Kegiatan Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Tingkat Provinsi Aceh dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan Dayah Aceh pertama sekali pada tanggal 29 November tahun 2019. Kegiatan ini diselenggarakan untuk menjaga tradisi membaca kitab kuning di kalangan santri dayah yang juga merupakan upaya melestarikan Khazanah keilmuan di Dayah terutama khazanah membaca kutub at-turats atau kitab gundul yang juga sering disebut dengan kitab kuning sebagai tradisi pendidikan di dayah.
Kegiatan pertama MQK-1 Tahun 2019 tersebut di buka oleh Gubernur Aceh yang di wakili Sekretaris Daerah Aceh, dr. Taqwallah, M.Kes. di halaman Mesjid Raya Baiturahman Banda Aceh. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas pendidikan Dayah Aceh saat itu, sebagai upaya meningkatkan kembali perhatian dan kecintaan para santri terhadap kitab kuning.
Ajang tersebut juga sebagai memotivasi santri untuk mempelajari, mendalami, dan memahami kitab kuning dengan baik. Selain itu, Musabaqah Qiraatil Kutub dapat mendorong santri untuk memiliki kemauan kuat dalam meningkatkan semangat penguasaan kandungan isi kitab kuning.
MQK juga bertujuan meningkatkan peran dayah sebagai lembaga pendidikan Islam yang mencetak kader ulama guna menjawab berbagai persoalan ummat dalam bidang agama.
Hakikatnya MQK harus dapat memotivasi para santri untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, sehingga nanti akan muncul prestasi para santri Aceh yang mungkin selama ini tidak pernah tereksporasi.
Potensi santri tersebut harus benar-benar tergali dengan baik, karena di saat dunia yang carut marut seperti saat ini, harapan terbesar kedepannya adalah santri yang saat ini berada di dayah-dayah diseluruh Aceh.
Saat itu MQK Aceh diikuti oleh santri dari seluruh kabupaten dan kota se Aceh. Selain ajang kompetisi kegiatan tersebut dapat menjalin semangat persatuan dan kesatuan yang kuat di antara para santri di Aceh.
Agenda dua tahun sekali ini, dimasa pandemi covid-19 sedang berlangsung MQK-II Tingkat Provinsi Aceh yang berlangsung sejak tanggal 12-17 September 2021 di Komplek Asrama Haji, yang sejatinya dilaksanakan di Kota Lhokseumawe selaku tuan rumah. Akan tetapi Lhokseumawe undur diri dari tuan rumah, sehingga pelaksanaan MQK-II berlangsung di lokasi yang sama dengan warna yang berbeza. Berlangsung sederhana dengan prokes yang ketat dan hanya diikuti oleh 20 Kab/Kota.
Kali ini Kafilah MQK-II, Kota Banda Aceh telah melakukan berbagai strategi dalam rangka persiapan Event bergengsi ini. Mental juara dengan jargon sapodang menjadi pemantik kafilah Banda Aceh, ungkap Muhammad Syarif, SHI, M.H Kabid SDM dan Manajemen yang diamini sang legendaris Saiful Bahri, S.Ag dibimbimbing oleh tenaga profesional sebut saja Tgk. Erwin, Abu Muda Ule Titie, Kiyai Muda Inshafuddin (Tgk. Nasrul Zahidy), Tu Sudan dan Ustazah Nurul Hikmah menambah bobot dan memperkaya khazanah intelektual santri. Pemenuhan gizi dan vitamin sapodang di berikan dan bonus pemantik bagi sang juara disediakan oleh Bang Carlos, sapaan akrab Walikota Banda Aceh. Kafilah MQK-II Banda Aceh sudah maksimal dalam menyongsong event MQK-II. Soal hasil akhir serahkan pada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar