Oleh Bung Syarif**
Musabaqa
Qiraatil Kutub (MQK) merupakan ajang bergengsi bagi santri dayah khususnya
Santri Salafiyah (tradisional). MQK Tingkat
Provinsi Aceh secara meriah dilaksanakan
sejak 2019. Kegiatan 2 tahunan ini diikuti oleh seluruh santri dayah dalam berbagai
cabang dengan menyesuaikan dengan Event MQK Tingkat Nasional.
Alhamdulillah walau dayah di Banda Aceh berkembang pesat pasca tsunami, namun kemampuan santrinya tidak diragukan. Setidaknya dapat dinukilkan prestasi Juara MQK Tingkat Provinsi sejak Tahun 2019 berhasil meraih juara 5 dibawah kepemimpinan Tgk Tarmizi Daud, S.Ag, M.Ag, Tahun 2021 Juara 2 dibawah kepemimpinan Tgk Alizar Usman, S.Ag, M.Hum dan Tahun 2023 Juara 9 dibawah kepemimpinan Muhammad, S.Sos, MM.
Tentunya
di Tahun 2025 Kafilah Santri Dayah Kota Banda Aceh apakah mampu mengembalikan
kejayaan dimasa Dinas Pendidika Dayah dijabat oleh Tgk. Alizar Usman (Alumi Dayah Lam Ateuk), tentu
rasa-rasanya agak sulit, apalagi kalau dilihat dari sisi pembinaan MQK Tingkat
Kota, tidak pernah dilaksanakan lagi sejak Dinas Pendidikan Dayah dipimpin oleh
Bapak Muhammad, S.Sos, MM padahal Lomba MQK Tingkat Kota menjadi modal besar
dalam pembinaan MQK secara berjenjang. Sementara di seluruh Kabupaten/Kota,
Lomba MQK Tingkat Kab/Kota menjadi ajang Tahunan dan permanen dilakukan oleh
Dinas Pendidikan Dayah.
Di
tengah dunia yang bergerak serba cepat dan digital, Kementerian Agama Republik
Indonesia dibawah Direktur Jendral Pendidikan Islam terus melakukan gebrakan
dalam seleksi MQK Tingkat Nasional Tahun 2025 berbasis Computer Based Test
(CBT). Disamping itu pula Kementerian
Agama RI melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam meluncurkan Musabaqah
Qira’atul Kutub (MQK) Internasional yang pertama, gaungnya terdengar sebagai
langkah monumental.
Lomba
ini akan diselenggarakan pada 1–7 Oktober 2025 di Pesantren As’adiyah Sengkang,
Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Dirjen Pendis Kemenag, Prof. Amin Suyitno,
dalam sambutannya menyampaikan bahwa kompetisi ini akan diikuti oleh 8.773
santri dari 1.218 lembaga, terdiri atas 1.161 pesantren dan 57 Ma’had Aly.
Artinya, MQK Internasional bukan hanya perayaan semata, tetapi bukti bahwa
kitab kuning masih hidup dan relevan dalam dunia keilmuan Islam hari ini.
Selama
ini, kegiatan internasional keislaman di Indonesia seringkali identik dengan
Musabaqah Tilawatil Qur’an, Tahfidz Al-Qur’an, atau Kompetisi Da’i. Semua itu
penting. Tapi satu elemen besar seolah tertinggal: kitab turats, literatur
keilmuan klasik Islam yang telah membentuk nalar umat Islam selama lebih dari
seribu tahun.
MQK
Internasional hadir mengisi celah itu, sebagai bentuk diplomasi budaya
sekaligus pengakuan bahwa Indonesia adalah pusat peradaban Islam klasik yang
moderat dan berwawasan luas.
Kehadiran
MQK Internasional ini juga harus dibaca sebagai pesan kepada dunia bahwa
tradisi klasik Islam tidak mati. Ia hidup dalam pesantren. Ia diajarkan dengan
sabar oleh para kiai. Ia dipelajari dengan ta’dzim oleh para santri. Dan kini,
lewat MQK, tradisi itu hendak dibawa ke pentas dunia.
Lalu
bagaimana dengan konteks Aceh?. MQK Tingkat Provinsi ke-4 kali ini, yang akan berlangsung
pada tanggal 19-22 Agustus 2025 di Hotel Grand Aceh Syariah dibawah
bayang-bayang defisit anggaran diseluruh Kabupaten/Kota, bahkan Pemerintah Aceh
juga mengalami nasib yang sama. Dimana ajang MQK ke-4 hanya memperlombakan 5
Cabang Ilmu dan Kitab yaitu; Nahwu, Akhlaq, Tafsir, Ushul Fiqh dan Tauhid.
Di
event MQK ke-4 seluruh Kafilah Kabupaten/Kota hanya mengutuskan 10 orang
peserta yang terdiri dari 5 orang putra dan 5 putri guna memastikan kemampuan
kitab turats yang selama ini dipelajari di dayah masing-masing. Dan ini menjadi
ajang bergengsi bagi Santri Dayah Bansigoem Aceh.
Disinilah
hasil evaluasi para santri dalam mengikuti pembelajaran kitab turats baik di
Dayah/Pesentren Terpadu, maupu Dayah Tradisional. Santri yang juara pertama di
ajang MQK Tingkat Provinsi Aceh ke-4 dan masuk 3 besar CBT MQK Nasional yang
telah dirilis oleh Kementrian Agama di bulan Juli 2025 yang berhak mengikuti
MQK Nasional ke-4 nantinya.
Kalau
di Tahun 2023 salah satu santri Dayah Madinatul Fata, Gampong Lampeot, Banda
Aceh berhasil meraih Juara 2 MQK Nasional ke-3, maka Tahun ini dipastikan tidak
bisa lolos di MQK Nasional ke-4 karna nilai CBT Santri Madinatul Fata tidak
lolos tiga besar. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi dayah salafiyah
(tradisional) di seluruh Kab/Kota. Sebagai informasi Dayah Madinatul Fata salah
satu dayah tradisional terbaik di Banda Aceh yang terakreditasi A serta setiap
lomba MQK Tingkat Provinsi Aceh selalu meraih prestasi gemilang dan
mengharumkan nama Kota Banda Aceh.
**Penulis
adalah Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Kota Banda Aceh, Wakil Ketua DPD
BKPRMI Kota Banda Aceh, ICMI Kota Banda Aceh, Ketua Komite Dayah Terpadu
Inshafuddin

Tidak ada komentar:
Posting Komentar