Oleh: Muhammad Syarif,SHI,M.H*
Rapat Kerja Nasonal Jaringan Kota Pusaka Indonesia (Rakernas JKPI ke-VIII berlangsung di Kabupaten Siak, Riau. Kegiatan yang berlangsung sejak tanggal 19-22 Desember 2020 diikuti oleh 16 Kab/Kota yang terhimpun dalam wadah Kota Pusaka Nusatara. Malam Minggu, 20 Desember 2020 diawali dengan jamuan makan malam dan senarai tarian daerah, menyambut kedatangan tamu dari berbagai delegasi, kami beruntung bisa hadir Bersama rombongan Walikota Banda Aceh di event betajuk” Festival Kota Pusaka Indonesia”.
Bermukim di Hotel Harmoni yang berada kurang lebih 500 meter dari Balai Datuk Empat Suku, kediaman Bupati Siak. Kami menikmati menu hidangan Bupati Siak, menu yang aduhai, terhidang dimeja tamu undangan. Jangan lupa tambo ciek lagi jika tuan dan puan berkenan, hehe.
Tarian dan lirik musik melayu yang dibawakan oleh Sanggar Tasek Seminai dari Kabupaten Siak berhasil mencuri perhatian para peserta yang hadir di dalam Gedung Daerah Sultan Syarif Kasim II, tak terkecuali Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman yang lebih dikenal sikulit bundar Bang Carlos.
“Sebuah cerita menarik di Rakernas JKPI. Ada tarian yang menceritakan penculikan Putri Siak yang diculik Raja Aceh. Tarian ini mengisahkan perasaan individual. Namun, di luar itu kita punya hubungan baik dengan Siak sejak zaman kesultanan,” ungkap Aminullah usai menikmati acara.
Berdasarkan bincang-bincang ringan kami dengan salah seorang tokoh Siak, Kampung Banjar Seminai, Akasah yang dikenal dengan Pak Goto. Ada kisah menarik soal Putri Kaca Mayang yang direbut oleh Raja Aceh, konon katanyanya Putri tersebut cantik jelita. Dari bincang-bincang kami dengan Pak Goto yang juga sesepuh atawa Ketua RK 04, Dusun Banjar Tengah. Pasca diculik Raja Aceh, akhirnya meninggal di pelukan panglima gimban.
Saya mencoba melakukan lompatan imajiner siapakah sosok Raja Aceh yang menculik Putri tersebut?, lantas kenapa di culik, apa ada paktor politik atau hanya sebatas kasmaran atawa lamarannya di tolak, akhirnya sang Raja Aceh menculik sang putri. Ini belum terjawab dengan lugas oleh Pak Goto. Kisah ini pula dinukilkan dalam tarian melayu yang didendangkan saat jamuan makan malam.
Narasi Konflik Percintaan Raja
“Ini merupakan simbol dari konflik yang saling terkait antara tiga insan yaitu Putri Kacang Mayang, Raja Aceh dan Raja Gasib. Kini makam Putri Kacang Mayang telah menjadi salah satu destinasi wisata yang cukup sering dikunjungi di kabupaten siak,”
Terkisah kecantikan Putri Kaca Mayang yang tiada tara telah terdengar di segala penjuru negeri. Hal ini menimbulkan hasrat para raja-raja di zaman itu untuk mempersunting sang putri untuk dijadikan permaisuri, termasuk Raja Aceh.
Prahara dimulai ketika Raja Aceh mengutus panglimanya untuk masuk meminang sang putri di Kerajaan Gasib. Namun, pinangan ini ditolak sehingga membuat Raja Aceh begitu murka sehingga Putri Kaca Mayang diculik hingga sampai ke Tanah Aceh.
Menyiasati hal ini Raja Gasib tidak tinggal diam, dan diutus lah seorang panglima bernama Jimbam untuk merebut dan membawa kembali sang putri. Usaha untuk menumpaskan raja Aceh berhasil dilakukan, hanya saja takdir berkata lain.
Kondisi sang putri terlalu lemah dan akhirnya dalam perjalanan pulang, sang putri menghembuskan nafas terakhir. Jasadnya di masukkan ke dalam peti kaca, hingga tiba di Kerajaan Gasib.
Para Punggawa Mengintip Situs bersejarah
Siak memiliki ragam budaya yang unik, situs budaya sejarah mendapat perhatian istimewa. Termasuk juga makam-maka raja. Ini terlihat dengan terang benderang disaat para Punggawa Disdik Dayah Banda Aceh berziarah ke Makam Koto Tinggi, sebuah makam komplek Raja Siak. Dikomplek ini kami mendokumentasikan beberapa photo maka Raja, Keluarga dan kerabat Raja. Kami coba lihat satu persatu makam tersebut. Kemudian berlanjut menelusuri Istana Siak Sri Indera Pura atau Istana Asserayah Hasyimiah (Istana Matahari Timur) yang merupakan kediaman resmi sultan Siak yang dibangun sejak Tahun 1889, pada masa Sultan Syarif Hasyim. Konon juga ada yang menyebutkan Istana ini sudah ada sejak Tahun 1723, bercorak melaya, arab dan eropa. Memasuki Istana tersebut cukup mengeluarkan uang Rp.10.000 per orang.
Disana kami melihat beberapa koleksi Raja seperti, Pedang, Baju Perang anti Peluru, Meriam, Kursi, baju kebesaran raja, cawan, gelas kristal serta pernak-pernik keperluan sehari-hari Raja Siak. Kami selaku pengunjung tentu sangat senang jika semua dokumentasi itu divisualisasi serta ada dokumen referensi tertulis yang bisa disugukan kepada pengunjung sungguh menjadi maknet wisata sejarah yang luar biasa. Sayangnya hal belum sempat dipikirkan pemerintah setempat. Semoga Siak kedepan semakin menawan dibawah kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati terpilih, Amin.
*Penulis adalah Kabid SDM dan Manajemen Disdik Dayah Banda Aceh, Peminat Sejarah dan Gemar berselancar di Sosmed.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar