12 Apr 2016

Refleksi 811 Tahun Kota Banda Aceh

Oleh : Muhammad Syarif,S.HI.,M.H*

Dalam lintasan sejarah, disebutkan bahwa Banda Aceh sebagai pusat Ibu kota Nanggroe Aceh darusalam, saat ini dikenal dengan sebutan Pemerintah Aceh sesuai dengan UU Nomor 11 Tahun 2006 . hal ini sebagaimana tertuang dalam batu nisan di kampong Pande, Kota ini dibangun pada hari jumat, tanggal 1 Ramadhan 601 H atau bertepatan dengan 22 April 1205 M yang dibangun oleh Sultan Johan Syah setelah berhasil menaklukkan Kerajaan Hindu/Budha Indra Purba dengan ibukotanya Bandar Lamuri.

Banda Aceh Darussalam sebagai ibukota Kerajaan Aceh Darussalam dan sekarang ini merupakan ibukota Provinsi Aceh telah berusia 811 tahun (22 April Tahun 2016 M) merupakan salah satu Kota Islam Tertua di Asia Tenggara. Seiring dengan perkembangan zaman Kerajaan Aceh Darussalam dalam perjalanan sejarahnya telah mengalami zaman gemilang dan pernah pula mengalami masa-masa suram yang menggentirkan.
Adapun Masa gemilang Kerajaan Aceh Darussalam yaitu pada masa pemerintahan "Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah, Sultan Alaidin Abdul Qahhar (Al Qahhar), Sultan Alaidin Iskandar Muda Meukuta Alam dan Sultanah Tajul Alam Safiatuddin". Sedangkan masa percobaan berat, pada masa Pemerintahan Ratu yaitu ketika golongan oposisi "Kaum Wujudiyah" menjadi kalap karena berusaha merebut kekuasaan menjadi gagal, maka mereka bertindak liar dengan membakar Kuta Dalam Darud Dunia, Mesjid DJami Baiturrahman dan bangunan-bangunan lainnya dalam wilayah kota.
Kemudian Banda Aceh Darussalam menderita penghancuran pada waktu pecah "Perang Saudara" antara Sultan yang berkuasa dengan adik-adiknya, peristiwa ini dilukiskan oleh Teungku Dirukam dalam karya sastranya, Hikayat Pocut Muhammad.
Masa yang amat getir dalam sejarah Banda Aceh Darussalam pada saat terjadi Perang Dijalan Allah selama 70 tahun yang dilakukan oleh Sultan dan Rakyat Aceh sebagai jawaban atas "ultimatum" Kerajaan Belanda yang bertanggal 26 Maret 1837. Dan yang lebih luka lagi setelah Banda Aceh Darussalam menjadi puing dan diatas puing Kota Islam yang tertua di Nusantara ini Belanda mendirikan Kutaraja sebagai langkah awal Belanda dari usaha penghapusan dan penghancuran kegemilangan Kerajaaan Aceh Darussalam dan ibukotanya Banda Aceh Darussalam.
Sejak itu ibukota Banda Aceh Darussalam diganti namanya oleh Gubernur Van Swieten ketika penyerangan Agresi ke-2 Belanda pada Kerajaan Aceh Darussalam tanggal 24 Januari 1874 setelah berhasil menduduki Istana/Keraton yang telah menjadi puing-puing dengan sebuah proklamasinya yang berbunyi :
Bahwa Kerajaan Belanda dan Banda Aceh dinamainya dengan Kutaraja, yang kemudian disahkan oleh Gubernur Jenderal di Batavia dengan beslit yang bertanggal 16 Maret 1874, semenjak saat itu resmilah Banda Aceh Darussalam dikebumikan dan diatas pusaranya ditegaskan Kutaraja sebagai lambang dari Kolonialisme. Banda Aceh Darussalam akhirnya berubah namanya menjadi Kota Banda Aceh.


 Kota Banda Aceh kini telah banyak menuai prestasi, baik di bidang Pemerintahan, Pendidikan, Kesehatan bahkan olah raga. Walaupun diakui memang  prestasi tersebut terjadi pasang surut.
Dalam bidang Pemerintahan, Kota Banda Aceh saat ini menjadi sokoguru se nusantara dengan program e-kinerja PNS yang telah  memperoleh sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dari Kementrian Hukum dan HAM (Selasa, 19 Maret 2013). Kota Inovation Award 2012 ini juga gemar menyabet piala Adipura, Pengesahan Anggaran Tepat Waktu, Pengiriman LAKIP tepat waktu, Kota Percontohan Pelayanan Publik, dan sebagainya.
Dalam bidang pendidikan, Banda Aceh merupakan salah satu kota terbaik nilai UAN se-Indonesia serta salah satu Kota yang menerapkan konsep pendidikan diniyah baik sekolah umum maupun sekolah Agama di setiap jenjang pendidikan. Dalam bidang Kesehatan dan Olah Raga Kota ini sangat berani menerapkan sanksi terkait larangan merokok bagai pejabat struktural. Tidak tanggung-tanggung, sanksi pemecatan akan diambil bagi yang ketahuan mengisap rokok bagi diruang publik. Walaupun hal ini hampir tidak mungkin dilakukan, paling tidak semangat untuk itu sudah ada. Dalam dunia olah raga “Persiraja Banda Aceh sebagai Klub Sepak Bola pernah jaya di era 80-an.
Saat ini Banda Aceh sebagai salah satu pilot project dibidang Reformasi Birokrasi tentunya pemerintah pusat tidak salah dalam melirik Banda Aceh menjadi sample rujukan terutama dibidang Penataan Kelembagaa, Kepegawaian, Tata Laksana, Analisis dan Formasi Jabatan serta pelayanan publik.
Berbagai Kota-kota besar di Indonesia sejak Tahun 2012 setiap bulannya mengunjungi Banda Aceh guna mendalami e-Kinerja PNS antara lain: Kota Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Makassar, Tuban, Tangerang, Tangerang Selatan, Pangkal Pinang, Bayuwangi serta beberapa Kab/Kota lainnya di Indonesia.
Semoga saja Kota Banda Aceh akan semakin memperteguh dan mempermantap prestasi-demi prestasi. Pertanyaan yang muncul adalah akankah prestasi ini mampu dipertahankan dan dilanjutkan..? Krue samangat semoga di tanggal 22 April 2016 diusianya yang ke-811 akan memperkokoh prestasi Kota ini bahkan akan menjadi Kota pusat peradaban nusantara, hal ini sesuai dengan  Visi Walikota Banda Aceh Periode 2012-2017: “Mewujudkan Banda Aceh sebagai Model Kota Madani Indonesia”

*Penulis adalah Kepala UPTB e-Kinerja PNS Kota Banda Aceh dan Pengurus KAHMI Aceh

Tidak ada komentar: