Illiza Buka Rakor Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Banda Aceh


Banda Aceh – Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, secara resmi membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak, dalam rangka Kampanye Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (HAKTP). Acara tersebut berlangsung di Hotel Seventeen Banda Aceh, Senin (8/12/2025).

Hadir dalam kegiatan tersebut Kepala DP3AP2KB Kota Tiara Sutari, anggota Komisi IV DPRK, Ketua MPU Kota, serta perwakilan dinas dan gampong (desa). Dalam sambutannya, Illiza menegaskan bahwa pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah sebuah amanah besar yang harus dituntaskan.

“Penting untuk memberikan tausyiqh (nasihat keagamaan) kepada masyarakat agar lebih tenang. Ini bukan hanya sekadar kumpul dan selesai, tapi amanah besar agar setiap perempuan dan anak bebas dari segala bentuk kekerasan,” tegas Illiza.

Soroti Komitmen Kehadiran Pimpinan
Wali Kota Illiza sempat menyoroti kurangnya komitmen kehadiran dari beberapa instansi yang diundang. Ia menyayangkan banyak dinas hanya mengirimkan perwakilan yang dinilai kurang penting, terutama yang mengirimkan staf perempuan untuk isu yang sangat krusial ini. “Ini harus menjadi catatan penting. Semua diwakilkan. Ini menjadi persoalan, karena esensi kota ini salah satu indikatornya adalah tingkat kekerasannya harus diturunkan,” ujarnya.

Illiza secara khusus memberikan apresiasi kepada Ketua MPU Kota dan para Keuchik (Kepala Desa) yang hadir langsung.Illiza mengungkapkan bahwa kasus kekerasan yang masuk ke mejanya sangat banyak. Ia menekankan bahwa Rakor ini harus ditindaklanjuti dengan komunikasi intensif agar setiap kasus dapat ditangani. Ia juga mengingatkan bahwa momen HAKTP dilakukan setiap tahun untuk menegaskan bahwa kekerasan, yang sering dimulai dari pelecehan, tidak boleh ditoleransi.

Wali Kota menyebut bahwa kelemahan komitmen dari pimpinan dapat memicu terjadinya kekerasan, sementara adanya aturan hukum dapat meminimalkan kejadian tersebut.Selain kekerasan fisik, Illiza juga menyoroti fenomena baru, yakni kekerasan digital yang masif berkembang, termasuk ancaman melalui WhatsApp dan sarana lainnya.

“Peran ini juga harus dilakukan oleh dai-dai kita untuk digaungkan pada masyarakat,” pesannya.Sebagai penutup, Illiza menekankan pentingnya kolaborasi seluruh pihak. Meskipun gampong adalah ujung tombak, Negara harus hadir memberikan pelayanan kepada korban dengan maksimal. (JZ01CPR)

 

Tidak ada komentar: