15 Jan 2018

Cahaya Gemilang itu ada di Pojok Dayah Mini Aceh


suasana belajar di dayah mini aceh
Cuaca Kutaraja cukup bersahabat, kami para punggawa Disdik Dayah Banda Aceh punya cara istimewa dalam menghimpun ide cemerlang. Ada kalanya ide itu muncul di saat melakukan kontemplasi, open isu aktual via email, sosmed Tgk. Dayah bahkan terkadang lewat bincang ringan di warung kopi. Ya, bayak cara dalam meramu gagasan yang pada akhirnya menjadi kebijakan strategis. 


Senin, 15 Januari 2018 trio Punggawa Disdik Dayah Banda Aceh (Syarif, Saiful dan Nazar) bertandang ke Dayah Mini Aceh yang beralamat di Gampong Alu Naga, Kecamatan Syiah Kuala. Tentu ini kali kedua kehadiran kami pasca Dayah ini pindah lokasi, dari belantaran kali sungai syiah kuala yang kini permanen di Alu Naga. 

Dari picture lokasinya tentu dayah ini menjadi daya magnet baru, karena lokasi yang diapit oleh pantai dan tambak warga. Saya membayangkan area ini suatu saat akan menjadi icon baru, Banda Aceh Gemilang. Ini bukan tanpa alasan, dimana sepanjang jalan sudah ada perumahan yang sedang di bangun nan rapi dan elok. Jalan menuju kelokasipun ber aspal hotmik. Udara sejuk dan sumber airnya pun cukup baik. Menurut pengakuan Tgk. Umar Rafsanjani, Lc, MA, Pimpinan Dayah Mini Aceh suplai PDAM Tirta Daroy cukup lancar.

Kehadiran kami dalam rangka melihat lebih dekat proses pembelajaran dayah, sekaligus menyerap aspirasi Pimpinan Dayah guna diakomudir dalam perencanaan program dinas kedepan. Saat berada di markaz dayah, kami mengelilingi area dayah sembari tuan guru Waled Umar Rafsanjani menunjuk beberapa gedung dan masterplan pengembangan dayah kedepan. Disamping itu saya  melihat tanaman buah tin, dan kami pun disuguhinya. Ya rasa buah tin benar-benar makyos, manis dan berkhasiat tinggi.

Melihat perkembangan Dayah Mini Aceh yang terus berkembang, tentu kami sangat terharu. Setidaknya ini langkah yang baik dalam menggemilangkan Banda Aceh kedepan. Para santrinya berasal dari 23 Kabupaten/Kota di Aceh yang umumnya berasal dari anak yatim dan miskin. Semua santrinya gratis, ungkap Waled Umar Rafsanjani. Ini tugas yang mulia, hatiku bergumam.  Wajah sumringan guru dan murid terlihat jelas. Sang gurupun sangat bersemangat dalam mengajarkan santrinya.

Setelah tuntas belajar santri pun bergegas menuju dapur utama guna sarapan pagi, ya walau menunya ala kadar, kami melihat para santri menikmatinya tanpa keluhan. Disaat kami ke temu bunda nyak maneh (panggilan samaran juru masak), dengan polosnya beliau meminta, pak jika ada bantuan qurban jangan lupa ya, dayah kami di bantu?. Insya Allah, kami akan sampaikan pada pimpinan. Kami pun akhirnya pamit...semoga dari pojok Dayah Mini Aceh, keluar cahaya kegemilangan.


Tidak ada komentar: