Tgk. Agusri Syamsuddin Ahmad MA telah beberapa hari lalu berada Kota Fujairah, Uni Emirat Arab (UEA). Imam Masjid Al Wustha Gampong Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh itu kini bersama 5 orang imam asal Indonesia direncanakan dilantik sebagai imam masjid di Kota Fujairah, sebuah kota dan distrik di negeri super makmur itu.
Putra dari Alm. Syamsuddin Ahmad – Jasmi M. Amin ini merasa bersyukur karena menjadi dua peserta dari Aceh yang diberangkatkan sebagai imam masjid, memimpin salat lima waktu dan siap menjadi imam/khatib Jum’at serta memastikan pelaksanaan ibadah salat berlangsung dengan baik.
Alumni Program Magister Umdurman Islamic University, Sudan ini mengisahkan tentang keberadaannya di negeri yang mengesankan baginya karena merupakan kota yang tenteram dan tidak bising oleh suara klakson kendaraan.
“Saya mengikuti program pengiriman imam luar negeri yang merupakan kerja sama pemerintah Uni Emirat Arab dan Kementerian Agama Pemerintah RI”.
Suami dari Ismayani ini lulus seleksi yang diadakan oleh Kementerian Agama (Kemenag) RI dimana pendaftarannya melalui Kanwil Kemenag Aceh, dan selanjutnya mengikuti serangkaian proses Seleksi di Jakarta.
“Seluruh peserta pengiriman imam ini total akan melibatkan sebanyak 200 imam dalam kurun 10 tahun. Saya termasuk dalam angkatan ketiga yang seyogyanya berjumlah 26 orang tetapi baru 15 orang yang sudah tiba di UEA. Kami disebar ke masjid-masjid di beberapa kota,” ujar Tgk Agusri yang juga salah seorang pengurus DPP ISKADA Aceh.
Program ini sudah berjalan mulai 2017 dan sampai kini baru 29 imam berhasil diberangkatkan, ungkap Agusri. Sosok pemuda yang Aceh yang mendalami program karantina Tahfidz 30 Juz Al-Qur`an di Kuningan, Jawa Barat. Dimana sebanyak 10 orang guru Tahfidz dilatih selama satu bulan di Yayasan Karantina Tahfidz Al Qur`an Nasional, Kuningan Jawa Barat.
Menurut imam muda kelahiran Tiba Raya, 17 Agustus 1983 ini, seorang peserta lainnya dari Aceh, Tgk Athaillah dari Kota Lhokseumawe yang juga lolos seleksi, masih ditunda keberangkatannya disebabkan masih perlu kesesuaian data paspor di visa entry.
Ayah dari Shafwatunnida (12 thn), Ahmad Zaki Syarif (9 thn) dan Muhammad Faizul Akbar (7 thn) ini menambahkan, kriteria dan kompetensi utama bagi peserta para imam adalah menghafal Al-Qur’an, memahami fiqh salat dengan baik, mampu berkhutbah dan berbahasa Arab, di samping persyaratan lainnya.
Pemberangkatan para Imam dari Indonesia pada angkatan ini didampingi oleh salah seorang pegawai dari Kementerian Agama Republik Indonesia hingga tiba di Abu Dhabi dan disambut oleh staf KBRI di UEA dan selanjutnya para imam di kirim ke kota tempat bertugas masing-masing.
Agusri saat ini masih tercatat sebagai Sekretaris Lembaga Sertifikasi Tahfizh Alquran (LSTQ) Banda Aceh, menambahkan, UEA yang masyarakatnya dikenal heterogen karena berdatangan dari berbagai negara ini butuh imam dari negara lain, sebab para imam sekaligus mengelola masjid yang berada di bawah kendali Kementerian Waqaf bertugas full time sebagaimana pekerja profesional lainnya.
Ketika ada beberapa imam yang pensiun atau resign, maka Kementerian Waqaf langsung mencari calon Imam lainnya. Selain itu banyak dibangun masjid-masjid baru sehingga kebutuhan akan imam juga bertambah.
Ustadz Agus, panggilan akrabnya kepada Gema Baiturrahman menyampaikan, para imam selama bertugas dengan waktu akhir yang belum ditentukan itu menempati rumah imam karena pada setiap masjid di UEA juga menyediakan rumah dinas bagi imam.
Para imam masjid di UEA berasal dari berbagai negara, kebanyakannya dari Mesir, Sudan, Maroko, Pakistan dan beberapa negara lainnya dan dalam 4 tahun terakhir ini UEA berinisiatif mendatangkan imam-imam dari tanah air. Agusri yang kesehariannya menjadi pendakwah mengajak pemuda Aceh untuk senantiasa memantapkan kualitas keilmuaanya serta menekuni profesi yang digelutinya secara ikhlas dan tulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar