18 Jun 2014

Aceh Siaga Bencana Banjir *



Oleh : Muhammad Syarif
Banjir di Nagan Raya 2012
Tuhan sebagai sang pencipta seluruh jagat raya telah mengatur alam ini dengan cukup seimbang. Ada siang ada malam, ada musim kering dan ada musim hujan, ada berkah, ada musibah. Itu semua berjalan  sesuai dengan sunnatullah.
Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis, sehingga negara kita memiliki dua musim yaitu penghujan dan kering. Tidak dipungkiri mengapa kita memiliki dua musim tidak seperti pada negara-negara lain di benua Eropa, Afrika, serta Amerika yang memiliki beberapa musim yaitu salju, semi, dan panas. Karena negara kita terletak di garis katulistiwa dengan diapit dua benua, yaitu Asia dan Australia, serta dua samudera, yakni Hindia dan Pasifik.

Suasana banjir Aceh Utara Sumber Photo Antara
Hujan itu terkadang membawa berkah bahkan juga akan membawa laknat atau musibah. Pohon-pohon akan gersang bahkan mati, jika air itu tidak ada. Kekeringan yang berkepanjangan membuat ketidak harmonisan dalam ekositem kehidupan manusia.
Dengan kondisi geografis yang beraneka ragam dari dataran rendah hingga tinggi sehingga menjadikan negara kita berbukit-bukit yang memanjang dan kaya sumber daya alam. Mulai perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan, bahkan pertambangan yang orang Jawa menyebutnya ’’gemah ripah loh jinawi’’.
Siklus hidrologi yang memutar kehidupan di bumi salah satunya yaitu hutan. Hutan merupakan hamparan lahan yang ditumbuhi berbagai jenis pepohonan, tumbuhan-tumbuhan, serta hewan beserta ekosistemnya yang masing-masing memiliki aneka fungsi dan manfaat bagi makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupan. Hutan juga memiliki fungsi lain yaitu sebagai fungsi ekonomi, sosial, dan budaya yang tinggi.
Kerusakan Hutan Aceh (sumber photo Walhi Aceh)
Hutan Aceh diprediksi mengalami kerusakan yang agak berat. Data walhi menunjukkan dalam kurun waktu 28 Tahun terakhir (1980-2008) berkurang hingga 914.422 hektar. Itu artinya setiap tahun rata-rata sekitar 32.657 hektar. Coba dibayangkan 30 tahun yang akan datang hutan aceh akan gundul. Apa lagi kalau Pemerintah Aceh dengan sangat mudahnya memberikan izin bagi investor dalam bidang pertambangan, energi, batu bara, timah serta galian C serta perambahan hutan untuk pembangunan dan pembukaan lahan sawit yang kini mulai merambah di pantai barat-selatan.
Aceh yang alamnya begitu eksostik lambat-laun menjadi negeri yang gersang dan penuh bencana. Kita pelajari bersama, hutan memiliki fungsi hirologis. Di mana, hutan menyimpan cadangan air pada waktu musim kering dan melepaskan secara perlahan-lahan sehingga menjadi sumber-sumber air. Ketika musim penghujan, hutan menahan air hujan yang turun langsung ke tanah dengan melalui dedaunan, ranting, cabang, batang yang kemudian air mengalir perlahan ke tanah. Ada pula air yang langsung ke tanah dengan mengenai tumbuhan bawah dan serasah-serasah, sehingga air perlahan-lahan dimasukkan ke tanah.


  

Akhir-akhir ini Aceh sering dilanda Banjir Badang. Ribuan masyarakat meninggal, rumah-rumah porak-poranda. Fasilitas publik hancur berantakan. Ini semua akibat alam sudah mulai dirusak oleh segelintir orang yang terus melakukan ekspoitasi alam (hutan). Dapat dipastikan bila ekositem alam terganggu, maka keseimbangan alam akan rusak yang pada akhirnya akan membawa bencana alam.
Banjir Benar Meriah (Sumber Photo Antara)

Banjir yang terjadi di Aceh Pidie, Nagan Raya, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singki termasuk di daerah lainnya akibat ulah manusia yang rakus dalam memamfaatkan potensi Hutan, oleh karena itu sudah saatnya pemerintah dan rakyat Aceh sadar akan eksistensi Hutan. Hutan adalah paru-paru dunia yang harus dijaga dan dirawat. Eksploitasi hutan yang berlebihan akan membuat negeri ini sering banjir.
Di dalam tanah, air mengalami penyimpanan melalui tanah humus, akar, hingga suatu saat akan mencapai titik jenuh. Maka, air dilepaskan perlahan-lahan untuk dijadikan sumber air. Makanya, tidak heran jika air sungai yang mengalir sepanjang tahun dari hutan tidak pernah mengering. Kita ketahui bahwa air sumber kehidupan. Hutan lah yang mempunyai peran penting untuk menjaga kestabilan alam kita ini.
Ekspoitasi Hutan di Desa Manggamat Aceh Selatan
Bagaimana jika hutan terus di ekploitasi, maka ekosisten alam akan terganggu, baik secara ekologis, ekonimis, maupun sosial. Secara ekologis, kita kehilangan fungsi hutan yang menjaga kestabilan alam, terjadi kekurangan air di musim kering, sumber-sumber mata air mengering, kebakaran hutan dan lahan, suhu udara meningkat, fauna banyak yang mati dan punah, pada musim penghujan terjadi run off, kesuburan tanah menghilang, penyimpanan air dalam tanah mulai mengurang, erosi tanah terus terjadi, terjadi logsor, debit air meningkat drastis sehingga air sungai meluap tiba-tiba, sumber plasma nuthfah menghilang.
Menurut Hariadi Kartodiharjo dalam bukunya Di Balik Kerusakan Hutan dan Bencana Alam memandang bahwa berdasarkan peraturan perundangan yang telah diberlakukan, kerangka pemikiran yang digunakan untuk menetapkan kebijakan pelestarian hutan adalah dengan menetapkan hutan (natural capital) sebagai faktor utama. Dalam hal ini hutan dikonsepsikan sebagai suatu ekosistem yang mempunyai fungsi alami serta bergantung dari tipe ekologis dan karakteristik hubungan makhluk hidup yang ada di dalamnya.
Ada beberapa faktor penyebab banjir, pertama: karena hujan deras yang turun terus menerus sepanjang hari sehingga air menggenangi tempat tertentu dengan ketinggian tertentu dan menyebabkan hanyutnya rumah, tanaman dan manusia. Air mengikis permukaan tanah, sehingga terjadi endapan tanah di tempat rendah, mendangkalkan sungai, kolam dan danau.
Kedua: tidak berfungsinya saluran parit. Banyak kita lihat di pusat-pusat kota, parit sudah di timbun dengan bangunan fisik berupa toko, sehingga saat hujan air tidak lagi mengalir, akan tetapi tersumbat bahkan meluap ke pusaran jalan-jalan protokoler.
Ketiga: Pembangunan jalan yang tidak lagi sesuai peruntukan RTRW dimana tinggi badan jalan juga harus tidak lebih rendah dari tinggi tanah di kanan kirinya, temasuk tanah di rumah warga ataupun perkantoran dan pabrik atau tempat usaha. Tidak sedikit juga yang menjadikan atas parit sebagai lahan untuk tempat usaha maupun tempat tinggal.
Badan jalan juga begitu rendah dibandingkan dengan tanah di kanan kirinya. Sehingga hujan sebentar saja sudah membanjiri badan jalan bahkan meluap. Tentu saja dapat mengancam kelangsungan hidup manusia yang dapat menyebabkan korban jiwa, luka berat,luka ringan. Dengan kata lain banjir dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar, baik secara moral maupun material.
Berdasarkan sumber air yang menjadi penampung di bumi, jenis banjir dibedakan menjadi tiga yaitu pertama, banjir sungai bisa terjadi karena air sungai yang meluap akibat perbuatan manusia yang tidak mempunyai kesadaran sehingga membuang sampah sembarangan dan tidak mempunyai rasa tanggung jawab terhadap sungai di lingkungan sekitarnya.
Kedua, banjir danau bisa terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol. Boleh akibat perbuatan manusia yang membangun bendungan asal jadi atau bendungan tidak mampu menahan tekanan air.
Ketiga, banjir laut pasang bisa terjadi akibat adanya badai dan gempa bumi. Secara umum penyebab terjadinya banjir merupakan kecerobohan manusia yang kurang bertanggungjawab dan kurang mengerti cara menangani sebuah pembuatan tanggul dan proyek asal-asalan. Juga perambahan hutan liar untuk kepentingan pribadi tanpa mengadakan reboisasi (penghijauan kembali), pendangkalan sungai, pembuangan sampah sembarangan baik kealiran sungai maupun ke jalan-jalan, pembuatan saluran air yang asal-asalan sehingga saluran air tidak memenuhi syarat.
Sering dijumpai manusia yang ringan tangan asal membuang sampah tidak tahu asal membuang dan tidak peduli membuang sampah di jalan, bahkan ke selokan sekalipun. Sehingga tanpa disadari sudah bisa mengakibatkan banjir di sekitar kita sendiri. Kondisi banjir ini terus menerus akan menjadi masalah bagi masyarakat bila tidak ada kesadaran tinggi dari masyarakat dan perhatian serius mulai dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pembuatan tanggul yang kurang baik, air laut, sungai atau danau yang meluap dan menggenangi daratan. Banjir juga dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa rusaknya areal pemukiman penduduk yang bisa merusak properti yang dimiliki penduduk seperti rumah dan lahan pertanian yang tidak mendapatkan hasil apa-apa.
Pemerintah Aceh harus mempunyai konsep yang jelas guna mengatasi banjir yang makin sering terjadi, bila hal ini terus dibiarkan tidak tertutup kemungkinan Aceh semakin "doyan banjir". Pemerintah Aceh adalah pihak yang paling bertanggungjawab terhadap rakyatnya apabila ada suatu peristiwa apapun yang melanda penduduknya. Karena bila rakyat tenang, aman dan sejahtera maka roda pemerintahan pun otomatis berjalan dengan aman dan terkendali.
Maraknya Illegal Logging di Gayo Luwes
Pemerintah Aceh harus mampu memberikan tindakan tegas terhadap pelaku illegal logging (perambahan hutan secara liar) dan harus mampu mengadakan reboisasi (penanaman kembali) dari tingkat perkotaan sampai pedesaan atau daerah. Pemerintah Aceh juga harus mengawasi setiap ada proyek untuk membuat tanggul atau saluran air supaya benar-benar memadai. Pemerintah harus konsisten dalam mengatasi masalah banjir, meskipun banyak konsekuensinya.
Pemerintah Aceh juga harus memastikan lembaga yang dibentuk secara spesifik yang menangani kebencanaan “Badan Penanggaulangan Bencana Daerah (BPBD) baik level provinsi, maupun kabupaten/Kota” bekerja secara profesional sesuai undang-undang yang berlaku. Kosentrasi perang dan fungsi lembaga BPPD bukan hanya semata-mata saat ada bencana, akan tetapi BPBD juga harus melakukan langkah-langkah strategis seperti menyiapkan master plan kebencanaan baik yang berbentuk manual, maupun digital. 
Disamping itupula BPBD perlu melakukan sinergisitas dengan lembaga-lembaga yang ada dalam rangka optimalisasi kerjasama dan koordinasi dengan Stakholder lainnya seperti; Satgas Kebencanaan, Dinas Kehutanan, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan/Kantor Lingkungan hidup, Dinas Pertambangan dan Energi serta lembaga-lembaga lainnya agar terwujudnya program keberlangsungan ekosistem.  
BPBD juga diharapkan terus melakukan advokasi tentang mitigasi bencana, serta pentingnya menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga keberadaan lembaga yang dibentuk secara spesifik dalam mengelola Kebencanaan dirasakan mamfaat oleh rakyat Aceh. Jika memungkinkan disudut-sudut Kota dan tempat-tempat wisata ada informasi seputar kebencanaan yang di gagas oleh BPBD baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota,  penyebaran informasi kebencanaan dengan mudah dibaca oleh warga aceh baik berbentuk pamplet,digital, baliho atau dalam bentuk running teks di simpang-simpang jalan strategis, sehingga pesan-pesan moral tentang pentingnya menjaga lingkungan serta cara-cara praktis dalam mengatasi bencana. rakyat terbiasa dan tidak panik lagi jika sewaktu-waktu ada bencana. Wallahu `alam binshawab.

* Tulisan dalam rangka partisipasi lomba Blog Kebencanaan 2014

8 komentar:

M.Taslim mengatakan...

Raung buldozer gemuruh pohon tumbang
Berpadu dengan jerit isi rimba raya
Tawa kelakar badut-badut serakah
Dengan hph berbuat semaunya
Lestarikan alam hanya celoteh belaka
Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu...
Oh mengapa.....

Oh...oh...ooooo......
Jelas kami kecewa
Menatap rimba yang dulu perkasa
Kini tinggal cerita
Pengantar lelap si buyung

Bencana erosi selalu datang menghantui
Tanah kering kerontang
Banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia
Lestarikan hutan hanya celoteh belaka
Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja

Oh...oh...ooooo......
Jelas kami kecewa
Mendengar gergaji tak pernah berhenti
Demi kantong pribadi
Tak ingat rejeki generasi nanti

Bencana erosi selalu datang menghantui
Tanah kering kerontang
Banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia

Unknown mengatakan...

Keserakahan manusia membawa bencana besar..saatnya hutan aceh perlu diselamatkan, jika tidak aceh akan rawan banjir

Unknown mengatakan...

Apa yang diangkat oleh saudara Syarif, sejatinya mendapat respon positif dari pemerintah Aceh. BPBD harus pro aktif mencegah terjadinya bencana dengan memberikan advokasi kepada Masyarakat. Sinergisitas peran dan fungsi BPBD dengan Bappedal/Kantor lingkungan Hidup, Dinas Kehutanan menjadi penting demi keberlangsungan hidup ekosistem

Unknown mengatakan...

Apa yang ditulsi oleh saudara Syarif layak diberikan apresiasi, semoga didengar oleh pengambil kebijakan di Aceh

Unknown mengatakan...

Sejatinya Pemerintah Aceh serius mengelola Hutannya, jangan terus diekspoitasi demi kepentingan segelitir orang. Save Huta Aceh, harga mati

Unknown mengatakan...

Ayoo...Lestarikan hutan Indonesia, cegah penebangan liar agar terhindar dari erosi dan banjir serta satwa alam terjaga dan selamat dalam habitatnya

Unknown mengatakan...

setelah kita melihat bencana banjir setiap tahun terjadi dimana-mana apakah kita sadar, untuk itu mari sama-sama saling menjaga dan melestarikan hutan agar tidak terjadi penebangan kayu dimana-mana...

Unknown mengatakan...

Aceh elok rupa, alamnya indah
tapi kini sudah gersang dan tandus
gunung disulap jadi lahan sawit...
bahkan dijadikan sebagai tambang
ketamakan dan keserakan manusia membuat alam aceh bergemuruh

negara terkesan membiarkan penebangan hutan dengan dalih pembangunan, investasi dan sebagainya.

stop penebangan liar, jaga dan rawat hutan aceh. anak cucu merindukan kedamaian dengan alam.