16 Des 2020

Mengintip Pendemo Bayaran

Oleh: Bung Syarif Meukek*


Di penghujung desember 2020, Kutaraja digoyang dengan aksi remeh temeh yang sedikit liar. Saya menangkap ada gerakan sistematis dan terstruktur. Membenturkan Ulama Aceh dengan Ulama Nusantara. Spanduknya terkesan hasutan misalnya :”Ulama Aceh lebih hebat dari ulama luar”, Pemerintah Aceh Fokus dengan Penanganan Covid jangan biarkan dirusak oleh kedatangan Habib Rizieq Shihab ke Aceh”. Narasi yang ada dalam tekspanduk ini tidak mencermikan budaya orang Aceh Asli.

Ini sunguh spanduk yang liar dan seolah-olah itu suara rakyat Aceh. Celakanya lagi mereka orasi di Bundar Simpang Lima dan Jalan-jalan protokol di Banda Aceh, dugaan saya mereka pesanan. Apalagi beredar beberapa photo yang wajahnya bukan orang Aceh. Selaku orang Aceh tentu tahu gestur sesama nasab ke-Acehan. Ini patut diusut dengan terang benderang. Siapa dibalik pengacau demo yang kurang kerjaan ini.

Mereka memakai baju Jas, Merah, Kuning, Hijau tapi tidak memakai atribut kampus. Ini sungguh berbahaya. Lantas apakah sengaja dimainkan. Para Aktivis mahasiswa pun bereaksi dengan lantang. Jangan coba-coba usik kedamaian Aceh. Para pendemo membakar photo Habib Rizieq. Mereka menamakan diri sebagai Aliansi Muslim Aceh Cinta Damai, saat menggelar aksi di Bundaran Simpang Lima Banda Aceh, walau aksi mereka akhirnya di bubarkan warga.

Reza Presma UIN Ar-Raniry yang juga aktivis HMI Banda Aceh merasa berang dan ia mengatakan tak satupun peserta demo yang mengaku Aliansi Muslim Aceh Cinta Damai, ia kenal. Ditegaskannya masa bukan mahasiswa UIN Ar-Raniry, saya kejar semua jangan buat onar di tanah rencong. Ini demo bayaran ungkap aktivis mahasiswa. Selaku mantan aktivis 98 saya meminta aparat mengusut secara terang benderan apa sesungguhnya skenario yang dimainkan oleh Muhammad Riski selaku koordinator Aksi. Jika perlu Aliansi Ormas Islam, Wartawan Peduli Syariat perlu meminta klarifikasi koordinator, siapa dibalik dalang aksi tersebut. Ingat bung ini Aceh jangan usik kedamaian negeri sejuta pesona dan sejuta ulama.

 

*Penulis adalah Mantan Aktivis`98 dan Sekjen DPP ISKADA Aceh

6 komentar:

TGK. ZULFADLI ISMAIL, MA mengatakan...

Saya sebagai akademisi dan guru dayah sangat menyesal tindakan yang mereka lakukan, dunia kampus dan dunia dayah sangat melarang bahasa demikian.

Muliadi mengatakan...

Mereka ingin mengobrak-abrik Aceh, sungguh tindakan biadab. Tidak ada budaya Aceh yang seprti itu.

Unknown mengatakan...

Usut tuntas !!
Siapakah gerangan di balik aksi itu..💪💪

IMp mengatakan...

Kita liat nanti, beranikah pihak berwajib mengusut??

IMp mengatakan...

Kita liat nanti, beranikah pihak berwajib mengusut??

Khatib A Latief mengatakan...

saya kalau tdiak dicegah kemarin sudah saya tampar mereka. Anak durhaka semua itu. Lebih hina dari hewan