Oleh Bung Syarif*
Gerakan konsolidasi Ulama Dayah atawa kedayahan secara kelembagaan dimulai sejak Tahun 1967. Gerakan ini saya sebut sebagai gerakan pemurnian ajaran Islam. Gerakan yang digagas oleh Abu Muhammad Daud Zamzami dan Abu Nasruddin Daud mengilhami lahirnya Ormas Dayah yang dikenal dengan Pengurus Besar Persatuan Dayah (PB Dayah Inshafuddin) yang selanjutnya saya sebut PB Inshafuddin.
Untuk mematangkan konsepnya Abu Muhammad Daud Zamzami yang juga Alumni Dayah Darussalam Al Waliyah, Labuhan Haji-Aceh Selatan, melakukan silaturrahmi dengan para pimpinan Dayah se-Aceh, atau ulama kharismatik Aceh sebut saja; Abu Krueng Kale (Tgk. H. M.Hasan), Abu Muhammad Amin Ribe, Abon Azis Samalanga, Abu Tumin, Abu Tano Merah, Abu Ali Jadon (Aceh Tengah), Abu Ule Madon, Tgk Ahmad Qari, Abu Sulaiman Lhoksukon, Tgk. Muhammad Amin Rawa Itek, Panton Labu, Abu Krueng Lintang, Idi Aceh Timur, Abu Usman Basyah, Abu Zamzami Syam, Tgk. Badaruddin (Sigkil), Abu Ulee Titi, Abu Seulimum (Abu Wahab) serta beberapa ulama kharismatik lainnya.
Gerakan konsolidasi peran ulama Dayah dalam Pembangunan Aceh tersebut melahirkan organisasi pemersatu dayah yang benama PB Dayah Inshafuddin, tepatnya 4 Februari 1968. Organisasi ini bertujuan mengembalikan kejayaan dan kemurnian Islam sekaligus mendorong Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh agar memberikan perhatian khusus bagi kemajuan dayah di Aceh.
Keberadaan PB Dayah Inshafuddin yang selanjutnya disebut PB Inshafuddin adalah sebagai wadah konsolidasi ulama dayah sekaligus wadah curah pendapat ulama-ulama dayah Bansigoem Aceh kala itu cukup menonjol, bahkan beberapa kebijakan strategis Pemerintah Aceh kala itu mengambil rujukan pandangan dari organisasi ini. Lahirnya Badan Pembinaan Dayah yang kini menjadi Dinas Pendidikan Dayah (Disdik Dayah), Standarisasi Kurikulum Dayah sesungguhnya bagian dari ikhtiar dari gagasan PB Inshafuddin dalam rapat kerjanya.
Tentu di erah milenial ini kiprah Ulama Dayah yang terhimpun dalam “PB Inshafuddin” hampir tidak kedengaran lagi, bahkan cendrung tenggelam. Pandangan ini muncul dari peserta saat bedah buku karya Prof. Dr.M.Hasbi Amiruddin, MA yang berjudul “Persatuan Dayah Inshafuddin Organisasi Ulama Penjaga Akidah Umat, di Milad ke-53 Tahun, 4 Februari 2021 di Hotel Daka, Lampriet, Banda Aceh.
Dan kini PB Inshafuddin telah berumur 57 Tahun lebih (4 Februari 1968-4 Februari 2025). Beberapa isu keagamaan dibahas di Rapat Kerja dan Kajian Ilmiah pasca lahirnya PB Inshafuddin sebut saja persoalan zakat profesi bagi ASN, Bayi Tabung serta berbagai persoalan sosial keagamaan, Kemandirian Ekonomi Dayah, serta Peran Ulama dalam perpolitikan, ungkap Prof. Hasbi Amiruddin, MA. Pembahasan tema-tema aktual terkini juga melibatkan Aktivis Ormas Islam Aceh, bahkan penulis pernah ikut dalam pembahasan isu strategis saat masih aktif dalam Ormas Islam “Ikatan Siswa Kader Dakwah” yang bermarkaz bersar di Komplek Menara Selatan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Dalam bidang pendidikan PB Inshafuddin melahirkan Dayah Terpadu Inshafuddin, tentu kita berharap eksistensi PB Inshafuddin benar-benar sebagai pemersatu ulama sekaligus ikut ambil bagian dalam merumuskan berbagai kebijakan strategis Pemerinta Aceh dalam berbagai bidang demi kemajuan pendidikan Agama Islam, khususnya kemajuan Dayah di Aceh.
PB Inshafuddin Kembali bersinar
Terpilihnya Muallem-Dekfadh sebagai Gubernur Aceh dan Wakil Gubernur Aceh periode 2025-2030 membawa angin segar bagi PB Inshafuddin yang kini dipimpin oleh Drs. Tgk. H. M.Daud Hasbi, M.Ag (Abi Daud), yang juga kini menjabat Pimpinan Dayah Terpadu Inshafuddin. Dimana Abi Daud kala memimpin Dayah Jeumala Amal memiliki kedekatan emosional dengan Dekfadh yang juga Alumni Jeumala Amal (1999). PB Inshafuddin yang dulunya mati suri, kini kembali bangkit saat dipimpin oleh Abid Daud. Rapat Kerja (Raker) PB Inshafuddin di Hotel Parkside Meuligo Hotel Meulaboh (Jumat, 22 Agustus 2025) dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Aceh, Fadhullah, SE serta dihadiri unsur Ulama Dayah se-Aceh, Pimpinan Dayah, Forkopimda Aceh Barat, Ketua Umum PB Inshafuddin serta pengurus Cabang Inshafuddin se-Aceh. Tema yang diusung Sinergisitas Ulama dan Umara dalam memajukan Aceh Bersyariat, Maju, Mulia dan Bermartabat. Dan ini sesuai dengan Visi dan Misi Muallem-Dekfadh. Kegiatan Raker yang berlangsung selama dua hari ini (23-24 Agustus 2025) difasilitasi oleh Disdik Dayah Aceh dan diikuti 50 peserta. Kegiatan ini sebagai ajang silaturrahmi serta membahas program kerja dan mencari Solusi peran ulama dalam Pembangunan Aceh.
Tentu kita berharap momentum raker nantinya melahirkan program kerja strategis, aplikatif serta memperkuat peran dayah sebagai pusat Pendidikan Agama Islam serta benteng Aqidah umat. Krue semangat kita menanti gebrakan PB Inshafuddin sebagai katalisator dan pemikir dalam memberikan menu-menu Istimewa dalam memastikan dokumen perencanaan Pembangunan Aceh selama 5 tahun kedepan mendapat sentuhan pemikiran PB Inshafuddin.
Krue semangat selamat Milad ke-57 PB Inshafuddin, teruslah berkiprah demi kemajuan pendidikan dayah di Aceh. Memastikan Pergub Aceh Nomor 15 Tahun 2025 tentang Kurikulum Dayah berjalan efektif. Semoga eksistensi PB Inshafuddin terus bersinar. Takbir.
*Penulis adalah Magister Hukum Tata Negara USK, Ketua Komite Dayah Terpadu Inshafuddin, Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Kota Banda Aceh, Dosen Legal Drafting FSH UIN Ar-Raniry, Pengurus ICMI Kota Banda Aceh, KAHMI Aceh, Aktivis`98


Tidak ada komentar:
Posting Komentar