Oleh : Muhammad Syarif, SHI.M.H*
Add caption |
Edi Fadhil,
sosok pemuda energik dan cemerlang. Kader Ikatan Siswa Kader Dakwah (ISKADA)
dan juga PNS pada Biro Hukum Setda Aceh ini, memiliki mimpi yang luarbiasa
dalam membantu kepentingan pemenuhan rumah, beeasiswa bagi keluarga miskin.
Semangat dan gelora perjuangannya untuk mewujudkan kesejahteraan warga Aceh,
tidak dapat diangap remeh, berawal dari keprihatinannya pada keluarga Bapak
Jamaluddin, Gampong Meunasah Nga, Kecamatan Lhoksukun, Kabupaten Aceh Utara, yang
kurang mendapat akses bantuan dari pemerintah, akhirnya ia iseng-iseng
memposting di Wall Facebook dengan konsekwensi
yang like dan komentar diwajibkan menyumbang Rp.100.00 ribu ke rekening
pribadinya, lebih lanjut Edi Fadhil menuturkan kepada kami saat ngobrol santai,
sabtu 26 Agustus 2017 di Dekmi Coffe, Darussalam Banda Aceh.
Ternyata ide
sederhananya mendapat respon yang luarbiasa dari jamaah sosial media. Tidak tanggung
pada hari itu juga Edi Fadhil mampu memperoleh dana puluhan juta. Akhirnya
Pemuda kelahiran Aceh Besar, 16 Juni 1984 berinisiatif untuk terjun langsung
mengawasi pembangunan rumah dhuafa tersebut.
Program Cet Langet Rumoh, mendapat respon luar biasa bahkan gerakan ini
terus berkelanjutan hingga sekarang.
Sosok Edi
Fadhil yang juga Alumni Fakultas Hukum Unsyiah ini, akhirnya terus berkembang
dan mendapat sokongan dari donatur. Selama dua tahun mengelola program Cet
Langet rumoh beliau menerima sumbangan 2 Milyar dan keseluruhan uang tersebut
dibangun rumah bagi warga miskin, tanpa memotong uang operasional. Kini sudah
40 rumah dhuapa ia bangun bersama teman-teman relawan Cet Langet Rumoh.
Aktifitas
yang ia lakoni juga saat ini berkembang pada aspek pemenuhan kesehatan warga
miskin dan program beasiswa. Semangatnya dalam mengembangkan program yang
awalnya iseng-iseng ini didasari oleh 3 faktor kunci yaitu;
Pertama:
Masih banyak anak yatim piatu, orang jomp, fakir miskin, gelandangan, anak jalanan,
petani, buruh angkut yang tidak mampu memenuhi kehidupan sehari-hari.
Kedua: Bayak
orang kaya di nusantara ini, bahkan seantero dunia yang memiliki kecukupan
finansial akan tetapi tidak memiliki cukup informasi terhadap persoalan akar
rumput yang real dan selama ini kurang percaya jika bantuan tersebut dikelola
oleh aparatur negara, yang berpotensi ditilep.
Ketiga:
Tidak ada data yang akurat yang membandingkan antara kebutuhan dana yang
tersedia, apakah mencukui atau tidak, serta tidak adanya sistem pelaporan yang
transparan dan akuntabel, yang pada akhirnya berefek pada tidak percayanya
donatur.
Lantas
bagaimana gerakan ini dijalankan?
Berdasarkan
hasil diskusi ringan kami selama satu jam di Dekmi Coffe, mekanisme penerimaan
mamfaat dari program yang ia gagas ini dikategorikan menjadi 3 pola pendekatan
yaitu; pertama: Bantuan rumah dhuafa diperuntukkan bagi masyarakat miskin yang
berdomisi di seputar Aceh Utara, Bireun dan Aceh Besar semata-mata untuk
memudahkan pemantauan dan demi memastikan efektifitas tim dalam bekerja yang
kini didominiasi di locus tersebut. Kedua: Dukungan beasiswa bulanan untuk
anak-anak yang putus sekolah sebelumnya dan masih pingin melanjutkan sekolah
atau anak dari kaum dhuafa yang terancam putus sekolah mendapat bantuan sebesar
Rp.150.000 perbulan bagi Anak SD, anak SMP Rp.175.000 perbulan dan anak SMA
sebesar Rp.200.000 perbulan. Total anak yang mendapat beasiswa dari Edi Padhil
berdasarkan sumbangan jamaah Facebook 156 anak.
Kita harus
menggalakkan gerakan berbagi bansigoem donya, ungkap Edi Fadhil. Kalau
mengandalkan kekuatan gaji saya tentu tidak mungkin, akan tetapi saya cuma
miliki semangat menggerakkan para dermawan, mengelola secara transparan,
mengirim laporan dengan terang benderan, sebelum dan sesudah program ini
berjalan. Merekrut relawan yang amanah tanpa mau digaji, itu juga bagian
gerakan berbagi. Ada yang berbagi Rezki, berbagi waktu, berbagi ide dan gagasan,
berbagi tenaga, berbagi doa sekalipun itu juga penting. Jika ada yang menshare setiap aktifitas yang kami lakukan
itu juga bagian dari upaya gerakan berbagi bansigoem donya, ungkap Edi Fadhil.
Tentu saya sangat bangga kepadanya, sosok pemuda yang pernah kami training saat
mengelola ISKADA Banda Aceh dulu dibawah Nahkoda Azwir Nazar yang kala itu
menjadi Master Of Trainer, ikut berbahagia
dengan sosok pemuda yang energik dan ramah ini. Krue semangat, sukses selalu adinda, semoga Allah senantiasa
merahmati setiap amal dan gerakan dakwahnya. Saatnya Gerakan Dakwah kreatif
sesuai bakat dan kemampuan kita.
* Penulis adalah Mantan Sekum ISKADA Banda Aceh dan
Direktur ARI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar