Oleh: Muhammad Syarif,SHI.M.H*
Adalah menjadi uruf kenegaraan Pemerintah Kota Banda Aceh merayakan hari kelahirannya di setiap tanggal 22 April. Tradisi ini awalnya dipopolerkan oleh Almarhum Mawardi Nurdin, Walikota Banda Aceh dua periode yang pada akhirnya beliau digantikan oleh Bunda Illiza Sa`aduddin Djamal, pasca Mawardi Nurdin meninggal dunia.
Perayaan HUT Kota Banda Aceh selalu meriah dengan berbagai event yang “aduhai”. Tradisi Milad ini tentunya berbeda nuansa kebatinannya. Pandemi covid-19 yang sudah memasuki tahun ke-2, merubah formulasi kabilah Pemerintahan Kota Banda Aceh dalam melaksanakan tradisi yang telah menjadi agenda kenegaraan ini. Pandemi corona bukan hanya membuat detak jantung kita was-was, akan tetapi urat nadi perekonomian nasionalpun runtuh. Target pendapatan negara merosot, ini juga berimbas pada pembagian kue pembangunan. Pemerintah Kota Banda Aceh ikut merasakan dampak pandemi covid-19.
Pandemi covid-19, tamu yang tak diundang membuat alam jagat raya bergemuruh dan kelabu. Puluhan Juta nyawa manusia di dunia melayang seketika. Imbasnya Nusantara dan Kutaraja membatasi berbagai aktifitas yang bernuasa keremunan massal. Tapi kita masih bersyukur semua Masjid di Kota Banda Aceh masih meriah, tadarus, shalat taraweh dan aktivitas pendidikan berjalan, walaupun tidak seindah dulu. Tapi kita mesti bersyukur.
Milad ke-816 Tahun Kota Banda Aceh adalah memasuki episode ke empat tahun Bapak Aminullah Usman dan Zainal Arifin dalam memimpi Kota Banda Aceh. Itu artinya masih ada sisa kepemimpinan satu tahun lagi mengejar target RPJMD sebagai arah dan tujuan pembangunan 5 tahun kepemimpinannya.
Banda Aceh yang lahir sejak 22 April 1205 M, telah dikenal sebagai Pusat Pemerintahan Aceh yang mashur kala itu. Merujuk pada tulisan Rusdi Sufi dan Agus Budi Wibowo tahun 2006 tentang Kerajaan Aceh Darussalam mengatakan, kemunculan Kesultanan Aceh Darussalam yang beribukota di Banda Aceh ini tidak lepas dari eksistensi Kerajaan Islam Lamuri. Salah seorang sultan yang terkenal dari Kerajaan Islam Lamuri adalah Sultan Munawwar Syah. Sultan inilah yang kemudian dianggap sebagai moyangnya Sultan Aceh Darussalam yang terhebat, yakni Sultan Iskandar Muda.
Akhir abad ke-15 pusat singgasana Kerajaan Lamuri dipindahkan ke Meukuta Alam, Banda Aceh sekarang. Sementara mengenai Lamuri atau sebagian ada yang mengatakan Lam Urik, saat ini terletak di kawasan Aceh Besar. Merujuk pada catatan Dr. N. A. Baloch dan Dr. Lance Castle, yang dimaksud dengan Lamuri yaitu Lamreh di Pelabuhan Malahayati (Krueng Raya sekarang). Jejak kerajaan ini kembali ditemukan saat ini di perbukitan Lamreh.
Dari catatan tersebut, diketahui istananya dibangun di tepi Kuala Naga (kemudian menjadi Krueng Aceh) di Kampung Pande atau sering disebut dengan "Kandang Aceh". Masa pemerintahan Sultan Alaidin Mahmud Syah, istana Kerajaan Aceh dibangun ulang di seberang Kuala Naga (Krueng Aceh) dengan nama Kuta Dalam Darud Dunia (dalam kawasan Meuligoe Aceh atau Pendopo Gubernur sekarang). Selain itu, beliau juga mendirikan Masjid Raya Baiturrahman pada tahun 691 H. Banda Aceh Darussalam dijadikan sebagai ibukota Kerajaan Aceh Darussalam dan sekarang ini merupakan ibukota Aceh.
Banda Aceh yang merupakan ibu kota Provinsi Aceh yang tidak jarang dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Saat ini Banda Aceh dikenal kota “Zikir”. Tradisi Zikir yang digagas oleh Bapak Walikota Banda Aceh, H. Aminullah Usman dan Wakil Walikota Banda Aceh, Zainal Arifin, semakin menggema “bansigoem donya”. Berbagai terobosan terus dilakukan terutama aspek pelayanan publik, pendidikan, keagamaan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi.
Langkah-langkah strategis dan taktis terus dilakukan, guna mewujudkan mimpinya. Banda Aceh Gemilang dalam bingkai syari`ah adalah “Ijtihad birokrasinya”. Tentu membangun negeri tidak semudah menyulap, “sim salaben abra kadabra”. Butuh proses dan komitmen bersama. Selaku ASN yang terus mempelajari gestur dan ijtihad birokrasi “Amin-Zainal” sepertinya dua tokoh ini, telah menemukan panggung utamanya. Diantara komitmen politik yang telah ditunaikannya antara lain; kehadiran Mal Pelayanan Publik, Santunan Kematian, pengurangan angka kemiskinan, Tata Kelola Pemerintahan yang Akuntabel, Pembentukan Lembaga Keungan Mikro Syariah, Optimalisasi peran dan fungsi Baitul Mal Kota, serta Keberpihakannya pada pemberdayaan Ekonomi Pemuda.
Dalam keadaan berkabung nasional, akibat dampak pandemi covid-19, kiranya inisiatif great sale 2021 yang merupakan ikhtiar kolaborasi antara pelaku usaha perhotelan, retail, badan usaha, UMKM dan Pemerintah menjadi langkah yang tepat dalam merayakan Milad ke-816 Tahun Kota Banda Aceh, setidaknya inilah salah satu resolusi pemulihan ekonomi dimasa pandemi covid-19. Masyarakat Kota Banda Aceh akan diberikan akses kemudahan dan potongan harga. Dan ini menurut saya salah satu kerja dakwah kolektif berwawasan ekonomi syariah yang bijak. Ekonomi jalan, warga ceria adalah modal utama bagi pemimpin. Krue semangat. Selamat Milad Kota Banda Aceh ke-816 Tahun. Warga Kota Banda Aceh khususnya dan Aceh umumnya terus berdoa agar pandemi covid-19 hilang di bumi persada. Rakyat ceria, ekonomi bangkit, kehidupan beragama menjadi pondasi utama dalam segenap menjalankan aktivitas kenegaraan.
*Penulis adalah Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Kota Banda Aceh dan Sekjend DPP ISKADA Aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar