Imam Ja’far As-Shadiq dalam buku The Lantern of Path mengungkapkan: “Makan sedikit itu lebih baik dalam setiap kesempatan dan untuk semua orang, sebab hal itu dapat menyehatkan seseorang secara lahiriah maupun batiniah. Tak ada yang berbahaya bagi hati orang yang beriman dari pada menikmati makanan terlalu banyak, sebab hal itu akan menimbulkan dua akibat: kekerasan hati dan bangkitnya nafsu. Rasa lapar adalah laksana bumbu bagi orang-orang beriman, sarana penguat untuk jiwa, makanan bagi hati, dan penunjang kesehatan badan.”
Meja makan itu membuat ceria, peh cakra dan bicara percaturan politik nusantara juga terkadang diolah di meja makan. Bagi kader ISKADA makan sekedarnya saja sebagai pelipur lara. Merujuk kata-kata Dr Husen A Bajry dalam bukunya Be Your Own Doctor, ibarat sebuah kota besar, setiap sel memiliki ratusan sampai ribuan generator listrik, bahan bakar, jaringan komunikasi, sistem transportasi, sistem keamanan, bahkan manajemen sampah pun diperhatikan dan terkelola dengan baik.
Sel memiliki sistem pertahanan keamanan dengan sistem komando pusat pemerintahan yang sangat hebat, yang dilengkapi sistem sensor yang serba otomatis. Ibarat sebuah pabrik biokimia mutakhir yang menghasilkan aneka ragam produk metabolisme, untuk menghasilkan produk jadi, harus ada bahan baku. Dan kualitas produk sangat ditentukan oleh kualitas bahan bakunya. Maka makan dengan kualitas yang baik akan menghasilkan kualitas sel terbaik.
Sebagai manusia yang beriman kepada Allah, tubuh dengan sistem tercanggih ini menjadi sebuah amanah agar kita mempersembahkan diri kita sebaik mungkin. Tubuh kita yang terdiri dari trilliunan sel terbentuk dari apa yang kita makan. Bahan makanan yang dimakan itu akan menyusun tubuh kita yang terdiri dari sel-sel untuk membentuk sistem-sistem, termasuk sistem hormon yang dapat mempengaruhi perilaku kita. Maka tidak salah jika ada istilah “kita adalah apa yang kita makan”.
Memperhatikan kegiatan makan, menjadi begitu penting karena akan memberi pengaruh besar terhadap pembentukan kualitas fisik dan kepribadian kita dalam rangka mempersembahkan kehidupan kepada Allah. Kita bisa melihat banyaknya penyakit yang muncul disebabkan oleh aktifitas makan yang salah. Baik itu penyakit fisik individual maupun penyakit-penyakit mental sosial. Karena itu, sesungguhnya dalam Alquran telah ada beberapa tuntunan dasar mengenai makan yang benar yaitu: makanlah makanan yang halal dan baik (QS. Al-Maidah: 88), dan janganlah makan secara berlebihan (QS. Al-A’raf: 31).
Makan bersama kader adalah tradisi yang perlu dilanjutkan, walau terkesan sederhana tapi terasa istimewa. Akankah "makan peh cakra" ini terulang kembali? Hanya waktu yang menjawabnya
*Penulis adalah Sekjen DPP ISKADA Aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar