Banda Aceh – Pemerintah Kota Banda Aceh kembali mencatat kinerja positif. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri yang dipaparkan dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Harga Beras dan Pengendalian Inflasi yang dilaksanakan secara hybrid pada Senin (20/10), realisasi belanja Pemerintah Kota Banda Aceh menjadi yang tertinggi di Provinsi Aceh dan menempati peringkat kedua tertinggi secara nasional untuk tahun anggaran 2025.
Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Kota (BPKK) Banda Aceh, Alriandi Adiwinata, menjelaskan bahwa capaian ini menunjukkan komitmen kuat Pemerintah Kota dalam menjaga efisiensi dan percepatan penyerapan anggaran di tengah situasi ekonomi yang dinamis.
“Per 17 Oktober 2025, realisasi belanja Pemko Banda Aceh telah mencapai Rp1,02 triliun atau sekitar 71,02 persen dari total anggaran belanja daerah. Capaian ini tidak hanya tertinggi di Aceh, tetapi juga menjadi bukti komitmen kita terkait efektivitas perencanaan dan pelaksanaan anggaran di Banda Aceh,” ujar Alriandi.
Selain itu, dari
sisi pendapatan daerah, Banda Aceh juga berada dalam zona hijau dengan realisasi
sebesar Rp1,43 triliun atau 76,10 persen dari target pendapatan tahun
2025. Menurut Alriandi, kinerja tersebut menandakan tata kelola keuangan
daerah yang sehat, di mana belanja pemerintah tetap terjaga dalam koridor
kemampuan fiskal yang berkelanjutan.
“Kinerja pendapatan
yang baik menjadi dasar utama bagi kemampuan belanja daerah yang optimal.
Prinsip kami bukan sekadar cepat membelanjakan, tapi tepat sasaran dan
memberikan dampak langsung bagi masyarakat,” tambahnya. Rakor Kemendagri juga menyoroti
korelasi positif antara kecepatan realisasi belanja dan pengendalian inflasi
daerah. Pemerintah Kota Banda Aceh dinilai berhasil menyeimbangkan kedua aspek
tersebut — menjaga daya beli masyarakat melalui belanja produktif
sekaligus memastikan stabilitas harga bahan pokok.
Capaian ini
menguatkan posisi Banda Aceh sebagai daerah dengan tata kelola fiskal yang
efisien di Indonesia. Dengan serapan anggaran yang tinggi, Pemko mampu mendorong
percepatan pembangunan infrastruktur, pelayanan publik, dan kegiatan ekonomi
masyarakat, tanpa mengorbankan prinsip akuntabilitas. Menutup pernyataannya, Alriandi
menyampaikan apresiasi kepada seluruh perangkat daerah atas kinerja kolaboratif
yang konsisten.
“Kita akan terus
menjaga ritme positif ini hingga akhir tahun anggaran. Target kami bukan hanya
mempertahankan posisi terbaik, tapi memastikan setiap rupiah anggaran
benar-benar kembali menjadi manfaat bagi masyarakat Banda Aceh,” tutupnya.
Sementara itu, Wali
Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal menyampaikan bahwa capaian tersebut merupakan
hasil kerja kolektif seluruh jajaran Pemerintah Kota Banda Aceh yang
berorientasi pada kinerja, kolaborasi, dan akuntabilitas. “Alhamdulillah, ini
adalah buah dari kerja keras dan sinergi seluruh perangkat daerah.
Kita ingin memastikan bahwa APBK bukan sekadar angka dalam
dokumen, tetapi benar-benar menjadi instrumen untuk mempercepat pembangunan dan
menghadirkan kesejahteraan bagi warga Banda Aceh,” ujar Illiza. Illiza menegaskan bahwa pengelolaan
keuangan daerah yang baik harus sejalan dengan prinsip transparansi dan
keberpihakan kepada masyarakat. “Kita ingin setiap
belanja pemerintah memberi dampak nyata — memperbaiki
layanan publik, membuka ruang ekonomi, dan memperkuat ketahanan sosial
masyarakat,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan
bahwa capaian tersebut akan menjadi dorongan untuk terus meningkatkan disiplin
fiskal dan inovasi dalam perencanaan pembangunan. “Insyaallah, capaian
ini bukan akhir, tapi motivasi agar kita terus bekerja dengan prinsip Banda
Aceh Kolaborasi — menghadirkan pemerintahan yang efisien, responsif, dan
berpihak kepada rakyat,” pungkas Illiza. (JZ01CPR)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar