dilaksanakan untuk peningkatan SDM dayah. Untuk program peningkatan mutu dayah, anggaran yang tersedia Rp 30. 805.845.000. anggaran ini diperuntukan pembinaan pimpinan dayah dan tengku dayah, pendidikan dan pelatihan, kerjasama antar lembaga, kompetensi pimpinan dayah/ tengku. Ada program lainya yang tak kalah menarik, yakni pemberdayaan santri. Pemberdayaan ini dilakukan, karena tidak semua santri dayah menjadi ulama, atau kembali kedayah mendirikan dayah. Untuk itu mereka juga harus dibekali dengan skil, agar mampu mandiri, sebut Usamah, agar kelak mampu mandiri, tidak menambah penganguran. Mereka dibekali dengan pelatihan life skil. Pelatihan itu diantaranya, sebut Kadis Pendidikan Dayah, berupa pelatihan jurnalistik dan penerbitan berkala, majalah/ jurnal dayah.

Pembinaan kompetensi, pembinaan bakat, dan minat santri sampai dengan penyediaan beasiswa untuk santri berprestasi. Nilai anggaranya mencapai Rp 7.973.795.823. Demikian dengan manajemen dayah, ada anggaran Rp 1.007.710.000. nilai ini diperuntukan pelatihan usaha kesehatan dayah, pembinaan kelembagaan, manajemen, dan tata kelola administrasi. Sementara untuk peningkatan kualitas dan pengembangan dayah ada nilai anggaran Rp 25, 6 miliar lebih. Dana ini untuk penyediaan jasa pendidik dan tenaga pendidikan dayah, pengembangan sarana dan prasarana dayah perbatasan.

Untuk program pendidikan dayah, berupa pembinaan dan pengembangan kurikulum dayah, penyedian buku/ kitab kurikulum dayah, nilainya mencapai Rp 3. 463.130.000. Sinergi Program Aceh Carong dan Aceh Mueadab, menurut Kadis Pendidikan Dayah ini, walaupun terpisah namun pararel. SDM orang Aceh lebih diutamakan untuk membentuk Aceh mueadap. Bila Aceh sudah carong, pada masanya Aceh muadab itu akan terbentuk. Aceh mueadab itu lebih pada penekanan etika, karakter, ahlaq. Bila Aceh sudah carong, karakter ahlaq mueadab itu pada masanya akan terbentuk, untuk itu pendidikan dayah lebih mengutamakan pendidikan manusianya. “Alhamdulilah Dinas Pendidikan Dayah dan Pendidikan Umum, kini sudah sejalan. Kini sudah sinergi,” sebut Usamah.

Dayah itu ada tiga tipe, ada dayah salafi, terpadu dan tahfid. Dayah terpadu dan tahfid itu didalamnya ada sekolah, kurikulumnya disesuaikan dengan Diknas. Kalau tingkat SMA tanggungjawabnya ada di provinsi, sementara SD dan SMP berada di kabupaten kota. Mensinergikan dayah salafi dan terpadu dan tahfid, dayah terpadu dan tahfid didalamnya ada sekolah. Dengan kurikulum diknas. Kalau SMA ,jadi tanggung jawab provinsi, kalau SMP menjadi tanggungjawab kabupayen kota.

Demikian dengan regulasi, menurut Usamah, secara regulasi masalah keseimbangan sudah clear. Gubernur dan DPR telah sepakat tentang dayah dengan adanya Qanun nomor 9 tahun 2019, telah membuat posisi dayah dan dinas pendidikan memiliki pungsi yang sama, sebagai peyelenggara pendidikan. Telah disepekati tiga puluh persen dari total 20 persen anggaran pendidikan untuk dayah. Kalau nilainya 100, berarti untuk dayah 30, jelas Usamah. “Demikian dengan mitra Dinas Pendidikan Dayah, jangan lagi di komisi 7 DPR. Kalau 7 nanti kan komisi israk mikraj, tahun baru hijriah, maulid. Asosiasinya agama dan spritualitas. Kita ada item spritualitas pada pendidikan dayah, tetapi fungsi kita adalah pendidikan,” sebut Usamah. “Kita berharap dayah itu berada di komisi pendidikan. Sehingga mitranya cocok melaksanakan, menyelenggarakan pendidikan.

Selama ini kita menyelenggarakan pendidikan, namun berada di komisi agama,” jelasnya. “Dayah ini bukan soal agama, ya dia sebagai pembinaan agama, tetapi dia sektor pendidikan. Karena pemerintah Aceh mengaku pendidikan agama dan pendidikan umum adalah satu kesatuan yang tidak dipisahkan,” ucap Usamah. Kadis pendidikan mengakui, sejak lima tahun ini, output yang akan dicapai dinas pendidikan dayah sudah clear, misalnya berapa hafidz, sudah terukur dalam Resintra dan itu wajid dari awal harus ada target,” jelasnya. Kadis Pendidikan Dayah Aceh ini mengatakan ada wacana dayah mandiri dan berdaya saing nasional, regional, dan internasional.

Menurutnya itu adalah salah satu program Plt Gubernur Nova Iriansyah. “Misalnya pemberian beasiswa pendidikan termasuk untuk dayah, dimana untuk tahun ini tahfid sudah berjalan,” jelasnya. Aceh tidak akan carong tanpa keseriusan semua pihak. Bila pemerintah Aceh sudah menyediakan anggaran untuk Aceh Carong, keterlibatan pihak lain juga sangat menentukan masa depan Aceh. Sehingga dari generasi Aceh carong ini akan melahirkan generasi yang semakin meuadap.

Keterlibatan semua pihak, khususnya yang bersentuhan langsung dengan kegiatan Aceh carong, juga harus menunjukan keseriusanya demi keberhasilan Aceh carong. Tanpa keseriusan dan semangat yang tinggi dari semua pihak, Aceh carong sulit diwujudkan. Namun bila semuanya satu tekad untuk melahirkan Aceh carong sehingga pada masanya akan terbentuk Aceh mueadab, tidak ada istilah tidak bisa. "Asal kita mau dan punya tekad, insya Allah akan dikabulkan," ujarnya.

.


Tidak ada komentar: