Membangun karakter itu sulit. Butuh waktu dan proses.
Tidak semudah membalik telapak tangan. Dari 15 program pemerintah Aceh,
Irwandi- Nova Iriansyah, ada satu program membangun karakter Aceh, yakni Aceh
Meuadab. Bagaimana beretikanya rakyat Aceh, memiliki ahlaq yang baik sesuai
dengan syariat, harus ada terobosan untuk mweujudkanya. Upaya untuk melahirkan
Aceh Mueadab tentunya harus terlebih dahulu terlahir Aceh carong. Tanpa SDM
yang baik, khususnya dalam bidang agama, Aceh meudab sulit didapat. Pendidikan
agama kelak akan melahirkan karakter Aceh yang semakin beretika, Aceh Meuadab.
Untuk mewujudkanya, lembaga Dayah Provinsi Aceh pada tahun 2019 ini memiliki
sejumlah program. Mulai dari memperhatikan tenaga pendidik, bahkan
mengirimkannya sampai ke pulau Jawa, juga serius memperhatikan santri.
Dinas pendidikan Dayah di Aceh ini tahu persis, dari
216.000 santri yang ada saat ini, yang tergabung dalam lima tipe dayah, tidak
semuanya menjadi ulama. Tidak semuanya kembali bergelut dengan dayah. Tentunya
mereka juga harus dibekali dengan ilmu mandiri, mampu untuk mengurus diri
sendiri tidak menambah pengganguran. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Dayah
Aceh, Usamah El- Madny, untuk tahun angaran 2019 peningkatan kualitas banyak
dilakukan, baik untuk pendidik (guru) dan santri, pembinaan dayah dan
perangkatnya, sampai dengan beasiswa khusus kepada santri.
Untuk pendidik, jelas Usamah, pada tahun ini ada 15
orang yang dikirim ke Jepara Jawa Tengah guna memperdalam ilmu, bagaimana
membaca kitab kuning dengan cepat. Total anggaran untuk mereka mencapai Rp
558.740.000. Selain itu juga ada kursus untuk guru dayah. Mereka magang bahasa
Arab dan Ingris ke Pulau Jawa, Pare, Kediri, Jawa Timur. Jumlah mereka yang
magang ke sana mencapai 50 orang. Anggaranya juga terbilang besar mencapai Rp
1.564.520.000. Menurut Usamah, demikian dengan guru kontrak, pimpinan dayah,
guru dan tengku dayah, semuanya mendapat perhatian serius. Untuk guru diberikan
intensif yang lumanyan besar.
Sementara untuk pimpinan dayah, tengku dayah, nilai
insentif setiap bulanya agak lebih kecil bila dibandingkan dengan guru. Untuk
guru, jelas Kadis Pendidikan Dayah ini, pada tahun 2019 ada 52 orang guru
kontrak bidang study Bahasa Arab. Mereka mendapatkan honor Rp 2.000.000 setiap
bulanya. Nilai yang dikeluarkan untuk 52 guru kontrak ini mencapai Rp
1.248.000.000. Demikian dengan guru bidang study Bahasa Inggris, matematika,
dan tahfizul Qur,an. Nilai yang mereka terima setiap bulannya sama dengan guru
bahasa Arab, Rp 2 juta perbulan. Untuk bahasa Inggris ada 42 guru yang nilai
total honor mereka Rp 1.008.000.000. Untuk guru kontrak matematika tercatat 40
orang, nilai total honor mereka Rp 960.000.000 dan untuk guru tahfizul Qur’an
hanya 12 orang dengan nilai honor keseluruhan Rp 288 juta. Selain itu ada guru
khusus kitab kuning di daerah terpencil.
Nilai honor mereka sedikit berbeda dengan guru kontrak
lainya. Untuk guru terpencil kitab kuning ini, mereka mendapatkan honor Rp
2.200.000 perbulan. Jumlah guru kontrak ini ada 48 orang. Total honor untuk 48
guru kontrak kitab kuning ini mencapai Rp 1.267.200.000. Untuk guru/ tengku
dayah, walau insentif mereka relatif lebih kecil bila dibandingkan guru
kontrak, namun jumlah guru dayah yang diberikan insentif jumlahnya mencapai
5.500 orang. Nilai insentif yang mereka terima setiap bulan Rp 250.000. Total
anggaran untuk guru dayah ini mencapai Rp 16.500.000.000. Sementara untuk
pimpinan dayah di Aceh yang mendapatkan insentif, menurut Usamah, ada 600
pimpinan dayah. Mereka mendapatkan insentif Rp 350.000 sebulan. Nilai anggaran
untuk itu Rp 2.520.000.000. Demikian dengan santri, pada tahun anggaran 2019
ini, ada 250 santri yang mendapat bantuan biaya santri berprestasi. Jumlah
anggaran untuk 250 santri ini mencapai Rp 750 juta. Selain itu juga ada bantuan
santri muallaf. Ada 120 santri yang nilai bantuanya mencapai Rp 1.296.000.000.
Menurut Kadis Pendidikan Dayah ini, di Aceh ada 1.136
dayah ini terdiri dari 5 tipe. Jumlah santrinya terbilang banyak mencapai
216.011. Dinas Dayah sudah mengklasifikasi dayah yang ada di Aceh. Untuk tipe A
plus, jumlah dayahnya ada 23 dengan jumlah santri mencapai 40.521 orang. Untuk
tipe A, ada 94 dayah, dengan jumlah santri mencapai 52.407. sedangkan tipe B
tercatat ada 168 dayah dengan santri 44.469. sementara untuk tipe C, ada 337
dayah dengan jumlah santri 42.531 sedangkan untuk dayah non tipe jumlahnya
lumanyan banyak mencapai 514 dayah dengan jumlah santri 36.083. Dinas
pendidikan Dayah Aceh mengelola anggaran yang terbilang besar, mencapai Rp
574.764.357.741.
Dari nilai total ini ada beberapa program khusus yang
dilaksanakan untuk peningkatan SDM dayah. Untuk program peningkatan mutu dayah,
anggaran yang tersedia Rp 30. 805.845.000. anggaran ini diperuntukan pembinaan
pimpinan dayah dan tengku dayah, pendidikan dan pelatihan, kerjasama antar
lembaga, kompetensi pimpinan dayah/ tengku. Ada program lainya yang tak kalah
menarik, yakni pemberdayaan santri. Pemberdayaan ini dilakukan, karena tidak
semua santri dayah menjadi ulama, atau kembali kedayah mendirikan dayah. Untuk
itu mereka juga harus dibekali dengan skil, agar mampu mandiri, sebut Usamah,
agar kelak mampu mandiri, tidak menambah penganguran. Mereka dibekali dengan
pelatihan life skil. Pelatihan itu diantaranya, sebut Kadis Pendidikan Dayah,
berupa pelatihan jurnalistik dan penerbitan berkala, majalah/ jurnal dayah.
Pembinaan kompetensi, pembinaan bakat, dan minat
santri sampai dengan penyediaan beasiswa untuk santri berprestasi. Nilai
anggaranya mencapai Rp 7.973.795.823. Demikian dengan manajemen dayah, ada
anggaran Rp 1.007.710.000. nilai ini diperuntukan pelatihan usaha kesehatan
dayah, pembinaan kelembagaan, manajemen, dan tata kelola administrasi.
Sementara untuk peningkatan kualitas dan pengembangan dayah ada nilai anggaran
Rp 25, 6 miliar lebih. Dana ini untuk penyediaan jasa pendidik dan tenaga
pendidikan dayah, pengembangan sarana dan prasarana dayah perbatasan.
Untuk program pendidikan dayah, berupa pembinaan dan
pengembangan kurikulum dayah, penyedian buku/ kitab kurikulum dayah, nilainya
mencapai Rp 3. 463.130.000. Sinergi Program Aceh Carong dan Aceh Mueadab,
menurut Kadis Pendidikan Dayah ini, walaupun terpisah namun pararel. SDM orang
Aceh lebih diutamakan untuk membentuk Aceh mueadap. Bila Aceh sudah carong,
pada masanya Aceh muadab itu akan terbentuk. Aceh mueadab itu lebih pada
penekanan etika, karakter, ahlaq. Bila Aceh sudah carong, karakter ahlaq
mueadab itu pada masanya akan terbentuk, untuk itu pendidikan dayah lebih
mengutamakan pendidikan manusianya. “Alhamdulilah Dinas Pendidikan Dayah dan
Pendidikan Umum, kini sudah sejalan. Kini sudah sinergi,” sebut Usamah.
Dayah itu ada tiga tipe, ada dayah salafi, terpadu dan
tahfid. Dayah terpadu dan tahfid itu didalamnya ada sekolah, kurikulumnya
disesuaikan dengan Diknas. Kalau tingkat SMA tanggungjawabnya ada di provinsi,
sementara SD dan SMP berada di kabupaten kota. Mensinergikan dayah salafi dan
terpadu dan tahfid, dayah terpadu dan tahfid didalamnya ada sekolah. Dengan
kurikulum diknas. Kalau SMA ,jadi tanggung jawab provinsi, kalau SMP menjadi
tanggungjawab kabupayen kota.
Demikian dengan regulasi, menurut Usamah, secara
regulasi masalah keseimbangan sudah clear. Gubernur dan DPR telah sepakat
tentang dayah dengan adanya Qanun nomor 9 tahun 2019, telah membuat posisi dayah
dan dinas pendidikan memiliki pungsi yang sama, sebagai peyelenggara
pendidikan. Telah disepekati tiga puluh persen dari total 20 persen anggaran
pendidikan untuk dayah. Kalau nilainya 100, berarti untuk dayah 30, jelas
Usamah. “Demikian dengan mitra Dinas Pendidikan Dayah, jangan lagi di komisi 7
DPR. Kalau 7 nanti kan komisi israk mikraj, tahun baru hijriah, maulid.
Asosiasinya agama dan spritualitas. Kita ada item spritualitas pada pendidikan
dayah, tetapi fungsi kita adalah pendidikan,” sebut Usamah. “Kita berharap
dayah itu berada di komisi pendidikan. Sehingga mitranya cocok melaksanakan,
menyelenggarakan pendidikan.
Selama ini kita menyelenggarakan pendidikan, namun
berada di komisi agama,” jelasnya. “Dayah ini bukan soal agama, ya dia sebagai
pembinaan agama, tetapi dia sektor pendidikan. Karena pemerintah Aceh mengaku
pendidikan agama dan pendidikan umum adalah satu kesatuan yang tidak
dipisahkan,” ucap Usamah. Kadis pendidikan mengakui, sejak lima tahun ini,
output yang akan dicapai dinas pendidikan dayah sudah clear, misalnya berapa
hafidz, sudah terukur dalam Resintra dan itu wajid dari awal harus ada target,”
jelasnya. Kadis Pendidikan Dayah Aceh ini mengatakan ada wacana dayah mandiri
dan berdaya saing nasional, regional, dan internasional.
Menurutnya itu adalah salah satu program Plt Gubernur
Nova Iriansyah. “Misalnya pemberian beasiswa pendidikan termasuk untuk dayah,
dimana untuk tahun ini tahfid sudah berjalan,” jelasnya. Aceh tidak akan carong
tanpa keseriusan semua pihak. Bila pemerintah Aceh sudah menyediakan anggaran
untuk Aceh Carong, keterlibatan pihak lain juga sangat menentukan masa depan
Aceh. Sehingga dari generasi Aceh carong ini akan melahirkan generasi yang
semakin meuadap.
Keterlibatan semua pihak, khususnya yang bersentuhan
langsung dengan kegiatan Aceh carong, juga harus menunjukan keseriusanya demi
keberhasilan Aceh carong. Tanpa keseriusan dan semangat yang tinggi dari semua
pihak, Aceh carong sulit diwujudkan. Namun bila semuanya satu tekad untuk
melahirkan Aceh carong sehingga pada masanya akan terbentuk Aceh mueadab, tidak
ada istilah tidak bisa. "Asal kita mau dan punya tekad, insya Allah akan
dikabulkan," ujarnya.
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar