15 Apr 2018

Coffee Morning bersama Dokter Hendro Cs Larut dalam Kajian Filsafat Ilmu

Sosok dokter Hendro Mustaqim bagi kalangan Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh, lebih akrab dikenal sebagai dokter spesialis bedah. Kelihaiannya dalam melakukan eksekusi bedah bagi pasien di rumah sakit tidak diragukan lagi. Mungkin ribuan pasien telah dieksekusinya dalam rangka tindakan medis dan penyelamatan jiwa manusia.

Ganteng, dan berperawakan rapi adalah gayanya. Saya pun mengenal beliau pertama kalinya, saat salah seorang keluarga ditanganinya. (Ibu Mertua Tahun 2017, dua kali dilakukan operasi). Saya pun semakin kagum padanya. Sistematika bicara yang teratur, lembut menambah kekaguman saya padanya.

Melihat gaya dan setiap ajakan diskusi warung kopi dengan komunitas dokter Rumah Sakit Meuraxa dan Para dokter spesialis, dokter hendro batinku berpirasat ia bagian dari kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), ternyata dugaanku benar, Maklum nasab ke-HMI-an tidak bisa di tutupi. Berdasarkan pengakuanya, ia gagal di LK-II HMI.

Kali ini kami berbincang-bincang seputar banyak hal, mulai dari topik keagamaan, pergerakan ormas Islam, Ekonomi Syariah, Gerakan Dakwah Ormas Islam, hingga soal MART 212. 

Minggu, 15 April 2018, adalah Coffee Morning berkelas di Solong II, Ya ini bukan soal coffee morning biasa dan gosip murahan, akan tetapi pertemuan yang lezat dengan kajian filsafat keilmuan. Saya lebih banyak mendengar dan menganalisa setiap topik yang didiskusikan. Ecek-ecek ini diskusi warung kopi katanya dan tanpa tendensi apapun, ungkap “dokter spesialis bedah yang ganteng”.

Diskusi yang dipandu oleh Saifuddin Malek yang juga mantan aktifis Muhammadiyah Aceh, semakin bernas dan tajam. Layak disebut sebagai tradisi “Insan Cita”. Membaca pikiranya teringat masa-masa diskusi HMI era-98, membedah kasus tematik dengan runut baik di Komisariat, Warung Kopi maupun di Musalla Kampus. 

Saya bangga bisa berkawan dan berinteraksi dengan dokter spesialis muda, yang bukan hanya jago dalam memainkan peran medisnya, akan tetapi juga lihai dalam menarasikan pedagogi filsafat, dan memiliki ghirah keagamaan serta keilmuan. Ia juga senantiasa membagun relasi dengan dunia luar yang barang kali “tidak satu klan” komunitas. (baca komunitas dokter spesialis yang terkesan elitis). Harus diakui para dokter spesialis klannya sangat elitis dan cendrung berkoloni. Hasil amatan selama ini. (boleh berbeda pandangan), hehe....ini hanya asusmsi pribadi saja, tidak usah dimasukin dalam hati. Please dech? Jangan marah ya pak dokter spesialis ganteng?, Aye cuma bercanda kok....hehe

Semoga saja pertemanan ini semakin terjalin dengan baik. Akankah ada episode diskusi yang lebih bernas lagi..? Hanya waktu yang bisa menjawabnya . Sukses selalu Pak dokter, berilah yang terbaik dalam pengabdian, terus menebar kebaikan dan jadilah dokter spesialis zaman Now yang senatiasa dicintai pasien.  Satu mimpi kami wujudkan Banda Aceh Gemilang dalam bingkai syariah menjadi Framing tujuan pengabdian, tentu dalam leksikon yang berbeza.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Jelas dan berbobot๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘