Oleh Muhammad Syarif*
Ramadhan bulan berkah, tak salah lagi. Pagi ini saya bersama pungawa menyapa Waled Rusli Daud, Pimpinan Dayah Mishrul Huda Malikussaleh. Sosok yang bersahaja, ramah dan penuh humoris. Bagi saya sosok waled tidak asing lagi. Kami sudah lama saling kenal sejak saya masih menimba ilmu di Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry. Saat Aktif di Bemaf Syariah, HMI Banda Aceh dan DPW ISKADA Banda Aceh, BKPRMI NAD. Sosok Waled Rusli (dulu saya pangil) teugku Rusli Daud. Cirikhas rebut mikropon saat muda di forum seminar, Workshop dan diskusi Ormas Islam. Pokoknya saya sering satu forum dengan beliau dan Waled Rusli kala itu masih aktif pada GP Anshor, ormas sayap kanan Nahdiyin.
Waktu berlalu, hingga umur kami tidak muda lagi. Kini kami dipertemukan dalam wadah pentadbiran Dayah. Beliau Pimpinan Dayah, Angota MPU Kota Banda Aceh, Ketua NU Kota Banda Aceh dan seabrek jabatan lainnya. Lebih mudahnya Waled yang dulu, sudah berbeza. Kini beliau sosok yang humoris, tawadhuk, ramah dan salah satu tokoh agama penting di Banda Aceh. Jam terbangnya semakin dahsyat. Sementara saya hanyala Aparatur Sipil Negara biasa, tapi nostalgia kami masa muda masih ingat dalam memorinya Waled Rusli Daud.
Rabu, 14 April 2021 bertepatan dengan 2 Ramadhan 1442 H. Saya dan Sang Legendaris (Saiful Bahri) menyampaikan pesan Abah Lam Ateuk terkait rencana pengembangan program santri tahfidz pada Dayah Mishrul Huda Malikussaleh, kami pun bicara dengan terang benderang konsep dan mekanismenya di padepokan Waled Rusli Daud. Dengan lapang dada beliau mengutarakan konsep “syaiun-syaiun”. Kata beliau kita tidak boleh menolak semua apa yang ada, lebih baik kita ambil saja, hati kami lega dan bahagia saat philosofi syaiun wa syaiun ala Waled Rusli Daud. Sukses terus gure...semoga kita selalu dalam lindungan Allah, SWT, Amin
*Penulis adalah Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Banda Aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar