17 Feb 2022

Pagi Ceria, Seteguk Kopi Sejuta Pesona

 Oleh Bung Syarif


Pagi itu secangkir kopi hadir
Bersama Sang Komandan, Bang Perdi Namanya
Walau pilihan ku bukan kopi

Teh manis rindu mengetuk pelataran senja

Rintik air mataku menyanyikan lirih simponi
Musim memang telah berganti
Tapi detingan musik masih saja setia
Mengalun mengaliri waktu

Tak ada yang salah dengan rasa pahit itu
Dan kenangan bercumbu di tepi cangkir kopi
Nikmati saja hingga beranda takdir
Sambil menatap kue silai samahani

Semua bisa menjelma bayang
Koyak bagai mimpi menerpa lentik angin
Namum percayalah tak ada yang sia-sia
Jejak kita akan tumbuh menjadi dewasa

Kopi kenangan bersama kolega

Dipersimpangan kutaraja nan bersahaja

Tumpukan roti silai dihambat sang punggawa

Bersama tuan dan puan pecinta ulama

 

Wahai tuan penikmat Kopi Kutaraja

Jangan mengisap cerutu sambil bercengkrama

Andai tuan tahu kami menderita

Saat asap cerutu membabi buta

 

Wahai tuan penikmat kopi Kutaraja

Jangan mengoplas bebas cerutu di bilik-bilik lorong publik

Cerutu itu membawa sumpek dan bau taksedap

Bagi kami yang polos tak tersentuh asap kepungan

 

Kumintakan prajurit untuk menangkap para pengumpul asap cerutu

Tegakkan Qanun dan berikan hukuman bagi penghisap cerutu di lorong publik

Jangan hanya bagus ayat-ayat hukum di pusaran kota

Sikat dengan tegas pembawa asap cerutu wahai Praja Wibawa

Itu saja pesan paduka buat prajurit. Ruang Publik harus bebas asap cerutu

 

Tidak ada komentar: