Jika anak muda sering nongkrong di warung yang
punya Wifi sembaring menikmati Teh Tarek, Kopi atawa Kapu Cino, itu mah sudah
biasa. Yang luar biasa coba deh mangkal sesekali pada warung Ceko Bang Dayat. Mengutip
istilah Bung Hasnanda Namanya tenar dikalangan "peu mate apui dapu"
atau pencari sarapan pagi diluar, Warung Bang Dayat terletak di CEKO. Bukan
Eropa bukan di kota Praha tapi di Meuraxa, ujung paling barat Banda Aceh.
CEKO adalah sapaan khas untuk Gampong Cot
Lamkeuweuh. Nama CEKO mulai dikenal setelah Tsunami, biarpun singkatannya tidak
"tepat-tepat amat" toh warga sekitar menyenanginya.
Pagi itu nan sejuk kami (Hasnadan-Syarif) mampir di
warung kecil yang tak pernah sepi dipagi hari. Sebelumnya kami gowes napak tilas
'zero point tsunami' edisi desember diseputaran Ulee Lheue.
Bang Dayat tidak sendiri, setiap pagi Isteri dan
putrinya melayani tamu yang terus berganti. Berbagai kalangan singgah disini,
dari pengendara mobil mewah sampai tukang becak. Apa yang membuat warung ini
ramai?
Selain murah, pilihan kue dan makanan lainnya
beragam warna warni dan tentu saja enak dan renyah. Dengan harga yang mulai
melambung di kota ini, warung ini masih bertahan tanpa ragu. Segelas teh
setengah panas hanya digelar tigaribu, sedangkan kue bertahan diangka seribu.
Sementara kelas berat dari nasi dengan berbagai jenis, lontong, lupis, mie
goreng dikontrak limaribu saja. Itulah Bang Dayat di sudut CEKO, geliat ekonomi
warga di Kutaradja semakin gemilang. Cara beliau mengaduk kopi cukup
bersahaja dan sesekali raut wajah yang
sumringan menyapa pelanggang. Bek tuwo balek lhom beh, pita Bang Dayat. Anda ingin sarapan murah, enak dan bersahaja
coba singgah di Warung CEKO.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar