Oleh : Muhammad Syarif
Seperti biasanya para punggawa Dinas
Pendidikan Dayah (Disdik Dayah) Banda Aceh sejak April gencar-gencarnya
melakukan silaturrahmi dengan Pimpinan Dayah/Pesantren dan Balai Pengajian.
Program Jak Saweu Dayah bagian dari
upaya menjalin silaturrahmi dan sinergisitas antara Pimpinan Dayah dengan Punggawa
Disdik Dayah Kota Banda Aceh yang pada akhirnya akan merajut ukhwah dalam penyusunan
Program kerja kedepan.
Harus diakui bahwa keberadaan Disdik Dayah Banda Aceh adalah
perjuangan panjang Teungku Dayah, yang mendapat sokongan legislatif Kota Banda
Aceh. Cerita ini langsung saya dapatkan dari Tgk. Wahyu Mimbar cs.
Dinas Pendidikan Dayah Kota Banda Aceh
yang lahir dari perjuangan Panjang Para Pimpinan Dayah dan Para Legislatif Kota
Banda Aceh adalah salah satu Instintusi baru. Keberadaan lembaga ini dulunya
melekat pada Dinas Syariat Islam sejak Tahun 2008 hingga 30 Desember 2017. Akan
tetapi sejak lahirnya PP No.18 Tahun 2016, dan Permendagri No.95 Tahun 2016,
Disdik Dayah merupakan salah satu lembaga Keistimewaan Aceh disamping 10
Lembaga Keistimewaan Aceh.
Dalam Perspektif Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 95 Tahun 2016 ada dua jenis perangkat Daerah yaitu, Pertama
perangkat Daerah yang melaksanakan urusan Pemerintahan dan Kedua Perangkat
Daerah yang melaksanakan urusan keistimewaan dan kekhususan.
Adapun Perangkat daerah yang
melaksanakan kekhususan dan keistimewaan antara lain:
1.
Kerukon Katibul Wali/Sekretariat Wali Nanggroe
2.
Dinas
Syariat Islam
3. Dinas
Pendidikan Dayah
4. Dinas
Pertanahan Aceh
5.
Sekretariat
Majelis Permusyawaratan Ulama
6.
Sekretariat
Majelis Adat Aceh
7.
Sekretariat
Majelis Pendidikan Aceh
8.
Sekretariat
Baitul Mal Aceh
9. Sekretariat
Badan Reintegrasi Aceh
10. Satuan Polisi Pamong Praja dan
Wilayatul Hisbah
Dari
ke-10 Perangkat Daerah yang melaksanakan kekhususan dan keistimewaan, hanya 4
Lembaga baru selebihnya sudah ada sejak Tahun 2006, bahkan ada yang lahir sejak
Tahun 80-an dengan metamarfosis nomenklatur yang berberda, akan tetapi memiliku
tugas dan fungsi yang sama.
Tulisan
ini tidak membahas dengan detail keberadaan lembaga keistimewaan, akan tetapi
menarasikan secuil kisah perjalanan Dinas Pendidikan Dayah Kota Banda Aceh yang
baru berumur 4 sejak bermetafosis menjadi Institusi Mandiri.
Disdik
Dayah Banda Aceh yang saat ini dipimpin oleh Bapak Zahrol Fajri, S.Ag, M.H
telah melakukan berbagai strategi dalam merekatkan sulam keharmonisan dengan
Para Pimpinan Dayah se-Kota Banda Aceh. Langkah awal dengan melaksanakan Rapat
Koordinasi Pimpinan Dayah yang disusul dengan Melakukan Fasilitasi Pembentukan
Forum Pimpinan Dayah. Disamping itu Disdik Dayah gencar melakukan Silaturrahmi
Mitra Bestari dengan stakeholders baik
kementrian Antar Lembaga, Dinas Teknis, Instansi Vertikal dan program Jak Saweu
Dayah dan Balai Pengajian.
Selaku
pendatang baru dalam dunia birokrasi tata kelola Dayah, langkah yang ditempuh
dinilai sangat tepat. Bahkan saya mengamati hasil komunikasi selama ini berbuah
manis. Setidaknya ini awal yang baik dalam merekat sulam tata kelola dayah
menuju modern.
Berdasarkan
hasil rekaman saya selama mendampingi sang Pilot Disdik Dayah Banda Aceh, lebih kurang 20 Lembaga Keagamaan telah dikunjungi (baca jalin mitra bestari). Itu yang sempat saya rekam,
selebihnya bisa jadi melebihi kalkulasi. Memang kalkulasi mitra bestari belum
seberapa. Akan tetapi dengan kesibukan sang Pilot tentu bagi saya itu ukuran
yang melebihi diatas rata-rata. Hampir setiap momentun saya mengawal sang
pilot, sejak dari pemenuhan sapras kantor, hingga Jak saweu Dayah.
Sungguh
masuk dalam rumah besar “Dayah” itu sangat indah dan menawan. Bahkan berbuah
Manis. Kali ini kami beruntung disaat melakukan Jak Saweu Dayah, mendapat
undangan khusus dari Waled Rusli Dauid,SHI, Pimpinan Dayah Mishrul Huda
Malikussaleh yang merupakan salah satu murid kesayangan Abu Panton (red pen). Menu racikan chef Mishrul Huda Malikussaleh rasanya hanya dua yaitu enak banget dan super maknyos.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar