19 Mar 2013

Refleksi 808 Tahun Kota Banda Aceh

Gedung KNPI Malaysia, 2012
-->Oleh : Muhammad Syarif,S.HI,M.H

Dalam lintasan sejarah, disebutkan bahwa Banda Aceh sebagai pusat Ibu kota Nanggroe Aceh darusalam, saat ini dikenal dengan sebutan Pemerintah Aceh sebutan Propinsi Aceh sesuai dengan UU Nomor 11 Tahun 2006 . hal ini sebagaimaa tertuang dalam batu nisan di kampong Pande, kota ini dibangun pada hari jumat, tanggal 1 Ramadhan 601 H atau bertepatan dengan 22 April 1205 M yang dibangun oleh Sultan Johan Syah setelah berhasil menaklukkan Kerajaan Hindu/Budha Indra Purba dengan ibukotanya Bandar Lamuri.
Banda Aceh Darussalam sebagai ibukota Kerajaan Aceh Darussalam dan sekarang ini merupakan ibukota Provinsi Aceh telah berusia 808 tahun (22 April Tahun 2013 M) merupakan salah satu Kota Islam Tertua di Asia Tenggara. Seiring dengan perkembangan zaman Kerajaan Aceh Darussalam dalam perjalanan sejarahnya telah mengalami zaman gemilang dan pernah pula mengalami masa-masa suram yang menggentirkan.
Adapun Masa gemilang Kerajaan Aceh Darussalam yaitu pada masa pemerintahan "Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah, Sultan Alaidin Abdul Qahhar (Al Qahhar), Sultan Alaidin Iskandar Muda Meukuta Alam dan Sultanah Tajul Alam Safiatuddin". Sedangkan masa percobaan berat, pada masa Pemerintahan Ratu yaitu ketika golongan oposisi "Kaum Wujudiyah" menjadi kalap karena berusaha merebut kekuasaan menjadi gagal, maka mereka bertindak liar dengan membakar Kuta Dalam Darud Dunia, Mesjid DJami Baiturrahman dan bangunan-bangunan lainnya dalam wilayah kota.
Kemudian Banda Aceh Darussalam menderita penghancuran pada waktu pecah "Perang Saudara" antara Sultan yang berkuasa dengan adik-adiknya, peristiwa ini dilukiskan oleh Teungku Dirukam dalam karya sastranya, Hikayat Pocut Muhammad.
Masa yang amat getir dalam sejarah Banda Aceh Darussalam pada saat terjadi Perang Dijalan Allah selama 70 tahun yang dilakukan oleh Sultan dan Rakyat Aceh sebagai jawaban atas "ultimatum" Kerajaan Belanda yang bertanggal 26 Maret 1837. Dan yang lebih luka lagi setelah Banda Aceh Darussalam menjadi puing dan diatas puing Kota Islam yang tertua di Nusantara ini Belanda mendirikan Kutaraja sebagai langkah awal Belanda dari usaha penghapusan dan penghancuran kegemilangan Kerajaaan Aceh Darussalam dan ibukotanya Banda Aceh Darussalam.
Sejak itu ibukota Banda Aceh Darussalam diganti namanya oleh Gubernur Van Swieten ketika penyerangan Agresi ke-2 Belanda pada Kerajaan Aceh Darussalam tanggal 24 Januari 1874 setelah berhasil menduduki Istana/Keraton yang telah menjadi puing-puing dengan sebuah proklamasinya yang berbunyi :
Bahwa Kerajaan Belanda dan Banda Aceh dinamainya dengan Kutaraja, yang kemudian disahkan oleh Gubernur Jenderal di Batavia dengan beslit yang bertanggal 16 Maret 1874, semenjak saat itu resmilah Banda Aceh Darussalam dikebumikan dan diatas pusaranya ditegaskan Kutaraja sebagai lambang dari Kolonialisme. Banda Aceh Darussalam akhirnya berubah namanya menjadi Kota Banda Aceh.

Prestasi Kota Banda Aceh di era Refomasi
 Kota Banda Aceh yang hampir satu abad, telah banyak menuai prestasi, baik di bidang Pemerintahan, Pendidikan, Kesehatan bahkan olah raga. Walaupun diakui memang  prestasi tersebut terjadi pasang surut.
Dalam bidang Pemerintahan Kota Banda Aceh saat ini menjadi sokoguru se nusantara dengan program e-kinerjanya yang baru saja memperoleh sertifikat HAKI dari Kementrian Hukum dan HAM (Selasa, 19 Maret 2013). Kota Inovation Award 2012 ini juga gemar menyabet piala Adipura, Pengesahan Anggaran Tepat Waktu, Pengiriman LAKIP tepat waktu, Kota Percontohan Pelayanan Publik, dan sebagainya.
Dalam bidang pendidikan, Banda Aceh merupakan salah satu kota terbaik nilai UAN se-Indonesia serta salah satu Kota yang menerapkan konsep pendidikan diniyah baik sekolah umum maupun sekolah Agama di setiap jenjang pendidikan. Dalam bidang Kesehatan dan Olah Raga Kota ini sangat berani menerapkan sanksi terkait larangan bagi yang ketahuan mengisap rokok bagi pejabat diruang public diancam dengan pemecatan dari Jabatan. Disampin itu pula Persiraja Banda Aceh sebagai Klub Sepak Bola pernah jaya di era 80-an.
Saat ini Banda Aceh sebagai salah satu pilot project pusat dibidang Reformasi Birokrasi tentunya pemerintah pusat tidak salah dalam melirik Banda Aceh menjadi sample rujukan terutama dibidang Penataan Kelembagaa, Kepegawaian, Tata Laksana, Analisis dan Formasi Jabatan serta pelayanan publik.  Semoga saja diumur ke-808 Kota Banda Aceh akan semakin memperteguh dan mempermatap prestos-demi prestasi. Pertanyaan yang muncul adalah akankah prestasi ini mampu dipertahankan dan dilanjutkan..?

*Penulis adalah Wakil Ketua Bidang Riset dan Kajian Strategis DPD KNPI Kota Banda Aceh periode 2012-2015

Tidak ada komentar: