Oleh Bung Syarif**
Sosok
dokter Hendro Mustaqim bagi kalangan Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh, lebih akrab
dikenal sebagai dokter spesialis bedah.
Kelihaiannya dalam melakukan eksekusi bedah bagi pasien di RSUD Meuraxa tidak
diragukan lagi. Mungkin ribuan pasien telah dieksekusinya dalam rangka tindakan
medis dan penyelamatan jiwa manusia.
Ganteng,
dan berperawakan rapi adalah gayanya. Saya pun mengenal beliau pertama kalinya,
saat salah seorang keluarga ditanganinya. (Ibu Hadisah/Mertua Tahun 2017, dua kali
dilakukan operasi). Saya pun semakin kagum padanya. Sistematika bicara yang
teratur, lembut menambah kekaguman saya padanya.
Melihat
gaya dan setiap ajakan diskusi warung kopi dengan komunitas dokter Rumah Sakit
Meuraxa dan Para dokter spesialis, dokter hendro batinku berpirasat ia bagian
dari kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), ternyata dugaanku benar, Maklum
nasab ke-HMI-an tidak bisa di tutupi. Berdasarkan pengakuanya, ia gagal di
LK-II HMI. Karna kesibukannya sebagai dokter. Yang pada akhirnya ia menggeluti profesinya sebagai ladang dakwah guna membantu keluarga pasien.
Kali
ini kami berbincang-bincang seputar banyak hal, mulai dari topik keagamaan,
pergerakan ormas Islam, Ekonomi Syariah, Gerakan Dakwah Ormas Islam, hingga
soal MART 212.
Minggu,
15 April 2018, adalah Coffee Morning
berkelas di Solong II, Ya ini bukan soal coffee
morning biasa dan gosip murahan, akan tetapi pertemuan yang lezat dengan
kajian filsafat keilmuan. Saya lebih banyak mendengar dan menganalisa setiap
topik yang didiskusikan. Ecek-ecek ini diskusi warung kopi katanya dan tanpa
tendensi apapun, ungkap “dokter spesialis bedah yang ganteng”.
Diskusi
yang dipandu oleh Saifuddin Malek yang juga mantan aktifis Muhammadiyah Aceh,
semakin bernas dan tajam. Layak disebut sebagai tradisi “Insan Cita”. Membaca
pikiranya teringat masa-masa diskusi HMI era-98, membedah kasus tematik dengan
runut baik di Komisariat, Warung Kopi maupun di Musalla Kampus.
Saya
bangga bisa berkawan dan berinteraksi dengan dokter spesialis muda, yang bukan
hanya jago dalam memainkan peran medisnya, akan tetapi juga lihai dalam menarasikan
pedagogi filsafat, dan memiliki ghirah keagamaan serta keilmuan. Ia juga
senantiasa membagun relasi dengan dunia luar yang barang kali “tidak satu klan”
komunitas. (baca komunitas dokter spesialis yang terkesan elitis). Harus diakui
para dokter spesialis klannya sangat elitis dan cendrung berkoloni. Hasil
amatan selama saya menjadi konsultan BLUD RSUD se Aceh dan Sumatera sejak Tahun 2008-2017. (Ente boleh berbeda pandangan dengan saya dalam hal ini), hehe....ini hanya asusmsi pribadi
saja, tidak usah dimasukin dalam hati. Please
dech? Jangan marah ya pak dokter spesialis ganteng?, Aye cuma bercanda
kok....hehe
Semoga
saja pertemanan ini semakin terjalin dengan baik. Akankah ada episode diskusi
yang lebih bernas lagi..? Hanya waktu yang bisa menjawabnya . Sukses selalu Pak
dokter, berilah yang terbaik dalam pengabdian, terus menebar kebaikan dan jadilah
dokter spesialis zaman Now yang senatiasa dicintai pasien. Satu mimpi kami wujudkan RSUD Meuraxa menjadi Rumah Sakit Kelas Dunia. Para dokternya melayani warga dengan ramah, murah senyum dan profesional. Akankan mimpi itu terwujud? hanya waktu yang menjawabnya
**Penulis adalah KAHMI Aceh, Direktur Aceh Research Institute (ARI), Dosen Legal Drafting FSH UIN Ar-Raniry, Konsultan BLUD RSUD Aceh dan Sumatera, Aktivis`98

1 komentar:
Jelas dan berbobot👍👍👍
Posting Komentar