3 Sep 2025

Prof Yunisrina Salah Satu Ilmuan Paling berpengaruh di USK dan Dunia


 Oleh Bung Syarif*

Lahir di Banda Aceh 17 Juni 1980 adalah sosok Ilmuan dunia dalam bidang Bahasa Inggris. Kepakarannya dalam bidang sastra inggris tidak diragukan, karna itu ia diundang seminar di berbagai belahan dunia. Mengenakan busana berwarna biru dongker, Yuyun- sapaan akrab Yunisrina Qismullah Yusuf, berjalan cepat menaiki anak tangga menuju kantornya di lantai 2 Biro Rektorat lama Universitas Syiah Kuala (USK).

Ditangannya terlihat berkas yang ia bawa dari ruang sidang. Meski wajahnya terlihat sedikit lelah, ia menyapa dengan senyum lebar. “Baru aja selesai ini,” ujarnya ramah dan mengajak media ini masuk.

Sebelum memasuki ruang, tepat  di samping kiri pintu kaca yang ditempeli sandblast, berdiri sebuah stand banner yang bertuliskan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Syiah Kuala. 

Kemudian saat melangkah ke dalam, pandangan mata disambut oleh ruangan sejuk bernuansa hijau. Di tengah ruangan ini terdapat sebuah meja besar memanjang yang dilingkari selusinan kursi serta sebuah wall projector screen. Sementara  tepat di sisi kiri ada beberapa ruang kecil yang sudah disekat; di ruang paling ujung inilah Yuyun sehari-hari menghabiskan waktu setelah mengajar.

Putri Dr. Qismullah Yusuf, MA ini dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Sidang Senat Terbuka yang dipimpin oleh Ketua Senat, Prof Dr. Ir. Abubakar MS di Gedung AAC Dayan Dawood, Universitas Syiah Kuala, Jumat, 12 November 2021. Ayahandanya salah seorang pengurus Yayasan Pembina Inshafuddin yang menjadi salah seorang Dewan Pakar Dayah Terpadu Inshafuddin, dimasa hidupnya. Kini Ayahandanya telah meninggal dunia dan tradisi keilmuan di warisi pada salah seorang anaknya Prof Yunisrina Qismullah Yusuf

Tak berselang lama, prestasi membanggakan kembali ia toreh tatkala namanya masuk sebagai satu dari sembilan peneliti dari Universitas Syiah Kuala yang masuk dalam darftar 100 ilmuwan paling berpengaruh menurut Alper Doger (AD) Scientific Index 2022.

Wajar. Lihat saja akun Google Scholar yang ia miliki, sitasi (kutipan) yang diperoleh hampir mencapai seribuan. Demikian pula artikelnya yang bejibun sudah dimuat dalam jurnal nasional dan internasional bergengsi. Belum lagi karya lainnya yang ia miliki, termasuk tulisan kategori fiksi. “Novel pertama saya, walaupun saya tulis fiction, tapi kisah saya dan adik saya waktu ke Amerika dulu. Jadi saya umur 5 tahun dibawa orang tua ke Amerika,” jelas Yuyun bersemangat. Baginya, menulis adalah sebuah hobi yang menyenangkan.

Hanya itu? Tunggu dulu. Profesor Yunisrina juga berhasil mengantarkan jurnal Studies in English Language and Education (SiELE) yang diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Syiah Kuala, terindeks Scopus. Maklum, Yuyun tercatat sebagai Editor-in-Chief di jurnal tersebut.

Ia menceritakan bahwa pencapaian yang ia raih saat ini bukan hanya karena produktitasnya menelurkan karya-karya yang bermanfaat bagi dunia akademik. Ia juga mengungkapkan hal ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak, terutama keluarga. Konon, perjalanannya menuju Guru Besar telah melalui rintangan yang terbilang tidak mudah.

“Mungkin terlihat mulus dari luar. Tapi semua orang ada perjuangan. Misalnya seperti kami waktu sekolah. Pertama kami sekolah kan karena anak sakit,” tuturnya mengenang.

Ia bersama suami, Dr. Ir. Iskandar yang saat ini didapuk sebagai Wakil Dekan I Fakultas Teknik Unsyiah, meraih gelar magister dan doktor di kampus yang sama: Universiti Malaya (UM), Malaysia. Saat itu anak keduanya lahir ketika ia baru merampungkan studi S2 dari UM. Pada titik inilah kehidupannya diuji.

“Itu saya perbaikan tesis di RS, waktu melahirkan dia. Cuma anak ke dua saya waktu itu ada masalah. Dia sakit jantung. Dia sakit ada masalah diafragma hernia. Jadi dia ada beberapa kali operasi dulu,” sesekali suaranya terdengar lirih ketika menceritakan kembali perjuangan yang ia lewati.

Dari Lektor Jadi Profesor

Yuyun seakan masih tidak percaya akan gelar Profesor yang kini ditabalkan didepan namanya: Profesor Yunisrina. Sebab, ia mengaku hanya mengajukan kenaikan jabatan fungsional dari Lektor menjadi Lektor Kepala. Bahkan jauh-jauh hari ia dan suaminya berencana ingin menjadi Profesor bareng. Hingga sebuah panggilan yang masuk di handphone genggam miliknya merubah rencana itu. “Buk Yun, ini banyak lebih kum nya. Nampaknya syaratnya pun cukup. Ini kita loncat aja ke Guru Besa.” Suara seorang tim penilai angka kredit (TPAK) diseberang membuyarkan konsentrasinya. Bagaimana tidak, ia merasa tidak siap diawal.

Memang, para anggota tim tersebut sangat mendukung langkah ini. Terlebih mereka sudah melihat dokumen yang diajukan Yuyun melebihi syarat dibutuhkan untuk Lektor Kepala. “Jadi dorongan juga dari TPAK USK. Ada Prof Mustanir ketua TPAK waktu ini kan. Prof Syaukani kan, yang ahli rayap di MIPA, beliau juga banyak telepon saya dan kasih dukungan lah”.

Kondisinya membuat ia ragu mampu meraih peluang yang ada didepan mata. Apa lagi saat itu ia sedang hamil anak ke enam. Namun suaminya sangat mendukung dan membantu Yuyun untuk memenuhi persyaratan yang dibutuhkan. Demikian pula sang ayah, Dr. Qismullah Yusuf, MA yang juga seorang akademisi. Akhirnya semua persyaratan terpenuhi. “SK saya 1 September di tanda tangan. Prosesnya cuma 3 bulan. Saya pun terkejut. Tidak ada minta perbaikan,” jelasnya.

Ia pun menceritakan bahwa ia belum 20 tahun mengabdi sehingga syaratnya belum mencukupi. Namun bisa tertutupi dengan kegiatan membimbing sebanyak 80 Angka Kredit. “Jadi Alhamdulillah di Bahasa Inggris mahasiswa banyak, jadi itu banyak membantu juga. Bimbingan saya banyak, malah lebih waktu itu.”  

Ia pun melanjutkan, "kemudian ada syarat lagi harus publish di jurnal yang SJR nya minimal 0,24 atau 0,25 kalau nggak salah, bukan kuartil diminta. Itu harus ada 4. Abis tu sebagai Corresponding Author dan sebagai penulis pertama. Juga menjadi reviewer di jurnal bereputasi yang Q1-Q2. Alhmdulillah saya cukup.”

Kenaikan jabatan akademik dengan loncat jabatan sangat mungkin ditempuh terlebih bagi dosen dengan prestasi luar biasa jika memenuhi syarat yang diminta. Yuyun membeberkan tipsnya agar dosen bisa mengikuti jejaknya. “Harus persistent!” ucapnya mantap. Ia menyarankan agar mengatur jadwal yang teratur agar semua aspek dalam Tri Darma Perguruan Tinggi dapat terpenuhi. Misalnya menjadwalkan bimbingan mahasiswa seminggu dua kali pada hari tertentu saja, sementara pada hari lainnya di gunakan untuk menulis.

Sebab menurutnya hampir semua kegiatan mempunyai output berupa artikel. “Suka tidak suka harus semangati diri sendiri. Meunyoe hana peugot jinoe, singoh hana watee (Kalau tidak kerjakan sekarang, besok tidak ada waktu-red).” Menurutnya, dosen pasti punya tugas tambahan lain dari kampus selain mengajar. Sehingga mengerjakan apa yang bisa dikerjakan disela waktu kosong adalah cara terbaik menjadi produktif. Dengan kepakarannya kini beliau diundang sebagai pembicara dan peneliti diberbagai belahan dunia, kampus USK pun terangkat namanya dengan hasil kajian dan publikasi ilmiahnya. 

*Goresan Pena Magister Hukum Tata Negara USK, Ketua Komite Dayah Terpadu Inshafuddin, Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Kota Banda Aceh

 

Tidak ada komentar: