Oleh : Muhammad Syarif
Seorang teman dari Jogya bercerita kepada saya tentang Falsafah Kyai, kiranya apa yang disampaikan "Falsafah Kyai" di Jawa dapat kita korelasikan dengan Lakap Tgk. Atawa Abu. Inilah resume hasil bincang-bincang kami, selepas mengikuti Diklat Penyusunan LAKIP Angkatan IX di Yogyakarta bulan April 2011. Sejak lama telah mengenalkan kategorisasi KYAI dalam percaturannya kehidupan riil, yakni: Kyai Tandur, Kyai Tutur, Kyai Sumur, Kyai Sembur dan Kyai Catur.
Pertama;Kyai Tandur adalah para kyai yang concern terhadap penanaman nilai-nilai aqidah dan akhlak melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren (tandur=menanam).
Kedua; Kyai Tutur adalah para Kyai yang berkonsentrasi pada penyampaian dakwah terutama secara lisan (nuturi=menasehati).
Ketiga; Kyai Sumur adalah Kyai yang memiliki kedalaman ilmu dan jiwa yang mumpuni (ma’rifat).
Keempat :Kyai Sembur adalah para Kyai yang banyak mengabdikan kemampuannya dalam pengobatan/penyembuhan.
Kelima Kyai Catur adalah kyai yang banyak terlibat dalam percaturan politik atau kegiatan kemasyarakatan. Cukup relevan rasanya dengan fenomena “ke-kyai-an” mutakhir…Mudah-mudahan saja kategori ini tetap 5 tidak tambah jadi 6, yakni kyai Lawak….kyai yang sukanya….Melawak….alias Kyai Copot. Latas Bagaimana dengan Para Tgk atau Abu-Abu kita di Aceh selama ini….? Apa punya kemiripan Falsafah dengan Kyai yang ada di Pulau Jawa? Ini perlu kajian lebih dalam. Saatnya menunggu hasil riset Kaum Cendikiawan. Wallahu a’lam bishawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar