Oleh Bung Syarif*
Seperti biasanya CPR punya tradisi menyapa kolega RAPI, para pimpinan dayah, serta menerima ajakan diskusis para mantan Aktivis`98 di Pusat Ibu Kota. Sabtu, 1 Februari 2025, Koni Kupi Arabica, tempat mangkalnya CPR dan ditemani Sang Lengendaris Saiful Bahri.
Pagi ini CPR menyapa Waled Rusli Daud, Pimpinan Dayah Mishrul Huda Malikussaleh. Sosok yang bersahaja, ramah dan penuh humoris. Bagi CPR sosok waled tidak asing lagi. Kami sudah lama saling kenal sejak masih menimba ilmu di Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry kini nomenklaturnya Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Ar-Raniry.
Sosok Waled Rusli (dulu saya pangil) teugku Rusli Daud. Punya ciri khas merebut mikropon saat muda di forum seminar, Workshop dan diskusi Ormas Islam. Pokoknya CPR sering satu forum dengan beliau dan Waled Rusli Daud kala itu masih aktif pada Gerakan Pemuda Anshor, Ormas sayap kanan Nahdliyin.
Waktu berlalu, hingga umur kami tidak muda lagi. Kini kami dipertemukan dalam wadah pentadbiran Dayah. Beliau Pimpinan Dayah, Angota MPU Kota Banda Aceh, Tim Pansel Majelis Akreditasi Dayah, Penasehat Wali Nanggroe Da`i dan Tokoh Agama dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) Kanmeneg Kota Banda Aceh. Pokoknya Waled banyak jabatan dech..
Waled yang dulu, sudah berbeda. Kini beliau sosok yang humoris, tawadhuk, ramah dan salah satu Ulama Dayah di Kota Banda Aceh. Jam terbangnya semakin tinggi. Sementara CPR hanyala Aparatur Sipil Negara biasa, tapi nostalgia kami masa muda masih ingat dalam memorinya Waled Rusli Daud.
Di Koni Kupi Arabica, kami bicara soal pentadbiran dayah. Kami simak curahan isi hatinya, satu persatu diksi yang keluar kami dengar dengan seksama. Beliau banyak menaruh harapan terhadap program pembinan dayah. Program Santri Tahfidz salah satu yang menjadi konsern beliau. Ada banyak petuah berharga dari Waled Rusli. Saat ia menyampaikan satu kondisi yang saya anggap penting, langsung saya konfirmasi pada pejabat teknis yang membidangi. Hasilnya pun terjawab, walau hanya sebatas pemantik ceria. Bagi kami dalam melakukan pentadbiran dayah, tidak boleh ada gesekan dan hati yang terluka.
Disinilah butuh seni dalam memainkan leksikon yang aduhai. Mudah-mudahan asanya terpenuhi. Kami terus berikhtiar berjuang bersama-sama. Karna kami sadar betul jika ada hati yang terluka, maka akan ada gelombang badai. Hehe. Intinya kami dengar dan kami sampaikan dengan komunikasi aduhai. Sesekali saya setir konsep beliau yang pernah diajarkan pada CPR; “syaiun wa syaiun”. Kata beliau kita tidak boleh menolak semua apa yang ada, lebih baik kita ambil saja, kami lega dan bahagia saat philosofi syaiun wa syaiun ala Waled Rusli Daud. Sukses terus gure…semoga kita selalu dalam lindungan Allah, SWT, Amin. So jangan lupa membimbing kami kejalan yang benar, jika dalam menjalankan tugas kenegaraan keliru mohon diluruskan. Kami doakan Waled Rusli Daud senantiasa dalam lindungan Allah, Terimakasih atas wejangan yang luar Koni Kupi Arabica, tempat mangkalnya sang juara. Ada harapan besar dibawah kepemimpian Bunda Illiza-Afdhal Banda Aceh semakin maju, dayah berkembang dan santri dayah ceria. Takbir
**Penulis adalah JZ01CPR, Magister Hukum Tata Negara USK, Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Banda Aceh, Direktur Aceh Research Institute (ARI), Alumni Lemhannas Pemuda Angkatan I, Dosen Legal Drafting FSH UIN Ar-Raniry, Pengurus ICMI Kota Banda Aceh Periode 2024-2029, Wali Santri Ruhul Islam Anak Bangsa (RIAB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar