Oleh Bung Syarif*
 |
| Wakil Walikota bersilaturrahmi dengan Mursyid TQN |
Wakil
Walikota Banda Aceh periode 2017-2022, Zainal Arifin bersama rombongan melakukan kunjungan kerja pada PondokPesantren Suryalaya, Tasikmalaya (4 April 2018). Kehadiran rombongan diterima
langsung oleh Generasi ketiga Penganut
Tarikat Qadariyah Naqsyabandiyyah (TQN). Pondok Pesantren yang menarapkan
Praktek Amalan Tauhid dan Tasawuf ini, menjadi Magnet tersendiri bagi pimpinan
nusantara.
 |
| Menerima Kado Istimeqa ajaran TQN |
Banyak Tokoh Nasional berkhitmad dan menyambangi Pondok Pesantren ini
dalam rangka bersilaturrahmi dan minta restu, ungkap Ahmad saat coba kami
wawancarai. KH. A Shohibulwafa Tajul Arifin yang dikenal dengan sebutan
Abah Anom adalah generasi ketiga Abah
Sepuh. Beliau benar-benar Ulama yang sangat bersahaja, santun dan sangat
bijaksana. Tutur bahasanya sangat teratur, lembut dan penuh kerendahan hati
membuat saya kagum.
 |
| Bersama Mursyid TQN |
Kamipun mendapat ulasan sejarah Pontren ini dari Abah, serta diberikan 6 Kitab meliputi; Profil Pontren, Belajar
Ma`rifat kepada Allah, Ilmu dan Praktek Ajaran Tauhid Tasawuf. Beliaupun bercerita
bahwa di Banda Aceh sudah ada Mursyid yang mampu menjelaskan tentang Amalan
Santri Suryalaya. Sang Mursyid itu adalah Tgk. DR. Zulfan Wandi, MA Dosen FSH
UIN Ar-Raniry dan juga Alumni Dayah Labuhan Haji Darussalam Aceh Selatan. Ini
sesuatu yang luar biasa, batinku bergetar. Ternyata misi menjadikan Banda Aceh
Kota Zikir Dunia, semakin dibuka pintu dan jalan oleh Allah, SWT. Salah satu mursyid TQN di Aceh ternyata Putra Meukek, Tgk. Dr. Zulfan Wandi, MA Pimpinan Dayah Raudhatul Qur`an Tungkup, Darussalam, Aceh Besar
Apalagi sang
Mursyid TQN di Aceh itu secara kebetulan memiliki ikatan keluarga dengan CPR dari garis
keturunan Kakek. Saya pun seketika menyampaikan kabar bahagia pada kakanda
Zulfan lewat pesan singkat,. Ia pun membalas; Alhamdulillah terimakasi Dek,
senang hati adinda sudah sampai ke Tasikmalaya. Mudah-mudahan Allah satukan
kita dalam Ibadahnya, Amiin.
 |
| Para Punggawa Disdik Dayah Banda Aceh |
Pontren
Suryalaya lebih dikenal dengan Inabah dan TQN. Banyak kontribusinya buat
Nusantara terutama dalam Aspek Penyebaran Tauhid Tasawuf dan Rehabilitasi
Pencandu Narkotika kelas berat. Dunia pun menghargai perannyata Pontren ini
dalam menyelesaikan masalah penyakit sosial.
KH.
A Shohibulwafa Tajul Arifin yang dikenal dengan nama Abah Anom, dilahirkan di
Suryalaya tanggal 1 Januari 1915. Beliau adalah putra kelima Syaikh Abdullah
bin Nur Muhammad, pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, dari ibu yang bernama Hj
Juhriyah. Pada usia delapan tahun Abah Anom masuk Sekolah Dasar (Verfolg School) di Ciamis
antara tahun 1923-1928. Kemudian ia masuk Sekolah Menengah semacan Tsanawiyah
di Ciawi Tasikmalaya. Pada tahun 1930 Abah Anom memulai perjalanan menuntut
ilmu agama Islam secara lebih khusus. Beliau belajar ilmu fiqih dari seorang Kyai
terkenal di Pesantren Cicariang Cianjur, kemudian belajar ilmu fiqih, nahwu, saraf dan balaghah kepada Kyai
terkenal di Pesantren Jambudipa Cianjur. Setelah kurang lebih dua tahun di Pesantren
Jambudipa, beliau melanjutkan ke Pesantren Gentur, Cianjur yang saat itu diasuh
oleh Ajengan Syatibi.
 |
| Bersama Cucu Abah Sepuh yang juga Staf Ahli Bupati Tasik Malaya |
Di
samping melestarikan dan menyebarkan ajaran agama Islam melalui metode Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN).
Abah Anom juga sangat konsisten terhadap perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
Maka sejak tahun 1961 didirikan Yayasan Serba Bakti dengan berbagai lembaga di
dalamnya termasuk pendidikan formal mulai TK, SMP Islam, SMU, SMK, Madrasah
Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Aliyah kegamaan, Perguruan Tinggi (IAILM)
dan Sekolah Tinggi Ekonomi Latifah Mubarokiyah serta Pondok Remaja Inabah.
Didirikannya
Pondok Remaja Inabah sebagai wujud perhatian Abah Anom terhadap kebutuhan umat
yang sedang tertimpa musibah. Berdirinya Pondok Remaja Inabah membawa hikmah,
di antaranya menjadi jembatan emas untuk menarik masyarakat luas, para pakar
ilmu kesehatan, pendidikan, sosiologi, dan psikologi, bahkan pakar ilmu agama
mulai yakin bahwa agama Islam dengan berbagai disiplin Ilmunya termasuk tasawuf
dan tarekat mampu merehabilitasi kerusakan mental dan membentuk daya tangkal
yang kuat melalui pemantapan keimanan dan ketakwaan dengan pengamalan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah.
*Penulis adalah Kabid SDM dan Manajemen Dinas Pendidikan Dayah Kota Banda Aceh, KAHMI Aceh, Aktivis`98, Dosen Legal Drafting FSH UIN Ar-Raniry, JZ01 CPR, Magister Hukum USK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar