26 Agu 2017

Edi Fadhil, Kader ISKADA yang cemerlang dengan Program Cet Langet Rumoh


Oleh : Muhammad Syarif, SHI.M.H*


Add caption
Edi Fadhil, sosok pemuda energik dan cemerlang. Kader Ikatan Siswa Kader Dakwah (ISKADA) dan juga PNS pada Biro Hukum Setda Aceh ini, memiliki mimpi yang luarbiasa dalam membantu kepentingan pemenuhan rumah, beeasiswa bagi keluarga miskin. Semangat dan gelora perjuangannya untuk mewujudkan kesejahteraan warga Aceh, tidak dapat diangap remeh, berawal dari keprihatinannya pada keluarga Bapak Jamaluddin, Gampong Meunasah Nga, Kecamatan Lhoksukun, Kabupaten Aceh Utara, yang kurang mendapat akses bantuan dari pemerintah, akhirnya ia iseng-iseng memposting di Wall Facebook dengan konsekwensi yang like dan komentar diwajibkan menyumbang Rp.100.00 ribu ke rekening pribadinya, lebih lanjut Edi Fadhil menuturkan kepada kami saat ngobrol santai, sabtu 26 Agustus 2017 di Dekmi Coffe, Darussalam Banda Aceh.

Ternyata ide sederhananya mendapat respon yang luarbiasa dari jamaah sosial media. Tidak tanggung pada hari itu juga Edi Fadhil mampu memperoleh dana puluhan juta. Akhirnya Pemuda kelahiran Aceh Besar, 16 Juni 1984 berinisiatif untuk terjun langsung mengawasi pembangunan rumah dhuafa tersebut.  Program Cet Langet Rumoh, mendapat respon luar biasa bahkan gerakan ini terus berkelanjutan hingga sekarang.
Sosok Edi Fadhil yang juga Alumni Fakultas Hukum Unsyiah ini, akhirnya terus berkembang dan mendapat sokongan dari donatur. Selama dua tahun mengelola program Cet Langet rumoh beliau menerima sumbangan 2 Milyar dan keseluruhan uang tersebut dibangun rumah bagi warga miskin, tanpa memotong uang operasional. Kini sudah 40 rumah dhuapa ia bangun bersama teman-teman relawan Cet Langet Rumoh.
Aktifitas yang ia lakoni juga saat ini berkembang pada aspek pemenuhan kesehatan warga miskin dan program beasiswa. Semangatnya dalam mengembangkan program yang awalnya iseng-iseng ini didasari oleh 3 faktor kunci yaitu;
Pertama: Masih banyak anak yatim piatu, orang jomp, fakir miskin, gelandangan, anak jalanan, petani, buruh angkut yang tidak mampu memenuhi kehidupan sehari-hari.
Kedua: Bayak orang kaya di nusantara ini, bahkan seantero dunia yang memiliki kecukupan finansial akan tetapi tidak memiliki cukup informasi terhadap persoalan akar rumput yang real dan selama ini kurang percaya jika bantuan tersebut dikelola oleh aparatur negara, yang berpotensi ditilep.
Ketiga: Tidak ada data yang akurat yang membandingkan antara kebutuhan dana yang tersedia, apakah mencukui atau tidak, serta tidak adanya sistem pelaporan yang transparan dan akuntabel, yang pada akhirnya berefek pada tidak percayanya donatur.
Lantas bagaimana gerakan ini dijalankan?
Berdasarkan hasil diskusi ringan kami selama satu jam di Dekmi Coffe, mekanisme penerimaan mamfaat dari program yang ia gagas ini dikategorikan menjadi 3 pola pendekatan yaitu; pertama: Bantuan rumah dhuafa diperuntukkan bagi masyarakat miskin yang berdomisi di seputar Aceh Utara, Bireun dan Aceh Besar semata-mata untuk memudahkan pemantauan dan demi memastikan efektifitas tim dalam bekerja yang kini didominiasi di locus tersebut. Kedua: Dukungan beasiswa bulanan untuk anak-anak yang putus sekolah sebelumnya dan masih pingin melanjutkan sekolah atau anak dari kaum dhuafa yang terancam putus sekolah mendapat bantuan sebesar Rp.150.000 perbulan bagi Anak SD, anak SMP Rp.175.000 perbulan dan anak SMA sebesar Rp.200.000 perbulan. Total anak yang mendapat beasiswa dari Edi Padhil berdasarkan sumbangan jamaah Facebook 156 anak.
Kita harus menggalakkan gerakan berbagi bansigoem donya, ungkap Edi Fadhil. Kalau mengandalkan kekuatan gaji saya tentu tidak mungkin, akan tetapi saya cuma miliki semangat menggerakkan para dermawan, mengelola secara transparan, mengirim laporan dengan terang benderan, sebelum dan sesudah program ini berjalan. Merekrut relawan yang amanah tanpa mau digaji, itu juga bagian gerakan berbagi. Ada yang berbagi Rezki, berbagi waktu, berbagi ide dan gagasan, berbagi tenaga, berbagi doa sekalipun itu juga penting. Jika ada yang  menshare setiap aktifitas yang kami lakukan itu juga bagian dari upaya gerakan berbagi bansigoem donya, ungkap Edi Fadhil. Tentu saya sangat bangga kepadanya, sosok pemuda yang pernah kami training saat mengelola ISKADA Banda Aceh dulu dibawah Nahkoda Azwir Nazar yang kala itu menjadi Master Of Trainer, ikut berbahagia dengan sosok pemuda yang energik dan ramah ini. Krue semangat, sukses selalu adinda, semoga Allah senantiasa merahmati setiap amal dan gerakan dakwahnya. Saatnya Gerakan Dakwah kreatif sesuai bakat dan kemampuan kita.

* Penulis adalah Mantan Sekum ISKADA Banda Aceh dan Direktur ARI


Tidak ada komentar: