4 Jul 2020

Bersama Jubir Bayangan Covid-19


Oleh : Syarif Meukek

Minggu, 5 Juli 2020, dapat pesan khusus dari Komjen Hasnanda, Kepala BNN Kota Banda Aceh dan Jubir bayangan covid-19,  Bung Mahdi Andela. Pesan ngopi bareng yang telah lama tidak aye penuhi dimasa pandemi corona, akhirnya wajib dipenuhi, guna menjaga tali pertemanan masa pademi covid-19. Komjen itu nama keren Banghas, sementara Jubir bayangan covid  sengaja saya sematkan karena hampir saban hari, informasi aduhai seputar covid-19 untuk Aceh dan khususnya Banda Aceh langsung saya terima dari Mahdi Andela.


Mereka berdua adalah sumber inspirasi dan teman diskusi sejak sama-sama menjadi Pawang KNPI Kota Banda Aceh, kini umur kami sudah semakin senja, tapi semangat masih tetap muda, hehe. Saya penasaran kenapa Bung Mahdi Andela selalu menyajikan informasi covid-19 dengan terang benderang. Ternyata ia memegang mesin pelacak covid-19, Aplikasi Bersatu Lawan Covid, mesin inilah yang menjadi salah instrumen Pemerintah dibawah kendali Presiden Joko Widodo menentukan status wilayah rawan, aman atau setengan aman.  Aplikasi ini menyajikan dengan lengkap sebaran covid-19 seluruh Indonesia. Bukan hanya itu datanyapun dibuat lengkap dengan peta digital dengan memakai simbul warna dan keterangan status lokasi wilayah resiko tinggi.

Vitur Aplikasi ini terdiri dari data positif, sembuh, meninggal, Rumah Sakit Rujukan, Kontak Layanan, Konsultasi. Data ini disajikan setiap hari dengan terang benderang.

Tuan dan Puan dapat mengaksesnya pada mbah google. Saya pun akhirnya penasaran dan akhirnya jatuh hati pada Aplikasi tersebut. Lantas apa untungnya jika kita memiliki Aplikasi ini? Ya tentu banyak informasi resmi diterima langsung dari sumber yang tepat. Aplikasi ini menyajikan data bunga rampai covid dengan simbul warna dan alamat yang terang benderang. Seluruh Warga dapat mengaksesnya. Ini penting agar informasi seputar covid-19 diterima dengan sahih, bukan hoax.

Banda Aceh Zona Merah
Aplikasi Bersatu Lawan Covid (5/7/2020)
Status Banda Aceh Zona Merah akhir-akhir ini, bagi kami tentu tidak menjadi kabar yang gimana gitu? Ibu Kota Provinsi dan Pusat rujukan pasien pandemi covid-19 untuk 23 Kab/Kota di Aceh, ya wajar. Semua pasien di rujuk ke Banda Aceh, dasar ini pula terjadi interaksi antara pasien, dokter, keluarga. Relasai interaksi ini tidak bisa dihindari, karenanya Warga Kota Banda Aceh perlu waspada. Lantas apa kebijakan negara yang tepat, apakah perlu berlaku jam malam lagi atau ada kebijakan lain, mari kita runut narasi yang dikupas secara santai oleh Redaktur Harian Serambi Indonesia, Paket Wawancara khusus dengan Ketua IDI Aceh yang saya copas dibawah ini:

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh, Dr.dr. Syafrizal Rahman, MKes SpOT menilai evaluasi jam malam di Aceh harus dilakukan berbasis perkembangan Covid-19

"Evaluasinya harus dilakukan dengan melihat trend kasus, selama kasus tetap atau menurun bisa jadi ini artinya jam malam efektif," ujar Safrizal kepada Serambinews.com, Sabtu (4/4/2020).
Serambinews.com melakukan wawancara khusus dengan Ketua IDI Wilayah Aceh tersebut terkait dengan rencana Pemerintah Aceh bersama Forkopimda akan mengevaluasi pemberlakuan jam malam di Aceh sejak, Minggu (29/3/2020), mulai pukul 20.30 Wib sampai 05.30 Wib.

Tanya: Seandainya kebijakan jam malam dicabut oleh Pemerintah Aceh, apakah kondisi itu ada pengaruhnya terhadap penyebaran virus corona secara signifikan?


Jawab: Evaluasinya harus dilakukan dengan melihat trend kasus, selama kasus tetap atau menurun bisa jadi ini artinya jam malam efektif.

Tanya: Terhadap desakan masyarakat yang meminta pemberlakuan jam malam dievaluasi, dan kemudian direspon oleh pemerintah Aceh, bagaimana IDI memberi pandangannya?
Jawab: IDI yakin keputusan jam malam ini pasti sudah melalui kajian mendalam dan kesepakatan Forkopimda Aceh, evaluasi boleh saja dilakukan tapi berbasis perkembangan Covid-19.
Aplikasi Bersatu Lawan Covid (5/7/2020)

Tanya: Nah, jika pemberlakuan jam malam dicabut apa yang harus menjadi catatan penting bagi masyarakat? Sebab, jangan-jangan masyarakat menganggap kasus corona di Aceh sudah selesai?

Jawab: Itu dia masalahnya, kenapa IDI tidak ikut-ikutan mendorong pemberhentian jam malam, karena kita (masyarakat Aceh-red) lemah dalam hal social distancing.
Tanya: Artinya, kalau pun kebijakan (cabut jam malam) itu ditinjau ulang harus benar-benar berbasis perkembangan Covid-19?

Jawab: Harus, karena jam malam dibuat juga dalam upaya menurunkan laju corona virus. (sumber; https://aceh.tribunnews.com)

Kembali pada persoalan covid-19 itu nyata atau hoax? Merujuk pada dua sumber informasi yaitu portal Dinkes Aceh: https://dinkes.acehprov.go.id/ dan Aplikasi Bersatu lawan covid semakin jelas covid itu nyata. Kalau tidak mustahil grafik datanya terus melaju dengan kencang. Angka-angkanya semakin naik, data hari ini :87 pasien yang dikualifikasi positif. Menariknay saat saya komparasi dengan data Aplikasi bersatu lawan covid, semakin, ngeri-ngeri sedap warna bunga redep locus Banda Aceh.  Jika lengah berpotensi seperti Kota Surabaya, ini hanya ramalan sementara, bisa ya bisa keliru. 
Aplikasi Bersatu Lawan Covid (5/7/2020)

Jika Tuan dan Puan masih ragu coba buka Aplikasi Bersatu Lawan Covid. Setidaknya bincang pagi hari ini saya dapat informasi berharga dari Jubir bayangan covid-19. Trimakasih Sobat, engkau telah mencerahkan kami pagi ini seputar informasi covid-19. Soal ada yang percaya, dan cuek bebek itu bukan persoalan. Yang pasti suguhan informasi ini menjadi bermakna bagi kami yang cinta akan kesehatan. 

Ikhtiar itu penting, jangan pasrah pada takdir Ilahi. Jaga stamina dengan poding dan konsumsi makanan steril dari pestisida. Bayam Arab dan sawi higenis bebas pupuk menjadi menu pilihan kini. Anda penasaran bukan? hubungi saja Mas Yanto : 0811682039.  Yang pasti kami telah mencobanya. Sayurnya manis, segar dan tanpa pestisida.

Sayur segar tanpa pestisida, petik langsung di tempat dengan harga damai dan ceria. hehe. Ingat stamina perlu dijaga di masa pandemi covid-19, agar imun tubuh tetap sehat.





Tidak ada komentar: