Ujian Final menjadi menakutkan bagi
sebagian mahasiswa, bahkan juga hati dag---dig—dug. Ada juga yang merasa bangga
dengan final karna ingin mengevaluasi sejauh mana kemampuan personal mahasiswa
terhadap bidang studi yang dipelajari selama satu semester dan ini bagian dari
evaluasi akademik atas bidang study yang diajarkan oleh dosen pengampu.
Rabu, 25 Desember 2019, mahasiswa Prodi
Hukum Pidana Islam, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, sebagian dosen
pengampu bidang studi juga melakukan ujian final. Kali ini seperti biasanya
saya memberikan ujian final mata kuliah legal drafting tiga unit I, II dan III dan
biasanya jarang mengawas ujian final. Bukan malas ngawas, tapi biar ada pembagian
tupoksi “akademik” dalam pengawasan ujian...hehe. bukan ngeles, tapi ini memang
tradisi saya. Akan tetapi kali ini saya harus turun langsung lantaran bidang
Akademik tidak bisa ngawas ujian final lantaran hari libur nasional. Dasar ini pula saya langsung
mengawas ujian mata kuliah legal drafting. Dua unit secara paralel ujian final
mata kuliah Legal Drafting.
Diantara bidang studi lainnya yang menjadi keahlian antara lain: Hukum Pemerintahan Daerah, Hukum Kelembagaan Negara serta
Hukum Tata Negara.
Setiap mahasiswa yang masuk kelas
langsung mengambil soal ujian yang masih bersegel akademik dan lembaran
kertas berstempel akademik. Soal ujiannya cuma tiga soal, Cuma untuk
menjawabnya berkeringat bagi mahasiswa yang tidak belajar apalagi sering
bolos masuk kuliah. Karenya ini soal bukan kaleng-kaleng dan menghafal tapi
butuh kecerdasan dan ketrampilan dalam menyusun rancangan Peraturan Walikota
sesuai dengan intruksi. Hal lain yang perlu dipahami adalah kaedah legal
drafting serta seri-seri peraturan daerah/qanun. Selamat menjawab. Semoga sukses....yang
pasti yang tidak lulus kembali bersua dengan dosen yang qece dan
ganteng...haha.
|
Saya cuma memastikan bahwa soal cukup
dan absensi ujian tidak terlewatkan. Durasi waktu 90 menit. Jika sudah habis
waktu langsung dicabut. Saya pura-pura sanger pada hal melangkolis, hehe. Saat
waktu sudah habis semua pada kumpul. Eh ternyata para kabilah srikandi meminta
di photo gaya bumerang. Selaku dosen milenial tentu sulit mengelaknya. Apalagi
yang minta di photo mahasiswi manis-manis....hehe. Tat Nateuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar