20 Mar 2020

"Mendung COVID-19 di Langit Banda Aceh"



NAMANYA Dr. Syaifullah Muhammad. Seorang doktor bidang kimia di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, yang terkenal inovatif dan sangat gigih berjuang untuk masyarakat. Beliau menceritakan:
Suatu pagi sekitar 10 hari lalu. Saya ke ARC, dan lihat Hand Sanitizer (HS) yang ada di lemari produk, kosong. Saya tanya kemana, staf ARC bilang ada yang borong beli semua. Ternyata terkait COVID-19, HS hilang di pasaran. Beberapa yang masih tersisa, dijual dengan harga tinggi. 


Saya bergerak cepat. ARC sudah buat penelitian terkait HS sejak 2018. Dan mulai produksi HS dengan merk Cantila (Cairan Antikuman Nilam) di 2019.  Saya kontak tim yang buat Cantila, ternyata mereka sedang sibuk penyelesaian skripsi. Kita kemudian bentuk tim baru untuk membantu kelangkaan HS di pasaran. Kebutuhan sangat tinggi, kemampuan beli masyarakat ada, tapi barangnya tidak tersedia.
Saya tunjuk Nadia, anak  muda lulusan Prince Shongkla University Thailand, bidang Farmasi dan Kosmetika, untuk menjadi Team Leader Produksi HS dengan standar WHO. HS ini berbasis etanol, griserin, peroksida, aquadest dan kami perkaya dengan minyak Nilam fraksi ringan dan berat hasil Fraksinasi Vakum yang kaya akan komponen anti kuman organik dan fiksatif alami.

Kita bergerak cepat mengumpulkan sumber bahan baku. Saat itu bahan baku masih lengkap dan banyak. Masalahnya adalah, kami tidak punya uang. Cari sana-sini. Akhirnya kami pinjam uang ke Koperasi Inovac, koperasi ARC yg baru kita bentuk dan sudah ada jalinan kerja sama dengan Natgreen Perancis. Kami dapat pinjaman, meski  tanpa bunga, tapi tentu saja harus dikembalikan dengan bagi hasil.
Saya lapor pimpinan Unsyiah, ARC akan produksi HS. Dan langsung dipesan 100 botol dengan kemasan 0,5 Liter. 

Produksi berjalan lancar, karena metodenya sangat sederhana, siapapun bisa melakukannya hanya dengan pelatihan beberapa menit saja. Sampel HS kami kirim ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unsyiah. Sebagaimana kami duga, hasilnya sangat baik. HS ini mampu membunuh kuman secara signifikan. HS ini kami beri nama U-Hansa (Unsyiah Hand Sanitizer).

Hansa juga berarti Hana sa, yang artinya dalam bahasa Aceh tidak sama atau beda. Beda karena dia menggunakan minyak Nilam terbaik di dunia dari Aceh hasil distilasi vakum. Beda, karena produk ini diniatkan bukan untuk komersial semata, tapi juga untuk membantu masyarakat yang dalam kesulitan menghadapi COVID-19.

Saat penentuan harga, Nadia lapor saya, "Pak harga dipasaran sangat sadis, tinggi sekali, kita jual harga normal atau harga pasar". Saya bilang, "jual harga normal, karena kita hadir untuk membantu". Baru sehari produksi, bahan baku etanol naik 300 persen. Kemasan botol juga naik 300 persen. Mekanisme pasar memang demikian, banyak permintaan, harga pun selangit. Di internal ARC kita putuskan, kita tetap pertahankan harga di bawah harga pasar. Sebuah HS merk terkenal dijual dengan harga Rp 200 ribu per 500 ml. U-Hansa kita jual Rp 150 ribu. Kita hadir untuk meringankan.

Selain untuk Unsyiah, ternyata dosen, staf dan mahasiswa yang ada di ARC juga sangat membutuhkan HS U-Hansa. Kami kemudian memesan juga kemasan kecil, yang bisa digunakan untuk individu, mudah dimasukkan ke kantong dan juga varian yang bisa digunakan untuk perabotan, meja, tempat tidur, pintu dan lain-lain.

Kita buat pengumuman, Open Order U-Hansa lengkap dengan spesifikasinya agar kita bisa data siapa yang membutuhkan, dan produknya bisa kita siapkan. Kami sebar di group WA pengumuman Open Order ini. Dalam beberapa jam yg order mencapai 500 botol. Malamnya menjadi 800 botol. Besoknya berbagai kantor pemerintah, swasta, rumah sakit, kantor polisi, dari Banda Aceh dan luar kota, sampai Medan telpon kami dan sebagian juga datang langsung ke ARC.

Kami kaget, sedikit gemetar, membatin, apa kami mampu produksi skala besar. ARC belum punya alat produksi yang memadai. Yang kami miliki hanya beberapa alat manual yang sederhana dan tekat membantu masyarakat yang demikian besar. Tapi kita punya keyakinan. Niat baik akan menemukan jalannya. Jangan sekali-kali putus asa dari tali pertolongan Allah. Yakin Usaha Sampai.

Saya tanya Nadia, apa kita siap? Nadia bilang, "siap pak, kita punya tim yang luar biasa".  Saya jumpai tim U-Hansa. Semuanya anak muda, baru tamat kuliah, matanya jernih, tapi memancarkan bara semangat yang luar biasa. Ada Nadia, Nisa, Nanda, Zaira, Khalid, Mulia, Friesca, Intan, Ikhsan dan ada beberapa lagi yang saya tidak ingat namanya, karena di ARC banyak anak mahasiswa dan fresh gruduate yang magang. Kita back up dengan peneliti senior ARC, beberapa profesor, doktor dan master.

Kerja kita mulai. Pagi, siang sore malam. Secara kasat mata, tidak mungkin rasanya tim ini mampu memproduksi ribuan botol  pesanan U-Hansa dengan peralatan sederhana. Menariknya, setiap kami tanya bagaimana keadaan mereka, semua tersenyum, "Kami sehat, kami happy, kami berusaha keras untuk membantu".

Senin pagi, 16 Maret 2020. Sebanyak 100 botol pertama U-Hansa kemasan 500 ml kami berikan untuk Unsyiah. Dalam waktu cepat produk tersebut muncul di Medsos dan WA group. Hampir semua warga Unsyiah bangga dengan produk buatan kita sendiri. Foto bertebaran ke mana-mana. Banyak dosen, karyawan dan juga mahasiswa mengirim foto mereka dengan U-Hansa. Hal ini juga menjalar juga ke masyarakat umum. Beberapa kawan dari Alumni Australia, pegawai pemerintah, karyawan swasta memberi testimoninya di Medsos.

Sorenya saya dihubungi Humas Unsyiah dan beberapa wartawan.
Selasa, 17 Maret, berita U-Hansa masuk kebanyak media online. Saya hanya baca satu saja, karena ada narasi yang saya cari dan harus dimuat. Kalimat yang saya cari itu adalah: "ARC Unsyiah berkeinginan untuk memproduksi hand sanitizer lebih banyak dalam kemasan kecil dan bisa dibagikan gratis kepada masyarakat, semoga kita bisa mendapatkan pendanaan untuk ini”. Kalimat ini penting sekali, karena kita tau kalau ada unsur jual-beli ditengah kondisi bencana, rawan untuk dimainkan sebagai komoditas utk kepentingan tertentu.

Informasi semakin meluas, banyak kalangan menyampaikan kebutuhannya terhadap U-Hansa. Beberapa menyampaikan permintaan yang sangat urgen. Ada seseorang dari Sabang, memohon agar diizinkan beli U-Hansa hari itu juga, karena katanya besok sudah tidak ada lagi kesempatan, kapal belum tentu bisa berlayar.

Nadia telpon saya, "Bagaimana pak, ada yang urgent sekali, tapi semua barang sudah pesanan orang. Apa yang harus kita lakukan?". Saya kontak WR1, Prof. Marwan, minta izin apa bisa punya Unsyiah yang 100 botol kita serahkan 50 dulu. 50 botol sisanya kita berikan untuk yang sangat memerlukan. WR1 setuju. Dengan 50 botol ini kita bisa beri ke beberapa tempat pelayanan umum, mesjid, rumah sakit dan lain-lain.

Besok paginya 18 Maret, sekitar pukul 09.30 WIB, Rektor Unsyiah telpon dan WA saya. Menyampaikan concern agar Unsyiah bisa membantu masyarakat yang sedang kesusahan. Saya diminta koordinasi dengan Ketua LPPM, Prof. Taufik. Unsyiah memberikan dana Rp. 50 Juta untuk program pengabdian memproduksi U-Hansa dan dibagikan gratis untuk masyarakat kecil kelompok rentan.

Program ini segera kami tindak lanjuti. ARC bentuk tim volunteer dosen dari beberapa Fakultas. Kita diskusikan dengan sangat cermat program yang akan dijalankan. Semua setuju, 50 juta dijadikan seluruhnya produk U-Hansa. Biaya operasional dosen, ditanggung masing-masing, atau dari sumber pendanaan ARC yang lain.

Namun hambatan langsung datang. Nahan baku etanol hilang dari peredaran. Kemasan botol pun tidak bisa lagi ditemukan. Nadia dan kawan-kawan, bergerilya mencari etanol di Banda Aceh. Karena yang di Medan sudah tidak ada lagi. Semua toko parfum di Banda Aceh datangi, untuk mendapatkan etanol food grade, yang kita gunakan untuk U-Hansa. Menjelang larut malam, Nadia telpon, bantuan Allah datang, kita mendapatkan etanol. Tapi harus segera transaksi. Perlu uang segera.

Saya kontak bendahara. Akhirnya kami gunakan uang ARC yang sebetulnya disimpan untuk kebutuhan lainnya. Saya transfer Rp. 20 juta utk Nadia. Bahan baku tersedia, tapi masalah lain muncul. Botol tidak ada di pasar. Hingga saat saya menuliskan ini, kami belum berhasil mendapatkan botol. Tapi kita yakin, kebaikan akan menemukan jalannya. Allah SWT pasti akan membantu.

Kebutuhan hand sanitizer semakin meningkat. Tadi malam, 19 Maret 2020,  Prof. Abu Bakar Karim pesan 5000 botol untukk Gubernur, yang direncanakan akan dibagikan gratis. Beberapa jam  sebelumnya BRI melalui pesan WA dari WR3 Unsyiah juga order dalam jumlah besar. Asisten 2, Pak T. Dadek juga menelpon, membicarakan kemungkinan U-Hansa untuk BPBD Aceh yang akan dibagikan gratis untuk masyarakat.

Ratusan orderan lainnya masuk melalui tim U-Hansa.  Puluhan permintaan reseller dan distributor untuk U-Hansa. Tapi semua kami tolak. Karena ini bukan perkara bisnis semata, ini perkara kemanusiaan. Mungkin nanti ketika Musibah COVID-19 sudah berlalu, disitu kita bicara bisnis. Tawaran liputan dari media massa dan telivisi pun dengan berat hati kami tolak. Wawancara hanya melalui hp saja.

Ditengah kegalauan tim U-Hansa memenuhi permintaan masyarakat, seorang teman WA saya. Memperlihatkan status Facebook (FB) yang bernada mengolok-olok apa yang dilakukan ARC Unsyiah. Statusnya kira-kira begini "Parte UI bagi gratis, Parte Unsyiah Open Order".

Langsung saja status ini mendapat komentar banyak orang. ARC Unsyiah menjadi tertawaan di Medsos. Bully tidak dapat dihindari. Sebagian dengan bahasa, yang jangankan kita ucapkan, membacanya saja, saya malu. Hampir semua yang komentar sebetulnya tidak tau apa-apa tentang ARC. Yang tau juga diam saja.

Saya terpaksa klarifikasi. Cukup keras saya bicara. Sebagai Mantan Ketua HMI Cabang Banda Aceh yang mengikuti semua jenjang training sampai LK 3, SC dan semua proses di HMI, bagi saya berdebat itu bukan perkara. Itu sudah khatam kita lakukan.

Tapi tiba-tiba WR4, Dr. Hizir menelpon. Minta saya…
Tapi tiba-tiba WR4, Dr. Hizir menelpon. Minta saya jangan ladeni debat di FB. Lanjutkan kerja. Ribuan masyarakat perlu bantuan kita. Saya patuh. Tidak melayani debat itu lagi. Tapi beberapa kader HMI dan rekan dosen terusik hatinya, tidak terima dan ikut prihatin serta memberi komentar di FB. Status FB itu saya forward ke Group WA Pengurus ARC. Jangan tanya komentar pengurus. Support luar biasa. Satu hal yg paling saya syukuri adalah ARC memiliki tim yg selalu menyebarkan energi positif. Motto kita adalah: “Sukses sendiri, biasa. Sukses Bersama, luar biasa”.

Ada komentar yang buat saya menitikkan air mata. Komentar Dr. Indra. "Jangankan teupeh, meucureh pih hanjeut ketua lon". Meski setengah bercanda, but, it touches my heart, indeed. Baiklah, mari kita bersabar secara berjamaah.

Beberapa jam setelah itu, Kepala BI Aceh, Pak Arifin menelpon. Diantara beberapa hal yang dibicarakan, ada satu hal yang sangat membesarkan hati. Pak Arifin tanya tentang U-Hansa. "Bapak perlu apa untuk produksi U-Hansa". Saya bilang, "Perlu tangki besar dengan motor pengaduk agar tim tidak terlalu kelelahan dalam produksi". Pak Arifin bilang, "Berikan spec alatnya besok".

Alhamdulillah. Saya infokan hal ini ke group ARC. Saya tulis, "Baru beberapa jam kita bersabar, sekarang ARC ada kesempatan mendapatkan alat produksi yang keren. Kalau dalam syair lagu, "Kamu adalah bukti, dari baiknya Tuhan padaku..."

Kisah Inspiratif , 20 Maret 2020 diembed oleh Bung Syarif agar Dakwah Kemanusian Fakar Nilam Aceh dipahami warga Bansigoem Donya

Tidak ada komentar: