Denpasar– Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, menerima penghargaan internasional pada ajang 4th CityNet SDG City Awards 2025 yang digelar di Bali Beach Convention Center, Denpasar, Senin (27/10/2025).
Banda Aceh terpilih sebagai salah satu dari 11 kota penerima
penghargaan dalam ajang bergengsi tersebut. Kota ini meraih penghargaan di
kategori SDG Grassroots Innovation melalui inovasi “Women in Waste
Management: The WCP System”, bersama Kota Subang Jaya, Malaysia.
Inovasi ini dinilai berhasil memberdayakan perempuan dalam pengelolaan Waste Collecting Point (WCP) serta menciptakan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang nyata di tingkat komunitas.
Kompetisi CityNet SDG Awards tahun ini berlangsung sangat ketat.
Dari 100 inovasi yang dikirimkan oleh 50 kota dan organisasi di kawasan Asia
Pasifik, hanya 22 inovasi yang terpilih menjadi finalis, dan akhirnya 11
inovasi terbaik yang berhasil meraih penghargaan.
Dari Indonesia, terdapat tiga kota yang berhasil meraih
penghargaan, yakni Banda Aceh, Jakarta, dan Surabaya. Banda Aceh meraih
penghargaan untuk kategori SDG Grassroots Innovation, Jakarta di
kategori SDG City Branding and Public Diplomacy, dan Surabaya di
kategori SDG Urban Environment Impact.
Penilaian dilakukan oleh panel juri internasional dari berbagai
lembaga dunia, di antaranya Sekretaris Jenderal CityNet, United Nations
ESCAP, Seoul Metropolitan Government, mantan Wali Kota Kuala Lumpur, UNDP,
ADB, Global Green Growth Institute (GGGI), dan Zero Waste Foundation.
Usai menerima penghargaan, Wali Kota Illiza bersama perwakilan
kota penerima lainnya mengikuti sesi open forum dengan panel juri. Dalam sesi
tersebut, panelis menanyakan bagaimana Banda Aceh memastikan keberlanjutan dan
peningkatan skala pengelolaan depo WCP dalam jangka panjang, terutama dalam
menjaga partisipasi konsisten dan dukungan finansial bagi para manajer
perempuan.
Menjawab hal tersebut, Illiza menjelaskan bahwa kunci
keberlanjutan program ini terletak pada komitmen Pemerintah Kota melalui
dukungan kebijakan dan alokasi anggaran yang konsisten. Ia menambahkan,
sosialisasi berkelanjutan, pendampingan lapangan, dan pemberian insentif
menjadi faktor penting untuk menjaga motivasi para pengelola. Pemerintah Kota
juga tengah mengupayakan agar insentif bagi cleaning leaders atau ketua WCP
dapat bersumber dari dana gampong.
Lebih lanjut, Wali Kota Illiza menegaskan bahwa dalam RPJM Banda Aceh 2025 - 2029, program WCP menjadi bagian dari kebijakan prioritas lingkungan “Asri: Aksi Solutif untuk Ramah Lingkungan”, serta mendukung pengarusutamaan gender melalui program “Peduli: Perempuan, Disabilitas, dan Anak untuk Lingkungan Inklusif.” Dengan demikian, WCP tidak hanya berkontribusi pada kebersihan kota, tetapi juga menjadi wadah pemberdayaan sosial dan ekonomi bagi perempuan.
“Keberlanjutan program ini bukan semata tentang anggaran, tetapi
tentang komitmen, kepercayaan, dan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat
dalam menjaga Banda Aceh tetap bersih dan berdaya,” ujar Illiza. Wali Kota juga
menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berperan dalam
kesuksesan inovasi ini.
“Penghargaan ini adalah bentuk pengakuan dunia terhadap kerja
keras para perempuan di Banda Aceh yang telah menjadi penggerak perubahan di
tingkat komunitas. Ini bukan hanya kebanggaan pemerintah, tetapi seluruh
masyarakat yang terus berkolaborasi menjaga lingkungan,” tuturnya. Illiza
menambahkan, penghargaan ini akan menjadi motivasi bagi Banda Aceh untuk
memperkuat sistem WCP dan memperluas implementasinya ke seluruh kecamatan agar
manfaatnya semakin besar dan berkelanjutan.
Saat ini CityNet menaungi 159 kota dan organisasi anggota dari
berbagai negara di Asia Pasifik. Melalui platform Urban SDG Platform, jaringan
ini menjadi wadah bagi kota-kota anggotanya untuk berbagi inovasi dan praktik
terbaik menuju pembangunan berkelanjutan. (JZ01CPR)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar