Tuhan sebagai
sang pencipta seluruh jagat raya telah mengatur alam ini dengan cukup seimbang.
Ada siang ada malam, ada musim kering dan ada musim hujan, ada berkah, ada
musibah. Itu semua berjalan sesuai
dengan sunnatullah.
Indonesia
merupakan negara yang beriklim tropis, sehingga negara kita memiliki dua musim
yaitu penghujan dan kering. Tidak dipungkiri mengapa kita memiliki dua musim
tidak seperti pada negara-negara lain di benua Eropa, Afrika, serta Amerika
yang memiliki beberapa musim yaitu salju, semi, dan panas. Karena negara kita
terletak di garis katulistiwa dengan diapit dua benua, yaitu Asia dan
Australia, serta dua samudera, yakni Hindia dan Pasifik.
Suasana banjir Aceh Utara Sumber Photo Antara |
Dengan
kondisi geografis yang beraneka ragam dari dataran rendah hingga tinggi sehingga menjadikan
negara kita berbukit-bukit yang memanjang dan kaya sumber daya alam. Mulai
perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan, bahkan pertambangan yang orang
Jawa menyebutnya ’’gemah ripah loh jinawi’’.
Siklus
hidrologi yang memutar kehidupan di bumi salah satunya yaitu hutan. Hutan
merupakan hamparan lahan yang ditumbuhi berbagai jenis pepohonan,
tumbuhan-tumbuhan, serta hewan beserta ekosistemnya yang masing-masing memiliki
aneka fungsi dan manfaat bagi makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupan.
Hutan juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai fungsi ekonomi, sosial, dan
budaya yang tinggi.
Kerusakan Hutan Aceh (sumber photo Walhi Aceh) |
Aceh yang alamnya begitu eksostik lambat-laun
menjadi negeri yang gersang dan penuh bencana. Kita pelajari
bersama, hutan memiliki fungsi hirologis. Di mana, hutan menyimpan cadangan air
pada waktu musim kering dan melepaskan secara perlahan-lahan sehingga menjadi
sumber-sumber air. Ketika musim penghujan, hutan menahan air hujan yang turun
langsung ke tanah dengan melalui dedaunan, ranting, cabang, batang yang
kemudian air mengalir perlahan ke tanah. Ada pula air yang langsung ke tanah
dengan mengenai tumbuhan bawah dan serasah-serasah, sehingga air perlahan-lahan
dimasukkan ke tanah.
Akhir-akhir ini Aceh sering dilanda Banjir Badang. Ribuan masyarakat meninggal, rumah-rumah porak-poranda. Fasilitas publik hancur berantakan. Ini semua akibat alam sudah mulai dirusak oleh segelintir orang yang terus melakukan ekspoitasi alam (hutan). Dapat dipastikan bila ekositem alam terganggu, maka keseimbangan alam akan rusak yang pada akhirnya akan membawa bencana alam.
Banjir Benar Meriah (Sumber Photo Antara) |
Di
dalam tanah, air mengalami penyimpanan melalui tanah humus, akar, hingga suatu
saat akan mencapai titik jenuh. Maka, air dilepaskan perlahan-lahan untuk
dijadikan sumber air. Makanya, tidak heran jika air sungai yang mengalir
sepanjang tahun dari hutan tidak pernah mengering. Kita ketahui bahwa air
sumber kehidupan. Hutan lah yang mempunyai peran penting untuk menjaga
kestabilan alam kita ini.
Ekspoitasi Hutan di Desa Manggamat Aceh Selatan |
Menurut Hariadi Kartodiharjo dalam
bukunya Di Balik Kerusakan Hutan dan Bencana Alam memandang bahwa berdasarkan
peraturan perundangan yang telah diberlakukan, kerangka pemikiran yang
digunakan untuk menetapkan kebijakan pelestarian hutan adalah dengan menetapkan
hutan (natural capital) sebagai faktor utama. Dalam hal ini hutan dikonsepsikan
sebagai suatu ekosistem yang mempunyai fungsi alami serta bergantung dari tipe
ekologis dan karakteristik hubungan makhluk hidup yang ada di dalamnya.
Ada beberapa
faktor penyebab banjir, pertama: karena hujan deras yang turun terus menerus sepanjang hari
sehingga air menggenangi tempat tertentu dengan ketinggian tertentu dan
menyebabkan hanyutnya rumah, tanaman dan manusia. Air mengikis permukaan tanah,
sehingga terjadi endapan tanah di tempat rendah, mendangkalkan sungai, kolam
dan danau.
Kedua: tidak
berfungsinya saluran parit. Banyak kita lihat di pusat-pusat kota, parit sudah
di timbun dengan bangunan fisik berupa toko, sehingga saat hujan air tidak lagi
mengalir, akan tetapi tersumbat bahkan meluap ke pusaran jalan-jalan
protokoler.
Ketiga:
Pembangunan jalan yang tidak lagi sesuai peruntukan RTRW dimana tinggi badan jalan juga harus tidak
lebih rendah dari tinggi tanah di kanan kirinya, temasuk tanah di rumah warga
ataupun perkantoran dan pabrik atau tempat usaha. Tidak sedikit juga yang
menjadikan atas parit sebagai lahan untuk tempat usaha maupun tempat tinggal.
Badan jalan juga begitu rendah
dibandingkan dengan tanah di kanan kirinya. Sehingga hujan sebentar saja sudah
membanjiri badan jalan bahkan meluap. Tentu saja dapat mengancam kelangsungan
hidup manusia yang dapat menyebabkan korban jiwa, luka berat,luka ringan.
Dengan kata lain banjir dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar, baik
secara moral maupun material.
Berdasarkan sumber air yang menjadi
penampung di bumi, jenis banjir dibedakan menjadi tiga yaitu pertama, banjir sungai bisa terjadi
karena air sungai yang meluap akibat perbuatan manusia yang tidak mempunyai
kesadaran sehingga membuang sampah sembarangan dan tidak mempunyai rasa
tanggung jawab terhadap sungai di lingkungan sekitarnya.
Kedua, banjir danau bisa terjadi karena
air danau meluap atau bendungannya jebol. Boleh akibat perbuatan manusia yang
membangun bendungan asal jadi atau bendungan tidak mampu menahan tekanan air.
Ketiga, banjir laut pasang bisa terjadi
akibat adanya badai dan gempa bumi. Secara umum penyebab terjadinya banjir
merupakan kecerobohan manusia yang kurang bertanggungjawab dan kurang mengerti
cara menangani sebuah pembuatan tanggul dan proyek asal-asalan. Juga perambahan
hutan liar untuk kepentingan pribadi tanpa mengadakan reboisasi (penghijauan
kembali), pendangkalan sungai, pembuangan sampah sembarangan baik
kealiran sungai maupun ke jalan-jalan, pembuatan saluran air yang asal-asalan
sehingga saluran air tidak memenuhi syarat.
Sering dijumpai manusia yang ringan
tangan asal membuang sampah tidak tahu asal membuang dan tidak peduli membuang
sampah di jalan, bahkan ke selokan sekalipun. Sehingga tanpa disadari sudah bisa
mengakibatkan banjir di sekitar kita sendiri. Kondisi banjir ini terus menerus akan menjadi masalah bagi
masyarakat bila tidak ada kesadaran tinggi dari masyarakat dan perhatian serius
mulai dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pembuatan tanggul yang kurang baik,
air laut, sungai atau danau yang meluap dan menggenangi daratan. Banjir
juga dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa rusaknya areal
pemukiman penduduk yang bisa merusak properti yang dimiliki penduduk seperti
rumah dan lahan pertanian yang tidak mendapatkan hasil apa-apa.
Pemerintah Aceh harus mempunyai konsep yang jelas
guna mengatasi banjir yang makin sering terjadi, bila hal ini terus
dibiarkan tidak tertutup kemungkinan Aceh semakin "doyan banjir". Pemerintah Aceh adalah pihak yang paling
bertanggungjawab terhadap rakyatnya apabila ada suatu peristiwa apapun yang
melanda penduduknya. Karena bila rakyat tenang, aman dan sejahtera maka roda
pemerintahan pun otomatis berjalan dengan aman dan terkendali.
Maraknya Illegal Logging di Gayo Luwes |
Pemerintah Aceh
juga harus memastikan lembaga yang dibentuk secara spesifik yang menangani kebencanaan
“Badan Penanggaulangan Bencana Daerah (BPBD) baik level provinsi, maupun
kabupaten/Kota” bekerja secara profesional sesuai undang-undang yang berlaku. Kosentrasi
perang dan fungsi lembaga BPPD bukan hanya semata-mata saat ada bencana, akan tetapi BPBD juga harus melakukan langkah-langkah strategis seperti menyiapkan master
plan kebencanaan baik yang berbentuk manual, maupun digital.
Disamping itupula BPBD perlu melakukan sinergisitas dengan lembaga-lembaga yang ada dalam rangka optimalisasi kerjasama dan koordinasi dengan Stakholder lainnya seperti; Satgas Kebencanaan, Dinas Kehutanan, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan/Kantor Lingkungan hidup, Dinas Pertambangan dan Energi serta lembaga-lembaga lainnya agar terwujudnya program keberlangsungan ekosistem.
BPBD juga diharapkan terus melakukan advokasi tentang mitigasi bencana, serta pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga keberadaan lembaga yang dibentuk secara spesifik dalam mengelola Kebencanaan dirasakan mamfaat oleh rakyat Aceh. Jika memungkinkan disudut-sudut Kota dan tempat-tempat wisata ada informasi seputar kebencanaan yang di gagas oleh BPBD baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota, penyebaran informasi kebencanaan dengan mudah dibaca oleh warga aceh baik berbentuk pamplet,digital, baliho atau dalam bentuk running teks di simpang-simpang jalan strategis, sehingga pesan-pesan moral tentang pentingnya menjaga lingkungan serta cara-cara praktis dalam mengatasi bencana. rakyat terbiasa dan tidak panik lagi jika sewaktu-waktu ada bencana. Wallahu `alam binshawab.
Disamping itupula BPBD perlu melakukan sinergisitas dengan lembaga-lembaga yang ada dalam rangka optimalisasi kerjasama dan koordinasi dengan Stakholder lainnya seperti; Satgas Kebencanaan, Dinas Kehutanan, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan/Kantor Lingkungan hidup, Dinas Pertambangan dan Energi serta lembaga-lembaga lainnya agar terwujudnya program keberlangsungan ekosistem.
BPBD juga diharapkan terus melakukan advokasi tentang mitigasi bencana, serta pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga keberadaan lembaga yang dibentuk secara spesifik dalam mengelola Kebencanaan dirasakan mamfaat oleh rakyat Aceh. Jika memungkinkan disudut-sudut Kota dan tempat-tempat wisata ada informasi seputar kebencanaan yang di gagas oleh BPBD baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota, penyebaran informasi kebencanaan dengan mudah dibaca oleh warga aceh baik berbentuk pamplet,digital, baliho atau dalam bentuk running teks di simpang-simpang jalan strategis, sehingga pesan-pesan moral tentang pentingnya menjaga lingkungan serta cara-cara praktis dalam mengatasi bencana. rakyat terbiasa dan tidak panik lagi jika sewaktu-waktu ada bencana. Wallahu `alam binshawab.
* Tulisan dalam rangka partisipasi lomba Blog Kebencanaan 2014
8 komentar:
Raung buldozer gemuruh pohon tumbang
Berpadu dengan jerit isi rimba raya
Tawa kelakar badut-badut serakah
Dengan hph berbuat semaunya
Lestarikan alam hanya celoteh belaka
Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu...
Oh mengapa.....
Oh...oh...ooooo......
Jelas kami kecewa
Menatap rimba yang dulu perkasa
Kini tinggal cerita
Pengantar lelap si buyung
Bencana erosi selalu datang menghantui
Tanah kering kerontang
Banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia
Lestarikan hutan hanya celoteh belaka
Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja
Oh...oh...ooooo......
Jelas kami kecewa
Mendengar gergaji tak pernah berhenti
Demi kantong pribadi
Tak ingat rejeki generasi nanti
Bencana erosi selalu datang menghantui
Tanah kering kerontang
Banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia
Keserakahan manusia membawa bencana besar..saatnya hutan aceh perlu diselamatkan, jika tidak aceh akan rawan banjir
Apa yang diangkat oleh saudara Syarif, sejatinya mendapat respon positif dari pemerintah Aceh. BPBD harus pro aktif mencegah terjadinya bencana dengan memberikan advokasi kepada Masyarakat. Sinergisitas peran dan fungsi BPBD dengan Bappedal/Kantor lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan menjadi penting demi keberlangsungan hidup ekosistem
Apa yang ditulsi oleh saudara Syarif layak diberikan apresiasi, semoga didengar oleh pengambil kebijakan di Aceh
Sejatinya Pemerintah Aceh serius mengelola Hutannya, jangan terus diekspoitasi demi kepentingan segelitir orang. Save Huta Aceh, harga mati
Ayoo...Lestarikan hutan Indonesia, cegah penebangan liar agar terhindar dari erosi dan banjir serta satwa alam terjaga dan selamat dalam habitatnya
setelah kita melihat bencana banjir setiap tahun terjadi dimana-mana apakah kita sadar, untuk itu mari sama-sama saling menjaga dan melestarikan hutan agar tidak terjadi penebangan kayu dimana-mana...
Aceh elok rupa, alamnya indah
tapi kini sudah gersang dan tandus
gunung disulap jadi lahan sawit...
bahkan dijadikan sebagai tambang
ketamakan dan keserakan manusia membuat alam aceh bergemuruh
negara terkesan membiarkan penebangan hutan dengan dalih pembangunan, investasi dan sebagainya.
stop penebangan liar, jaga dan rawat hutan aceh. anak cucu merindukan kedamaian dengan alam.
Posting Komentar