BAB : SATU
PENDAHULUAN
Oleh : MUHAMMAD SYARIF*
Oleh : MUHAMMAD SYARIF*
Batam merupakan sebuah kepulauan kecil dengan luas kurang lebih 400 km2, yang memiliki jumlah penduduk sekitar 6000 orang di tahun 1970. sedangkan akhir desember 2006 pertumbuhan penduduk berjumlah 713.960.000 orang,yang berasal dari pulau jawa dan Sumatra[1]. Batam dapat berkembang seperti sekarang dengan kontribusi ekspor mencapai 100 % dari ekspor nasional. Indikator keberhasilan Batam akibat perdagangan bebas terus dapat dirasakan oleh masyarakat, hal ini dapat kita lihat bahwa dengan terserapnya lapangan kerja sekitar 175.000 orang dengan menghasilkan Pendapatan Asli Daerah sekitar Rp.55 Milyar (hingga akhir tahun 2000) serta mengirimkan pajak ke pusat sebesar Rp.871 milyar dalan tax ratio 20 % di seluruh pulau Batam.
Keceriaan bersama kawan-kawan |
2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan karya tulis ini antara lain :
1. Bagaimana pola hidup masyarakat Batam?
2. Bagaimana pengaruh perdagangan bebas terhadap penyerapan lapangan kerja?
3. Bagaimana dampak Perdagangan bebas terhadap semangat Nasionalisme masyarakat/pemuda Batam?
3. Tujuan Pembahasan/ Penelitian
Adapun tujuan Pembahasan/Penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pola hidup masyarakat Batam
2. Untuk mengetahui pengaruh perdagangan bebas terhadap penyerapan lapangan kerja
3. Untuk mengetahui Dampak perdagangan bebas terhadap semangat Nasionalisme masyarakat/ pemuda Batam
4. Metode Pembahasan/Penelitian
Penulisan karya tulis ini dengan melakukan pendekatan Deskriptis dimana dalam menyampaikan informasi bersumber dari hasil observasi, studi kepustakaan dengan mengkaji referensi sebanyak banyaknya seputar Batam, kemudian data tersebut diolah dan dianalisis. Karya tulis ini dibagi dalam empat pokok pembahasan meliputi:
Bab Satu: Pendahuluan yang meliputi; Latar Belakang Masalah, Rumusan masalah, Tujuan pembahasan serta metode pembahsan.
Bab Dua: Selayang pandang masyarakat Batam yang meliputi; Profil Batam, Batam menyongsong masa depan serta Transpormasi Industri Batam.
Bab Tiga: Dampak perdagangan bebas terhadap semangat Nasionalisme. Pada Bab ini akan di bahas tentang; Batam dan perdagangan bebas, Hubungan bilateral Batam dengan Singapura, Semangat Nasionalisme masyarakat/ pemuda Batam.
Bab Empat : Penutup, yang membahas kesimpulan dan saran
BAB DUA
SELAYANG PANDANG MASYARAKAT BATAM
1. Profil Batam
Salah satu objek Wisata Batam |
Keindahan Batam |
Objek Wisata Batam |
Banyak negara-negara yang tertarik untuk melakukan Investasi di Kepulauan Batam seperti Singapura, Amerika, Jepang, Korea, Emirat Arab disamping juga banyak Perusahaan domestik yang tertarik untuk melakukan Investasinya di Batam.
Secara sederhana, pengembangan daerah kawasan Batam dapat di bagi dalam empat tahap yaitu: Tahap I (1973-1976) mencakup upaya persiapan, Tahap II(1976-1978) merupakan tahap konsolidasi, Tahap III (1978-1997) ádalah tahap pembangunan prasarana/ Infrastruktur dan penanaman modal. Pada tahap IV (1998 sampai Sekarang) adalah melakukan akselarasi terwujudnya Batam sebagai kawasan Industri, perdagangan, pariwisata dan alih kapal dengan mempertahankan nuansa sosial development.
2. Batam menyongsong masa depan
Terminal Ferry Internasional di Batam |
Sehingga badan otorita batam berfungi mirip sebuah badan administrador kawasan. kesemua ini menjadikan batam sebagai free trade zone (kawasan perdagangan bebas).
Ternyata perkembangan menuju kawasan perdagangan bebas merupakan berkah yang tersembunyi bagi Batam seperti yang ditujukan oleh data statistik.[4] sejalan dengan perkembangan investasi di Batam, menyebabkan omset Batam kian melonjak. Pertumbuhan ekonomi semakin baik di Batam pada waktu. Angka ratio setoran pajak kepusat berkisar Rp. 6,5 milyar (tahun 1980) sampai dengan Rp.874 milyar. Ini sungguh Sangay speltakuler teman-teman semua.
Penerimaan Daerah Kota Batam dengan asumsi jira mereka tidak masuk ruangan ada dispensasi kuliyah. Perkembangan Investasi meningkat tajam bila tahun 1980 hanya berkisar Rp.0,97 milyar. Pada tahun 1998/1999 mencapai Rp.46 milyar. Maka diperkirakan akan hadir manusia-manusia seperti robot yang senantiasa kaku.
Dari sisi investasi, tampak bahwa investasi pemerintah yang digunakan untuk pembangunan infrastruktur di Batam mencapai US$ 116 juta pada tahun 1978. Pada tahun 2000 total investasi pemerintah telah ditanamkan sebesar US$ 1,6 milyar, telak berhasil menarik investor swasta sebesar US$ 5,7 milyar atau lebih dari tiga kali lipat dari investasi pemerintah. Disamping itu efek lain dari investasi adalah tumbuhnya unit-unit usaha kecil menengah (UKM) yang sekarang berjumlah lebih 8.000 buah, serta penyerapan tenaga kerja kurang lebih 170.000 orang pekerja.
Dari ilustrasi tersebut dapatlah dimengerti bahwa selain lokasi strategis, faktor kunci keberhasilan suatu daerah industri adalah tersedianya infrastruktur yang memadai, terjaminnya keamanan, terjaminnya sistem, prosedur, pengelolaan efisien, tidak berbelit-belit, serta adanya insentif perpajakan. Walaupun disadari bahwa dampak investasi yang sifatnya privatilisasi Asing akan membuat sistem sosial cumunal hancur dan yang ada hanyalah gaya hidup hedonisme dan liberalisme, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada hidupnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Transpormasi Industri di Batam
Jembatan Balerang nan Esostik |
Seiring dengan dilengkapinya infrastruktur di Batam yang meliputi sarana perkantoran, tempat tinggal, pendidikan, transportasi, air, listrik dan sarana penunjang lainnya, maka Batam terus menjadi pusat peradaban atau miniaturnya “Singapur Mini” Indonesia. Hal ini bukan tanpa alasan, ditandainya bermunculan hotel-hotel berbintang, jasa hiburan meraja lela mulai kelas ABG (Anak Baru Gede) sampai hiburan kelas eksekutif dan kelas tua.
Dengan kejelian melihat peluang usaha, jenis indutri di Batam mulai beralih kepada industri manufaktur peralatan elektronika. Industri ini berkembang semakin cepat dengan berkembangnya kawasan industri. Naiknya nilai investasi asing dan domestik memacu masyarakat untuk makin meningkatnya daya saing Batam dengan beberapa pulai di sekitar.[5]
Kebutuhan akan tenaga kerja baik yang tergolong Skilled Labour, maupun yang unskilled Labour, menumbuhkan tingkat migrasi yang tinggi. Persaingan yang ketat dalam memperoleh lapangan kerja merupakan khazanah persaingan yang positif dalam memperjuangkan hidup dan kehidupan. Disadari atau tidak masyarakat bawah akan tetap berdampak yang siknifikan. Bayaknya rumah-rumah liar atau lazim dikenal dengan Rulli membuat pemerintah harus cerdas memahami problem tersebut.
a. Tahapan Perkembangan Industri Batam
Perkembangan idustri Batam yang pesat dapat digambarkan dengan mengkaji dari beberapa aspek yaitu jenis produk, penggunaan teknologi, kepemilikan dan manajemen Jeni produk yang dihasilkan Sesuai dengan kebutuhan, jenis dan produk yang dihasilkan oleh industri di Batam sangat beragam dan Variatif. Pada tahap awal pengembangan Batam, kebutuhan akan suplai dukungan industri minyak lepas patai sangat banyak. Hampir semua kebutuhan yang berbentuk steel structure dihasilkan oleh bengkel dan workshop di Batam. Sebagai besar dari perusahaan ini masih beroperasi dengan baik.
Perkembangan jenis produk makin variatif sejak dikembangkannya berbagai kawasan industri. Pada kawasan industri tersebut berkembang kawasan industri ringan semacam packaging, mental stamping and cutting, garments, peralatan kesehatan dan peralatan elektronik. Industri yang bersifat ringan seperti industri Packaging ataupun industri perakitan elektronika saat ini boleh dikatakan sudah menerapkan teknologi produksin yang modern dan canggih, beberapa industri telah sampai pada tingkat full automation. Hal ini diterapkan karena tingkat tuntutan yang tinggi pada ketelitian produk dan time delivery-nya. Contohnya industri komponen yang berafiliasi pada produsen Jepang.
Penggunaan Teknologi
Tinjauan terhadap perkembangan penggunaan teknologi beberapa industri di Batam pada dasarnya juga terkait pada time history dari perkembangan teknologi industri pada umumnya. Pada waktu tingkat industri penunjang kebutuhan perminyakan (jasa logistik) masih mendominasi,tingkat perkembangan teknologinya masih bersifat konvesional. Dalam satu industri, pemakaian teknologi yang bertingkatpun masih banyak digunakan. Salah satu industri tersebut karena jenis dan asal produksinya datang dari berbagai tempat, penggunaan teknologinya disesuaikan dengan persyaratan dari pemesannya. Akan tetapi beberapa industri di Batam juga masih ada yang menggunakan teknologi yang masih sangat sederhana seperti pada industri stamping, cutting, paper/plastic packaging.[6]
Berdasarkan Kepemilikan
Membandingkan tingkat kepemilikan dari beberapa industri di Batam sangat dipengaruhi dengan jenis industri yang dikembangkan. Semakin canggih industri yang dikembangkan, maka semakin besar pulai investasi yang dibutuhkan, termasuk juga kaitannya dengan pemamfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia. Jujur saja kita ketahui bahwa Industri-industri Elektronik dalam sekala besar di kuasai oleh pihak asing.
Sebagian besar industri yang memberi kontribusi ekspor adalah perusahaan PMA. Di batam sebagai daerah perdagangan bebas, seluruh kepemilikan PMA boleh dimiliki oleh pihak asing, namun dengan berkembangnya jiwa enterpreneurship, makin banyak industri yang tingkat kepemilikan lokalnya makin besar dan tetap berkembang dengan pesat. Industri tersebut meliputi industri elektronika, industri galangan kapal di Tanjung Uncang. Industri yang mayoritasnya telah bergeser ke arah kepemilikan lokal pada umumnya adalah industri yang bergerak di sektor jasa hiburan, perhotelan dan angkutan transportasi darat dan laut.
Perkembangan Manajemenya
Perkembangan manajemen pada industri yang ada di Batam sangat dipengaruhi oleh kualitas Sumber Daya Manusianya. Sebagian kecil PMA masih menggunkan tenaga asing untuk level senior engineer dan top managementnya, sedangkan untuk level dibawahnya berasal dari Tenaga Kerja seluruh Indonesia terutama dari Sumatera dan Pulau Jawa. Data terakhir (2006) jumlah pekerja 75000 orang tenaga kerja Indonesia dan 3400 orang tenaga kerja asing.
b. Peningkatan Mamfaat
Kantor Pemerintahan di Batam |
Ketersediaan infrastruktur yang memadai dan memenuhi syarat meliputi; sarana perhubungan, transportasi, ketersediaannya tenaga listrik yang cukup, pasilitas kesehatan dan air bersih, serta ketersediaanya sarana penunjang pendidikan bagi masyarakat yang ada di Batam.
Tersedianya Sumber Daya Manusia yang berkualitas, hal ini dilakukan dengan melatih sebanyak mungkin ketrampilan life skill, akses pendidikan yang cukup, memperbanyak pendidikan yang menjurus kepada orientasi penyerapan tenaga kerja.
Jiwa Kewirausahaan. Semangat ini perlu ditularkan kepada masyarakat Batam, agar tidak merasa ketergantungan pada bekerja pada orang lain. Jiwa kemandirian dan keberanian untuk mengembangkan potensi yang ada mutlak di butuhkan.
Sistem dan kebijakan publik yang kondusif, hal ini sangat berpengaruh terhadap iklim investasi dan perkembangan industri. Kebijakan publik yang kondusif serta proteksi hukum yang bagus membuat para investor baik Nasional maupun Asing akan semakin tertari dan berminat untuk menanamkan modal usahanya di Batam, sehingga mempercepat perputaran ekonomi masyarakat Batam, yang pada akhirnya mayarakat Batam akan makmur.
BAB TIGA
DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS TERHADAP NASIONALISME
1. Batam dan Perdagangan Bebas
Pembangunan Kota Batam |
Hote di Batam |
Agar praktek Free Trade Zone (FTZ) dapat jelas dimengerti, berikut ini beberapa prinsip FTZ yaitu:
a) Dari Aspek perpajakan Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) tidak dikenakan. Namur demikian pajak penghasilan (PPh) masih diterapkan baik secara badan (corporate) maupun perorangan. Nilai PPh yang dihasilkan Batam pada tahun 1999 telah mencapai Rp.798 milyar.
b) Dari Aspek Bea Cukai; Terhadap barang yang keluar masuk Batam (dari dan luar negeri) tidak dilakukan pemeriksaan, kecuali untuk barang bahaya seperti narkoba, sensata dan sebagainya. Disamping itu barang yang keluar masuk Pulau Batam dari dan keluar negeri tidak dikenakan bea masuk.
c) Dari Aspek Perdagangan: Karena FTZ dikecualikan dari Wilayah Kepabeanan Indonesia, maka barang masuk dari luar negeri dari Pulau Batam tidak diperlukan sebagai barang imfor. Tapi barang dari Batam yang masuk ke Wilayah Indonesia lanilla diperlakukan sebagai barang impor. Sedangkan barang yang masuk dari dalam negeri ke Batam diperlakukan sama dengan perdagangan antar pulau lain di Indonesia.
d) Dari Aspek Kependudukan: Pengaturan dilakukan terhadap penduduk yang keluar masuk pulau Batam, penduduk yang boleh tingla adalah mereka yang berkaitan dengan kegiatan FTZ.
Semua keberhasilan yang dicapai itu tidak sepenuhnya bertumpu pada status Batam sebagai daerah Bonded Zone. Hal ini terlihat pada praktek lapangan. Sejalan dengan status yang di emban Batam sebagai mana yang tertuang dalam Keppres 41/1973, otoritas Batam menetapkan fungís pengembangan seperti yang dirumuskan dalam RKDTR 1979 yaitu:
· Pengembangan industri, terutama yanng bertujuan ekspor
· Kegiatan alih kapal dalam arti yang luas
· Logistic Base and Marshalling Area, baik untuk keperluan pemerintah maupun swasta.
· Pembinaan pusat distribuís dengan tujuan domestik dan internacional
Industri pertanian/ perikanan, procesing dan kepariwisataan.
Meskipun Batam mempunyai potensi yang cukup bagus dibandingkan dengan daerah kepulaun lain di Indonesia, dengan memperhatikan berbagai kondisi Batam akhir-akhir ini, sudah dirasakan timbulnya berbagai permasalahan seperti derasnya arus migrasi penduduk dari daerah lain, hal ini menimbulkan berbagai macam problem ikutan seperti, timbulnya rumah-rumah liar, masalah pengangguran, kepadatan lalu lintas dan masalah-masalaha lainnya.
Minimnya penyediaan rumah bagi penduduk dari perusahaan tempat mereka bekerja dan mahalnya biaya hidup juga bagian dari warna arus dampak perdagangan bebas. Pada akhirnya akan timbulnya rasa kesadaran yang rendah dan semangat naionalisme yang menurun, dan ini tentu dapat berakibat buruk bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Masyarakat/ Pemuda di Batam lebih mudah melakukan akses ke Singapura. Bahkan salah satu bukti kongkrit yang menyebabkan luturnya Nasionalisme adalah hampir kebanyakan nama jalan di Batam merupakan nama-nama asing seperti Jalan Cape Ton, Nagoya, Harbour dll. Nama Hotelpun banyak memakai nama asing, bahkah jam yang di tarok di Hotel tidak ada time o`clok Indonesia. Namun Langsung Batam-Singapura, Malaysia, Autralia. Pertanyaan yang muncul kemudian di benak saya apakah rasa nasionalisme mayarakat di Batam masih kental ? jawabannya saya pikir Sangat subyektif. Yang jelas analisis saya mengatakan “Masyarakat Batam semangat nasionalime Masyarakat/ Pemudanya melemah”
2. Hubungan Bilateral Batam-Singapura
Study Banding Peserta TANNASDA |
Keadaan ini tentu harus dipertahankan dan ditingkatkan dengan terus menggali berbagai peluang yang ada untuk mensejahterakan rakyatnya. Disamping itu berbagai strategi mesti di pikirkan oleh Pemerintahan Kota Batam sehingga memperkuat posisi tawar Batam di mata dunia, dan ini penting. Sehingga Batam tidak dijadikan boneka oleh pihak asing terutama Singapura. Kalau hal ini tidak di pikirkan, tidak tertutup kemungkinan seluruh aset yang ada di Batam di kuasai oleh perusahaan Asing.
Dalam kaitan ini tibuk polemik strategi Bangsa Indonesia, apakah kita akan mengembangkan Pulau Batam sebagai pesaing terhadap Singapura (dan mungkin terhadap kawasan pertumbuhan di negara tetangga lainnya) atau mengembangkannya secara lebih realistis yaitu bekerjasama dan saling melengkapi dengan negara itu?
Peserta TANNASDA bertandang Ke MABES TNI |
Suasana Belajar Peserta TANNASDA |
3. Semangat Nasionalisme Masyarakat/ Pemuda Batam
Diskusi Kelompok |
Suasana Belajar Peserta TANNASDA |
BAB EMPAT
PENUTUP
1. Kesimpulan
· Dilihat dari letak Geografis Kawasan Kepulauan Batam sangat strategis dalam praktek lalu lintas sistem perdagangan Bebas
· Sistem perdangan Bebas cukup banyak memberikan peluang bagi negara-negara yang sudah mapan struktur pemerintahannya untuk senantiasa melakukan ekspansi baik dari segi Politik, Sosial, Budaya dan Ekonomi
· Dengan mencermati kondisi Batam saat ini, saya melihat bahwa Batam berpeluang menjadi daerah yang besar peluang keresahan bagi Bangsa Indonesia terutama semangat Nasionalisme Kebangsaan bagi Masyarakat dan Pemudanya.
· Derasnya arus migrasi penduduk dari daerah lain ke Batam menimbulkan problem baru seperti timbulnya rumah-rumah liar, kepadatan lalu lintas, masalah keamanan dan kemiskinan.
2. Saran-saran
· Pemerintah Indonesia harus memberikan proteksi yang bagus bagi Investor Asing supaya terjalin keharmonisan dalam membangun kawasan bilateral dalam bidang ekonomi.
· Pemerintah Kota Batam harus menanamkan semangat Nasionalisme dan cinta tanah air bagi masyarakat sehingga lebih menghargai budaya Bangsa Indonesia ketimbang budaya Asing
· Pemerintah Indonsia umumnya dan Batam Khususnya perlu membatasi kepemilikan modal asing dalam melakukan Investasinya di kawasan kepulauan Batam.
· Pemerintah Batam perlu memikirkan langkah-langkah strategis untuk merelokasi perumahan liar di sepanjang jalan demi menjaga keindahan tata ruang Kota Batam.
· Sejalan dengan pemasukan devisa negara tentunya masyarakat di sekitar kepulauan Batam harus benar-benar bisa merasakannya (terciptanya kesejahteraan dan keadilan ekonomi sehingga tidak terjadi jurang yang melebar) antara masyarakat asing atau pendatang dengan masyarakat asli Batam.
* Karya Tulis Akhir, Peserta TANNASDA/ Lemhanas Pemuda Angkata I Tahun 2007, Asal Aceh Kerjasama KEMENEGPORA-DEPLU RI-DEPHAN RI- DEPDIKNAS. Program TANNASDA merupakan Program unggulan Kementrian Pemuda Olah Raga Republik Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
1. Anastuti Sirait, Hasil Presentasi Seputar Batam (Dalam rangka studi banding peserta TANNASDA ke Batam
2. Ismet Abdullah dkk, Menuju Batam yang lebih Cemerlang, Penerbit: Khatana, 2003
3. Wendy Aritenang dan R.Hutomo, Diskusi Panel Refleksi Masakini Sebagai Umpan Balik dalam menyonsong BPPT 2010
4. Ismet Abdullah, Diskusi tentang Free Trade Zone
5. Wendi Aritenang, Batam dan Singapura bersaing atau bekerjasama, Jakarta: 2003
[1]Ariastuti Sirait, Hasil Presentasi seputar Batam, dalam rangka kunjungan peserta TANNASDA, Kamis 27 September 2007
[2]Ariastuty Sirat, Hasil Wawancara Penulis dengan Staf Pemasaran Otoritas Batam, Kamis 27 September 2007
[5]Wandy Aritenang dan R. Hutomo, Dikusi Panel Refleksi Masa Kini Sebagai Umpan Balik Dalam Menyongsong BPPT 2010, Jakarta 22 Agustus 2001.
[6]Ibid, hal.81
[7]Hasil Wawancara dengan Ibu Ariastuty (Bagian Pemasaran Otoritas Batam), Kamis 27 September 2007
[8]Ismet Abdullah, Diskusi Terbats Tentang Free Trade Zone di Ruang Kuning, Kantor Gubernur Riau, 16 September 2000.
3 komentar:
Tulisan yang penuh Inspiratif..sukses selalu
Wah pingin juga mengikuti Diklat Tannasda, oya gimana caranya..mohon informasi
mantap........
Posting Komentar