Berlatih memanah bersama tuan guru (18/4) |
Tausiah urgensi Olahraga Memanah (18/4) |
Dalam
sebuah hadits disebutkan keutamaan memanah, “Barangsiapa yang menembak satu
panah kepada musuh baik kena atau tidak kena, pahalanya setara dengan
memerdekakan budak.” (HR. Ibnu Majah 2286, dishahihkan Al Albani dalam Shahih
Ibnu Majah)
Di
zaman Rasulullah, ada banyak sahabat yang ahli dalam memanah. Karena keahlian ini,
mereka mendapat kesempatan untuk turut serta berjuang ke medan perang.
1. Rafi bin Khadij RA
Usianya
baru 15 tahun kala itu. Kaum muslimin tengah giat menyiapkan segala peralatan
dan kekuatan menghadapi perang uhud. Salah satu perang paling menyejarah dalam
perjuangan umat Islam. Tak hanya para lelaki dewasa yang antusias. Para remaja
belia pun tak mau ketinggalan. Mereka bergegas mengambil peran dalam perjuangan
Islam. Salah satunya adalah Rafi bin Khadij.
Khadij
adalah nama sang ayah. Ialah yang menemui Rasulullah dan memohon agar putra
kesayangannya diperkenankan ikut berlaga di medan perang. Khadij menyampaikan
kemampuan yang dimiliki Rafi yakni memanah dan memainkan tombak. Saat bertemu
Rasulullah, Rafi berdiri dengan berjinjit, itu ia lakukan agar terlihat lebih
tinggi. Rasulullah mengamati dengan seksama kemampuan Rafi, sebelum akhirnya
beliau mengizinkannya. Dalam Perang Badar, Rafi pernah meminta izin ikut, namun
Rasulullah dengan tegas melarangnya.
Dalam
perang Uhud tersebut Rafi terkena panah di dada, di bagian bawah ketiak. Darah
mengucur dari lukanya, seraya menahan sakit ia mendatangi Rasulullah seraya
berkata, “Wahai Rasulullah, tolonglah anak panah ini dicabut.”
Rafi
berharap dengan bantuan Rasulullah lukanya lekas membaik dan ia bisa ikut
meneruskan berperang. Rupanya Rasulullah memberikan pilihan yang tak biasa.
Beliau berucap, “Hai Rafi, aku bisa mencabut panah ini beserta mata panahnya
dan engkau akan segera sembuh. Tetapi jika engkau mau, aku akan mencabut panah
ini dan meninggalkan mata panahnya di tubuhmu, dan aku akan bersaksi pada hari
kiamat bahwa engkau mati syahidRafi memilih agar mata panah itu tetap di
tubuhnya. Demikian hingga ia berpulang kepada Rabbnya pada zaman khalifah
Muawiyah.
2.
Sa’ad bin Abi Waqash
Sa’ad
bin Abi Waqqash bin Wuhaib bin ‘Abdi Manaf berasal dari Bani Zuhrah. Ia
merupakan paman Rasulullah dikenal sebagai sosok yang berani, kuat dan
bersungguh dalam keimanan. Salah satu kegemaran dan keahlian Sa’ad bin Abi
Waqqash adalah memanah.
Bukti
kuatnya iman Sa’ad tercermin dalam kalimat, “Demi Allah, aku tidak akan
meninggalkan agamaku dan tidak akan berpisah darinya.” Tak heran ketika sang
ibu memaksanya keluar dari Islam. Dalam kondisi lemah dan sakit, ibunya terus
meminta agar Sa’ad disebut sebagai orang pertama yang melemparkan anak panah
dalam perjuangan di jalan Allah.
“Aku
adalah orang ketiga yang paling dulu masuk Islam, dan aku adalah orang yang
pertama kali memanah musuh di jalan Allah.” Dia adalah orang ketiga yang paling
dulu masuk Islam, dan orang pertama yang memanah musuh di jalan Allah.
Dalam
sebuah peperangan, dengan keahlian memanahnya, ia mampu menewaskan banyak
musuh. Setiap lemparan panahnya mengenai orang musyrik hingga tewas. Ia lalu
mengambil anak panah lagi dan melemparkannya. Hal itu ia ulangi hingga beberapa
kali. Demikianlah, hingga panahnya mampu membunuh banyak musuh. Sa’ad pun
mengambil panahnya, kemudian berucap, “Ini adalah panah yang diberkahi Allah.
Sa’ad
keluar dari Islam. Berharap agar Sa’ad merasa iba dan keluar dari Islam. Namun
ia tetap kukuh, “Wahai Ibu, demi Allah, andai engkau memiliki tujuh puluh nyawa
yang keluar satu demi satu, maka aku tetap tidak akan meninggalkan agamaku
untuk selama-lamanya.”
Lantas apa mamfaat olahraga memanah..?
Setidaknya ada beberapa mamfaat olahraga memanah diantaranya; melatih kosentrasi agar fokus dalam membidik sasaran, menguatkan otot/fisik agar tetap bugar dan sehat, melatih kesabaran, meningkatkan rasa percaya diri, menambah ketenangan, membuat jantung sehat, melatih keseimbangan, melatih berfikir positif serta melatih emosi.
(Diolah dari berbagai sumber/Intisari Tausiah
Ust Elfizar, M.Ag, Rabu, 18 April 2018 di Balai DSI Banda Aceh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar