Sultan Iskandar Muda merupakan tokoh
penting dalam sejarah Aceh. Aceh pernah mengalami masa kejayaan, kala Sultan
memerintah di Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 1607-1636 ia mampu
menempatkan kerajaan Islam Aceh di peringkat kelima di antara kerajaan terbesar
Islam di dunia pada abad ke 16. Saat itu Banda Aceh yang merupakan pusat
Kerajaan Aceh, menjadi kawasan bandar perniagaan yang ramai karena berhubungan
dagang dengan dunia internasional, terutama kawasan Nusantara di mana Selat
Malaka merupakan jalur lalu lintas pelayaran kapal-kapal niaga asing untuk
mengangkut hasil bumi Asia ke Eropa. Beliau bisa bertindak adil, bahkan
terhadap anak kandungnya. Dikisahkan, Sultan memiliki dua orang putera/puteri.
Salah satunya bernama Meurah Pupok yang
gemar pacuan kuda.Tetapi buruk laku Meurah, dia tertangkap basah sedang
berselingkuh dengan isteri orang. Yang menangkap sang suami, di rumahnya
sendiri pula. Sang suami mencabut rencong, ditusukkannya ke tubuh sang isteri
yang serong. Sang suami kemudian melaporkan langsung kepada Sultan, dan setelah
itu di depan rajanya sang suami kemudian berharakiri (bunuh diri) Sultan, yang
oleh rakyatnya dihormati sebagai raja bijaksana dan adil, jadi berang.
Meurah Pupok disusulnya di gelanggang
pacuan kuda dan dipancungnya (dibunuh) sendiri di depan umum. Maka timbullah
ucapan kebanggaan orang Aceh: Adat bak Po Temeuruhoom, Hukom bak Syiah Kuala.
Adat dipelihara Sultan Iskandar Muda, sedang pelaksanaan hukum atau agama di
bawah pertimbangan Syiah Kuala. Murah Pupok dikuburkan di kompleks pekuburan
tentara Belanda yang terkenal dengan nama "KerKhoff Peutjoet"
Sumber :
http://www.bandaacehkota.go.id/6/89Objek_Wisata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar