9 Jan 2025

Di Persimpangan Harapan: “Illiza dan Afdhal”, Pemimpin Masa Depan Banda Aceh


Suasana Kamis pagi, 9 Januari 2025, begitu khidmat di Aula megah Hermes Palace Hotel yang biasanya menjadi saksi berbagai acara bergengsi. Kali ini, aula itu dipenuhi oleh deretan kursi tamu undangan yang rapi, sebagian besar diisi oleh wajah-wajah penuh harap. Hari in, Illiza Sa’aduddin Djamal dan Afdhal Khalilullah resmi ditetapkan sebagai pemimpin baru Banda Aceh. Dalam lima tahun ke depan, keduanya akan menjadi orang nomor wahid di Kota Banda Aceh.

Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kota Banda Aceh, melalui Ketua Yusri Razali, S.Pd, membuka acara dengan pidato bernada syukur. “Alhamdulillah, pilkada telah berlangsung damai. Ini kemenangan demokrasi, kemenangan masyarakat Banda Aceh,” ujarnya. Kata-kata itu disambut tepuk tangan riuh para hadirin. Di antaranya, tampak Ketua DPRK Banda Aceh, Irwansyah, S.T. Pj. Sekda Bakhtiar, dan sejumlah perwakilan partai politik, ormas, hingga LSM.

Pasangan Iliza dan Afdhal hadir dengan penuh percaya diri. Didampingi tim pemenangan yang solid, mereka tampil bersahaja namun memancarkan aura optimisme. Di barisan depan, Ramza Harli, S.E, Ketua Tim Pemenangan, duduk bersanding dengan Muhammad Ben Umar, sekretaris tim, serta Dr. Tgk. Yusuf Al-Qardhawy Al Asy,SHI,M.H. yang memimpin tim hukum pasangan ini. Tak hanya wajah-wajah politik, tokoh masyarakat dan ulama juga turut hadir. Malam itu, semua tampak harmoni, setidaknya di depan kamera.

Namun, momen yang paling menyentuh justru datang dari pidato pertama Iliza Sa’aduddin Djamal sebagai wali kota terpilih. Dengan suara bergetar, ia mengucap syukur mendalam dan berterima kasih kepada masyarakat Banda Aceh yang mempercayainya. “Kemenangan ini bukan milik Illiza dan Afdhal saja. Ini kemenangan bersama,” ujarnya. Kalimat itu disambut tepuk tangan meriah. Namun, perhatian mendadak terhenti ketika Iliza melanjutkan, “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.”

Ruang aula seketika hening. Seakan tak percaya, hadirin saling bertukar pandang, bertanya-tanya makna di balik kalimat yang lazimnya diucapkan saat berita duka. Beberapa tokoh mulai tersenyum kecil, tampaknya menangkap maksudnya. Iliza kemudian melanjutkan, “Kalimat ini adalah pengingat. Jabatan adalah amanah yang berat. Tidak ada yang lebih mulia dari melayani, dan amanah ini akan kami jalani dengan penuh tanggung jawab.” Hadirin kembali bertepuk tangan, kali ini lebih lama. Di barisan depan, seorang ulama tampak mengangguk pelan, setuju.

Seperti menyelami makna pidato Illiza, ingatan melayang pada Abu Bakar ash-Shiddiq, khalifah pertama umat Islam, yang mengucapkan hal serupa ketika diangkat menjadi pemimpin. Dalam sejarah Islam, ucapan itu mencerminkan kesadaran penuh akan beban berat yang datang bersama jabatan. Amanah ini bukan sekadar kehormatan, melainkan tanggung jawab dunia akhirat.

Bagi masyarakat Banda Aceh, Illiza bukan nama baru. Wali Kota perempuan ini pernah menjabat pada periode sebelumnya, dikenal dengan kebijakan berbasis religiusitas yang kuat. Kali ini, ia berpasangan dengan Afdhal Khalilullah, seorang profesional muda yang membawa semangat kolaborasi lintas generasi. “Kami ingin mengubah kolaborasi menjadi kolabor-aksi,” ujar Afdhal dalam pidatonya malam itu, dengan nada penuh keyakinan.

Namun, optimisme masyarakat tak hanya bergantung pada kata-kata manis. Sejak kampanye, pasangan ini menggulirkan sejumlah program unggulan yang realistis. Di antaranya, revitalisasi ekonomi berbasis UMKM, peningkatan infrastruktur hijau, dan penguatan identitas kota sebagai pusat pendidikan Islam, Banda Aceh Akademi serta sejumlah program unggulan lainnya.

“Banda Aceh bukan sekadar kota religi,” kata Illiza dalam beberapa momentumnya. “Kami ingin menjadikannya contoh kota modern yang tetap berakar pada nilai-nilai keislaman.” Salah satu rencana ambisius mereka adalah menghidupkan kembali kawasan wisata islami berbasis sejarah, seperti Gampong Pande dan Ulee Lheue.

Di sisi lain, tantangan besar telah menanti. Banda Aceh masih bergelut dengan persoalan klasik, seperti kemacetan, banjir, air bersih (PDAM) dan pengelolaan sampah. Banyak yang skeptis, mempertanyakan apakah Iliza dan Afdhal mampu merealisasikan janji kampanye mereka.

Tantangan Iliza-Afdhal sesungguhnya tak hanya datang dari masalah kota, tetapi juga dari ekspektasi masyarakat. Pemimpin sebelumnya meninggalkan warisan berupa hutang yang terus diwariskan setiap generasi kepemimpinannya.

Namun, Iliza tampaknya paham betul makna kepemimpinan sebagai pelayanan. Hari itu, di akhir pidatonya, ia kembali mengutip hadis Nabi Muhammad SAW: “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.” Pesan ini, meski sederhana, menjadi kompas moral bagi langkahnya ke depan. Tak sedikit yang berharap, kepemimpinan mereka akan menjadi awal baru yang membawa Banda Aceh menjadi kota berkelas dunia yang tetap islami.

Pj. Wali Kota Banda Aceh diwakili Pj. Sekda Bakhtiar, Ketua DPRK Banda Aceh Irwansyah, ST, anggota MPU Banda Aceh Tgk. H. Muhibban, Ketua dan anggota Panwaslih Kota Banda Aceh, perwakilan Polresta Banda Aceh, perwakilan Kodim 0101, perwakilan partai politik, ormas, LSM, OKP, dan sejumlah tokoh masyarakat hadir pada acara tersebut.

lKIP Banda Aceh menetapkan pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banda Aceh nomor urut 1 atas nama Saudari Illiza Sa’aduddin Djamal dan Saudara Afdhal Khalilullah sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota terpilih periode 2025-2030,” kata Ketua KIP Kota Banda Aceh, Yusri Razali.

Yusri menjelaskan, penetapan Iliza Sa’aduddin Djamal dan Afdhal Khalilullah sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota terpilih berdasarkan berita acara dan sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara dari setiap kecamatan pada Pilkada Banda Aceh Tahun 2024.

Seperti diketahui, total suara sah dan tidak sah pada Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banda Aceh 2024 mencapai 111.470 suara terdiri suara sah 109.075 (97,85 persen) dan tidak sah 2.395 (2,15 persen).

Pasangan Iliza-Afdhal memperoleh 44.982 suara (41,24 persen dari 97,85 persen suara sah), Irwan Djohan-Khairul Amal memperoleh 29.946 suara (26,86 persen), Aminullah Usman-Isnaini Husda 25.191 suara (22,60 persen), dan Zainal Arifin-Mulia Rahman 8.956 suara (8,21 persen).

Dalam sambutannya di depan seratusan tamu yang hadir, Illiza Sa’aduddin Djamal mengucapkan terima kasih kepada pemilih, pendukung serta semua elemen yang terlibat sebagai penyelenggara pada Pilkada Banda Aceh 2024.“Kita semua harus bekerja sama, berkolaborasi memangun kota. Kemenangan kami adalah kemenangan semua warga kota, bukan kemenangan Illiza-Afdhal,” ungkap Illiza. Saatnya menata Banda Aceh untuk lebih baik, kami pergi untuk kembali, hehe...(Red)

 

Tidak ada komentar: