Tiba-tiba masuk pesan di group WhatsApp mantan kabilah UPTB e-Kinerja PNS, ba`da magrib. Postingan tersebut di lempar oleh M.Taslim, ST, . Seorang pemuda paruh baya yang sedang berjualan martabak dan canai di daerah Peukan Bada-Aceh Besar, Banda Aceh. Dagangannya kurang laku, ia anak yatim asal Aceh Utara, putus sekolah, yuk mampir di coba dagangannya, enak makyus cuma Rp.5000,- perbungkus.
Tanpa berpikir panjang saya balas mohon di lacak lokasi pastinya. Karna wilayah Peukan Bada -Aceh Besar dan Banda Aceh sulit dilacak. Taslim kembali “menscreenshot capture” komunikasi seputar perbincangan disosmed sosok insan paruh baya. Dengan semangat membara saya penasaran dan melacak lokasi penjualnya. Simerah berlari perlahan dengan tatapan mata melirik kiri dan kanan.
Akhirnya lokasi kurang dari 15 menit saya menemukan titik lokusnya. Lewat Masjid Peukan Bada, lurus di depan Mr. Pangkas. Tidak banyak mukaddimah saya meminta dibungkus 4 canai dan 4 martabak serta 2 juz naga. Saya mencoba memberanikan diri untuk bertanya, serta berdiskusi ringan dengan sosok yang belakangan bernama ulil azmi, warga Aceh Utara yang berikhtiar mengadu nasib di Aceh Besar dan Banda Aceh. Saat saya telisik, ulil azmi telah melakoni jualan selama 3 bulan. Jualannya terkadang kurang laku bang, sahutnya.
Padahal setelah saya coba cicipi martabak dan canai racikan ulil, rasanya makyus dan enak sekali. Mungkin tempatnya kurang strategis, sehingga kurang pengunjung. Jika dibandingkan dengan citarasa menu di warkop favorit tempat mangkal anak muda, citarasanya masih makyus menu racikan ulil azmi. Harga damai cuma Rp.5000, (lima ribu rupiah) satu porsi. Saya doakan sukses selalu adinda ulil azmi. Semangatnya luar biasa dan saya mengabadikan momentum ini. Pesan terakhirku jangan patah semangat, saya akan menjadi pelanggan setiamu. Ikuti terus kisah ulil di episode berikutnya.
*Penikmat Kuliner, suka memburu menu klasik dimasa pandemi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar