Oleh Muhammad Syarif, SHI,M.H*
Mengutip pesan Abah Lam Lagang (Zumitra Fastawa), Pimpinan Dayah Nidhamul Fata, melakukan pentadbiran dayah bernilai ibadah jika diniatkan dengan ikhlas dan tulus. Amal jariyah terus mengalir saat kebaikan ditularkan pada lembaga pendidikan keagamaan Islam. Karnanya mohon dijalankan amanah ini dengan baik, pinta Abah Lam Lagang saat kami menyapanya.
Dasar ini pula para punggawa menerjemahkan dengan lakon birokrasi dalam menjalankan tugas pentadbiran dayah di Kota Banda Aceh. Kala itu kami bersama Abah Lam Ateuk, Kadisdik Dayah Banda Aceh di bulan Februari 2021 menghadap Walikota Banda Aceh melaporkan beberapa hal terkait pembinaan dayah. Dengan percaya diri Alizar Usman bercerita tentang perkembangan terkini dan langkah-langkah strategis kedepan dalam menjalankan tupoksi pentadbiran dayah di Banda Aceh. Ruang kerja Walikota, pojok yang apik dan penuh berjejeran buku dan pernak-pernik lainnya, Pendopo Walikota menjadi saksi bersejarah. Dimana beberapa buah pikiran abah Lam Ateuk mendapat respon positif Walikota Banda Aceh diantaranya terkait usaha kesehatan dayah, insentif bagi guru dayah, TPA dan Balai Pengajian.
Saya menyimak dengan seksama dan mencatat setiap intruksi yang disampaikan Walikota Banda Aceh. Bahasa sederhananya hasil diskusi itu harus diterjemahkan secara administratif kenegaraan. Terkait usaha kesehatan dayah, buat surat dan saya teken untuk dinkes, ungkap Bag Carlos, sapaan familiar Walikota Banda Aceh. Siap, pak dalam hati saya.
Singk
at cerita kami pulang
ke Markaz besar Disdik Dayah Banda Aceh. Sehari pasca itu saya menjumpai Kabid
Kesmas Dinkes Banda Aceh guna melakukan diskusi bahasa apa yang tepat agar
surat yang diteken Walikota Banda Aceh nantinya tidak hambar dan langsung bisa
dieksekusi oleh Dinkes melalui UPTD Puskesmas. Hasil diskusi itu saya laporkan
kepada Alizar Usman, Kadisdik Dayah Banda Aceh dan pada akhirnya dituangkan
dalam surat Walikota Banda Aceh Nomor 440/0294, tanggal 8 Februari 2021. Surat
inilah yang menjadi pemantik Dinkes Kota Banda Aceh guna memerintahkan Kepala
UPTD Puskesmes yang menjadi locus masing-masing dayah. Tak butuh waktu lama,
beberapa Kepala UPTD Puskesmas langsung bergerak cepat.
Saifuddin Malek, S.Sos, SKM Kabid Kesmas Dinkes Banda Aceh terus memberikan laporan pada kami melalui WhatsApp. Jadwal kunjungan pemeriksaan kesehatan santripun di buat. Sebagai bagian dari komitmen Dinkes Banda Aceh menjalankan intruksi Walikota Banda Aceh. Ngopi koordinasi mitra bestari berbuah manis. Tak ada yang sia-sia jika nawaitu itu iklas. Demikianlah pesan salah seorang guru rohani kami Abah Lam Lagang yang terus saya amalkan.
Ternyata langkah sederhana ini juga beririsan dengan ikhtiar Walikota Banda Aceh dalam mewujudkan Banda Aceh menuju Kota Layak Anak Paripurna. Ya, ini muncul saat saya laporkan dalam forum evaluasi Kota Layak Anak yang dibahani langsung Amrina Habibi, pawang Kota Layak Anak Aceh. Dimana Kluster III, parameter Kota Layak Anak adalah Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan. Kluster ini ada 5 idikator, salah satu indikatornya terkait Faskes dengan pelayanan ramah anak (baca santri dayah). Dalam hati saya bergumam, wah ternyata koordinasi yang tepat dan menjadi saksi sejarah, Solong II bersama Kabid Kesmas Dinkes Banda Aceh, berkah.
Semoga akan ada lompatan sederhana yang lain terpecahkan di solong II dan warkop lainnya dalam meracik menu istimewa dalam pentadbiran dayah. Terimakasih saudaraku, sekali lagi. Semoga dibawah komandonya akan ada lagi kabar bahagia buat santri dan guru dayah di Kota Banda Aceh tentunya lewat sentuhan dinginnya yang bernas. Takbir.
*Penulis adalah Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Banda Aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar