Perhelatan pesta demokrasi pemuda
yang lazim dikenal Kongres Pemuda ke-XV sejatinya berlangsung di Banda Aceh
tanggal 15-18 Desember 2018. Berbagai persiapan telah dilakukan oleh Ketua
Panita lokal dibawah komando Wahyu Saputra. Rapat rutin pengurus sesuai bidang,
persiapan adminitrasi, serta berbagai pemenuhan sapras pendukung telah
disiapkan dengan matang. Banner dan Baliho sudah terpasang dibeberap titik,
termasuk video cuplikan kegiatan kongres pemuda.
Tentu apa yang dilakukan panitia
lokal dalam rangka menyambut peserta kongres yang berasal dari berbagai OKP
Nasional dan Kab/Kota di Aceh. Ini layaknya menyambut kenduri yang
dinanti-nantikan, ungkap Muhammad Syarif, SHI.M.H Direktur Aceh Research Institute (ARI) dan juga
Pengurus DPD KNPI Aceh. Lebih lanjut Syarif mengatakan ini agenda nasional.
Aceh sesuai Rapat Pleno Kongres Pemuda di Papua menjadi tuan rumah dan ini
diperkuat dalam Rapimpurnas Batam, Nopember 2018.
Lalu belakangan muncul manuver
DPP KNPI pasca tidak diresponnya
permintaan tiket Pesawat PP, Jakarta-Aceh sebanyak 650 tiket, jika ditaksir
melebihi 2,6 Milyar, ungkap Denis Setiawan,SH Ketua DPD PPMI Aceh.
Sikap yang dipertontontkan oleh
DPP KNPI, telah mengangkangi AD/ART KNPI serta konsensus organisasi. Oleh karenanya
ARI mengajak seluruh komponen pemuda khususnya OKP/ORMAS yang terhimpun dalam
wadah KNPI Aceh menuntut DPP KNPI atas pembatalan sepihak, tanpa memperhatikan
kondisi psikologis teman-teman panitia lokal yang telah bekerja pagi, siang dan
malam demi menyukseskan agenda nasional pemuda. Selaku Pengurus DPD KNPI Aceh
kami kecewa ungkap Muhammad Syarif yang juga mantan Katua Bidang Kajian
Strategis Kepemudaan, DPD KNPI Kota Banda Aceh. Lebih lanjut Muhammad Syarif
juga dukung sikap Ketua DPD KNPI Aceh, Wahyu Saputra untuk menuntut kerugian
materil dan immateril atas pembatalan lokasi kongres di Banda Aceh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar